Blog NGP ini baru saya bangun, untuk akomodir hobi baru saya yang saat ini memang belum konsisten saya lakukan. Tapi semuanya saya jalankan pararel saja.

Saya juga mengelola beberapa blog lain, melihat ke semua blog, permasalahannya adalah traffic yang kurang, ya masih dibawah 'garis kemiskinan', ibaratnya begitu. Akhirnya saya sempet mengajukan keanggotaan ke sebuah komunitas blog: BloggerHub.


Ketika keanggotaannya di approval dan saya akhirnya bergabung ke dalamnya. Di sana saya dapat sesuatu yang menyenangkan, yakni link blog² lain yang bisa saya kunjungi, karena selama ini ketemu link blog yang kurang hidup, jadi agak malas berkunjung ke blog yang stagnan, sepi gak ada post baru.

Di BloggerHub ada program Jejakin Blog, dimana kita di sana diberi tugas untuk melist dan berkunjung ke blog² itu yang ada 30 blog, di sana kita bisa membaca postingannya, meninggalkan jejak dan mengklik iklan yang muncul di sana.

Buat saya ini menyenangkan sekali.

Kebetulan blog yang saya pilih untuk dimasukan ke dalam list adalah blog NGP ini. Alhasil, ada satu post diblog ini yang punya traffic tinggi, setidaknya ya dikunjungi 29 blogger yang ada di list itu.

Jadi jangan heran jika lihat ada post yang angka komentarnya sampai 30 up. Padahal sebelumnya hanya 1 up, itu dari pengunjung rutin, yang blognya saya sebutkan ini : Mreneyoo.


Sebenarnya bukan tidak suka si, 30 up pada satu post, harapannya bisa ada interaksi di semua post, jadi tidak berat disatu titik saja.

Tapi dari sini saya bisa melihat bagaimana karakter blogger pada umumnya. Ketika mereka berkunjung, y hanya sekedar berkunjung saja, ibarat hanya melongok. Jarang yang dengan iklas meninggalkan jejak. Ya itu karakter yang selama ini bisa dibaca, mereka lebih fokus kepada cuan dan timbal balik, iklan, adsense.

Ya wajar sih, mereka melakukan sesuatu pasti dengan harapan
Berbeda dengan blogger yang ngeblog karena kesenangan, dan hiburannya di sana. Tidak bermaksud menyalahkan juga sih, tapi dari sana saya bisa menarik kesimpulan mayoritas karakter blogger begitu.

Saya sendiri tipe yang ketika berkunjung ke blog baru, apalagi yang tiba² nemu, saya lihat ada ruang untuk meninggalkan jejak, pasti akan saya lakukan.

Apalagi kalau untuk meninggalkan jejak mudah, tidak perlu approval² itu senang sekali. Kalau yang approval itu, iya kalau si empunya blog rajin buka blog nya, itu komen ndekem aja si meja approval. Sedangkan saya berkunjung ke blog itu selalu menganggap hal baru, ketika belum ada komen saya di sana, pasti akan saya komentar lagi, akhirnya dobel². Itu yang buat tidak senang sih.

Itu juga kenapa komentar diblog saya selalu terbuka, karena saya memang rajin buka blog saya dan lihat, jika ada komen sampah, iklan judi dll., langsung saya hapus dan bersihkan. Kadang alasan mereka (baca: blogger) membuat komentar approval itu. Hmm tapi, jika rajin melihat blog nya saya pikir itu bisa dibersihkan, hanya kan rajin atau tidaknya gak tahu.

Saya sekedar berkomentar setelah melihat perjalanan beberapa hari, seminggu terakhir sejak bergabung dengan sebuah komunitas blogger ini, ya begitulah yang bisa saya nilai.

Tampak, angka 82 dan itu bisa bertambah terus seiring waktu sih, walau setelah tugas Jejakin Blog selesai ya sudah, maksimal ya 29 visitor baru di sana. Sisa nya tidak ada.

Seperti apa kalian menjadi seorang blogger itu pilihan masing² sih, gak ada pakemnya.

Tapi jika semua blogger itu bisa melakukan hal baik, meninggalkan jejak ketika berkunjung itu lebih baik, karena traffic kunjungan bisa dimulai dari sana.

Sama seperti saya yang menjadikan komen di blog saya jadi gerbang saya berkunjung balik ke blog mereka, disamping saya punya link list dari komunitas blog itu yang jadi tujuan alamat berkunjung.

