Jadi sejak mengawali tahun 2025 ini saya itu sudah nungguin, kapan sih masuk musim kemaraunya. Padahal ya, ini sudah masuk bulan Mei 2025, tapi hujan tetap saja datang.
Sebenarnya bukan gak seneng sih. Tapi emang dasarnya manusia, "hujan terus salah, eh hujan telat datang karena panas berlebih salah juga." Ya begitulah kira² sifat dasar manusia gak bisa bersyukur.
Jadi begini, sebenarnya sih saya sendiri inginnya semua baik dan berjalan normal² saja, panas ya boleh saja tapi seperlunya gak perlu ekstrim juga, misalkan mau hujan, ya hujan seperlunya dan diwaktu yang tepat. Masalahnya, menentukan waktu yang tepat tiap² orang beda², alhasil pasti akan ada selalu tidak bersyukurnya diantara manusia satu dan lainnya.
Secara normal, musim di Indonesia itu hanya ada dua, musim penghujan dan musim kemarau. Karena Indonesia berasa di wilayah tropis memang hanya tersedia dua musim itu, berbeda dengan di Eropa atau Amerika atau di Australia deh misalnya yang terdekat.
Musim penghujan atau musim basah biasanya, normalnya dan umumnya terjadi pada kisaran bulan Oktober - Maret dan musik kemarau atau musim panas normalnya dan umumnya terjadi pada kisaran ban April - September.
Kalau melihat umumnya ini, ketika saya menulis ini itu sudah bulan Mei, artinya berada pada range musim kemarau atau musim panas. Namun yang diherankan adalah hujan masih saja turun dengan intensitas ringan hingga lebat, itu juga merata. Beberapa hari lalu, hujan lebat dari Batu, Malang, Lawang, Pasuruan itu hujannya relatif rata dan stabil. Di sana hujan, di sini juga hujan.
Pada akhirnya bisa diambil kesimpulan pribadi, sepertinya kita ini masuk ke musim kemarau basah. Lalu apa itu kemarau basah?
Secara logika saja ya, tanpa ilmu ilmiah. Kemarau basah itu adalah fase musim dimana seharusnya terjadi musim kemarau, tetapi intensitas hujannya itu sepertinya sama seperti ketika musim penghujan, karena anomali inilah, makanya disebut musim kemarau basah.
Kalau pengertian dari Wikipedia atau Google, kemarau basah adalah kondisi ketika hujan masih turun secara berkala pada musim kemarau. Wikipedia menyebutnya sebagai 'kemarau di atas normal'.
Ada hal positif ketika musim kemarau yang sesungguhnya tidak terjadi. Karena jika musim kemarau yang normal kita akan mengalami panas luar biasa, hal ini berimbas pada kekeringan pada lahan², hingga kekeringan ketika mengakses sumber air baku. Bahkan resiko kebakaran hutan dan lahan akan sangat tinggi. Itu semua tidak akan kita rasakan dampaknya secara maksimal, paling hanya hawa panas saja, namun adanya hujan ini membuat suhu panas itu bisa tetap terjaga, hingga masih ada sejuk² nya.
Meski ada hal positif yang terjadi ternyata situasinya seperti disebut di atas bisa berimbas negatif jika tidak dikelola dengan baik, tidak dimanfaatkan, yang ada hanya banjir, longsor, air terbuang sia² tanpa bisa dimanfaatkan untuk cadangan air apabila terjadi kemarau yang sesungguhnya.
Tapi ternyata ada dampak lainnya dari anomali ini, yaitu musim tanam yang terganggu, tumbuhan² yang membutuhkan tanah yang relatif kering jadi tidak terpenuhi karena tanah jadi basah, serangan hama meningkat.
Pada tahun 2025 ini, pihak terkait dalam hal urusan iklim yakni BMKG, menginformasikan bahwa fenomena ini akan berakhir pada Agustus 2025.
Kalau saya pribadi, dengan anomali seperti ini, kemarau basah yang paling utama sih cadangan air, karena air itu sumber kehidupan yang paling penting. Hanya sayangnya ketika hujan datang begini, air² itu tidak termanfaatkan sempurna, hanya mengalir² begitu saja tanpa terserap ke dalam tanah, karena sudah tidak ada tumbuh²an besar yang akarnya mampu mengikat air. Akhirnya yang terjadi adalah banjir, air menggenang tanpa arah dan ujungnya cuma dibuang ke laut.
Kalau kalian, senang yang mana, kemarau biasa atau kemarau basah? Share di kolom komentar ya. Gitu saja deh sharing² nya, sudah lama juga gak update diblog ini, lagi sibuk dengan blog lainnya soalnya. -cpr
#onedayonepost
#kemaraubasah
#umum
0 comments:
Posting Komentar