Sebagai penutup, kalian memilih menjadi blogger yang seperti apa?
+ Orientasi cuan, adsense dan iklan atau endrors
+ Hobi untuk menyenangkan hati
+ Mencatat sejarah hidup
+ Menancapkan 'cakar' di dunia internet supaya banyak orang tahu tentang anda
+ Sekedar gaya² bisa punya website pribadi
+ Dll.

Jika berkenan sampaikan pendapat anda dikomentar, sekalian collect data, merevisi kesimpulan tadi atau memang memang benar hipotesa yang saya sampaikan tadi. Happy blogging. -ngp

#onedayonepost
#blog
#bloggerhub
#opini
#blogwalking
#bw

Saat ini bumi kita itu rasanya semakin panas saja. Saya rasakan perbedaannya, dari sejak kecil dan membandingkannya dengan masa sekarang.

Saya lahir ditahun 1980an, masa kecil saya ada pada tahun 90an. Masa itu suasana pagi, tepatnya matahari pagi itu masih layak dinikmati hingga pukul 10 pagi, saat itu hawa atau radiasi panas matahari itu masih hangat dan bisa menyehatkan atau bisa dinikmati.

Saat ini, hmm boro², bahkan Masih jam 8 pagi saja matahari rasanya sudah cukup panas dan menyengat, bahkan seperti menyayat kulit. Itu kenapa saya juga gak terlalu setuju dengan senam pagi diatas jam segini. Kalau mau senam pagi ya maksimal jam 8 sudah masuk ruangan, karena setelahnya sangat tidak begitu nyaman.

Apalagi nanti hari makin siang, panas matahari bisa sangat jahat. Itu rasa ke kulit kita. Jadi sangatlah wajar apabila banyak tumbuh²an kering, tanah² menjadi kering dan gersang. Panas tinggi ini membuat tingkat penguapan pun makin tinggi, alhasil adalah Kekeringan. Sudah siang panas, karena kemarau pasokan air jadi berkurang bahkan tidak ada, alhasil gak ada air baru yang masuk ke tanah, gak ada air baru yang bisa jadi sumber kesegaran bagi tumbuh²an. Mereka itu butuh air lho.

Saya membuktikan sendiri, tanaman peliharaan saya kalau tak rutin disiram setiap hari (pagi sore), maka jadi mudah layu. Tapi jika disiram dengan rutin pasti nampak lebih segar.

Ilustrasi, rumpun bambu yang tumbuh di sebuah lahan, gambar diambil dari Google

Oke itu di rumah kita. Bayangkan jika lingkungan, kita menjadi kering dan gersang, pasokan air berkurang karena gak ada yang menyimpan air, bayangkan hanya berapa lama kita bertahan Menghadapi Kekeringan? Sedangkan belakangan musik kemarau berlangsung lebih lama.

Apesnya ketika musim penghujan tiba dimana pasokan air relatif berlimpah, oleh karena gak ada mekanisme alamiah yang bisa menyerap air dengan baik, air hujan yang turun terbuang begitu saja, malah jadi bencana, banjir, longsor dll. Nantinya pada saat kemarau pasokan air gak cukup untuk menghadapi kemarau, begitu saja terus lingkaran setan yang tak bertepi, malah kian waktu lingkungan makin terdegradasi.

Ada banyak tumbuhan² yang punya manfaat mengikat air di dalam tanah dan bisa menyimpan air yang akan jadi cadangan air dikemudian hari.

Salah¹ nya adalah bambu. Tahukan tumbuhan bambu yang biasa tumbuh di ladang atau kebun belakang rumah atau di hutan² desa.

Orang² dulu sudah mengetahui hal ini, itu kenapa di pedesaan terpencil tanaman banyak tumbuh di sudut² desa, dibiarkan tumbuh rimbun. Malah bagi kebanyakan orang kota dianggap memberikan kesan angker dan mistis.

Hmm, karena memang bambu itu rimbun dan sejuk, maklum astral saja suka tinggal di sana, hal ini sebenarnya tanda bahwa bambu itu banyak menyimpan sesuatu yang 'berharga', itu kenapa dijaga maklum astral. Ini #bercyanda ya, jangan dianggap serius ✌️.


Bambu, buluh, atau aur adalah tumbuhan berbunga menahun hijau abadi dari subfamili Bambusoideae yang termasuk famili Poaceae. Bambu dikenal juga dengan istilah preng atau pring dalam bahasa Jawa, awi atau tamiang atau haur atau suluh dalam bahasa Sunda, tabatiko dalam bahasa Ternate, dan ute dalam bahasa Ambon.

Bambu punya karakter yang unik, dimana pertumbuhannya sangatlah cepat.

Kemampuan itu dimampukan oleh karena akar memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.

Lagi kita menemukan, kekuatan terbaik tumbuhan adalah pada akar. Setelah kemarin kita mengenal tanaman putri malu yang punya akar yang unik.


Oleh karena sifatnya yang cepat dalam bertumbuh membuat bambu jadi salah satu tanaman endemik yang mudah tumbuh tanpa perawatan, dibiarkan begitu saja bisa tumbuh subur dan rimbun.

Sebagai informasi di Indonesia diperkirakan ada sekitar 174 spesies bambu tumbuh di Indonesia yang sekitar 88 jenisnya merupakan tanaman endemik. Seperti di daerah wilayah Sumatera Selatan, ada bambu selain betung, gombong (dabo), aur duri, ampel, juga beragam bambu aur. Bagi orang awam pastinya akan sulit membedakan jenis² bambu, kecuali yang memang akrab dengan tanaman ini dan sering memanfaatkan ya untuk dijual atau digunakan sebagai sumber bahan bangunan.

Jika dilihat ke depan, ketika bahan bangunan dari kayu pohon semakin berkurang karena pertumbuhannya tak bisa cepat, bambu bisa dimanfaatkan jadi komoditas ekonomi pengisi celah kekosongan pasokan bahan baku untuk komoditas bahan bangunan atau furniture jika tahu bagaimana memanfaatkannya. Namun sayangnya saat ini belum ada perhatian ke arah sana.

Kecepatan tumbuhnya 12”-36” per hari, lebih fleksibel dibanding kayu, dapat dipergunakan dalam umur tumbuh 3-5 tahun.

Sejak dahulu diketahui bahwa daerah atau area misalnya bantaran sungai yang mana banyak ditumbuhi tanaman bambu di sekitarnya terhindar dari bahaya banjir dan longsor saat musim penghujan. Tanah² yang dilintasi air dimana tanaman bambu tumbuh jauh lebih kuat strukturnya. Coba saja lihat tanah di bawah tanaman bambu, pasti terikat kuat.

Jalinan akar bambu, ini dia tumpukan kompos di bawah tanaman bambu, sumber kesuburan tersendiri untuknya tetap tumbuh subur dengan nutrisi yang terjaga alamiah. Tumpukan sisa dedaunan keringnya membuat kelembaban tanah tetap terjaga baik dari kekeringan. Gambar diambil dari Google

Namun sayangnya, manusia generasi baru yang datang di suatu tempat, membuka lahan untuk tujuan perkebunan menganggap bambu ini sebagai hama dan pengacau sehingga harus dihancurkan dan diganti dengan tanaman yang dianggap lebih produktif, padahal jika diatur dan dikelola, justru akan jadi pelengkap ekosistem, sehingga selain lahan bisa dimanfaatkan untuk tanaman produktif lain ekosistem alamiah masih bisa terjaga, sehingga bencana² kekeringan, longsor dan banjir ketika musim hujan tiba dengan debit air besar bisa diakomodasi oleh sifat tanaman bambu ini.


Fungsi tanaman bambu sudah terbukti mampu menjaga air tanah, dan akarnya mampu menahan longsor, serta daunnya mampu membelah angin atau peredam polusi suara dan debu. Tanaman bambu sangat baik sebagai tanaman konservasi.

China dikenal sebagai negara tirai bambu, tahu kan? Di sana ada sebuah penelitian, hutan bambu mampu meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah hingga 240% dibandingkan hutan pinus. Penghijauan dengan bambu pada bekas tambang batu bara di India mampu meningkatkan muka air tanah 6,3 meter hanya dalam 4 tahun. Berdasarkan laporan penelitian tentang hutan di China, dedaunan bambu yang berguguran di hutan bambu terbuka paling efisien di dalam menjaga kelembaban tanah dan memiliki indeks erosi paling rendah dibanding 14 jenis hutan yang lain.

Bambu memang bukan segalanya, tapi dengan bambu waktu yang dibutuhkan untuk konservasi lingkungan akan lebih cepat dibanding kayu.


Rumah saya tinggal saat ini di belakang ya merupakan sungai, dimana di sekitar sungai di belakang rumah saya kebetulan tumbuh tanaman bambu, cukup rimbun. Meski ada kekhawatiran di sana jadi banyak ular berkembang biak di sana, tapi saya berpikir hal (+) lain, dengan banyaknya bambu membantu mengikat tanah di sekitar dari erosi air sungai ketika musim penghujan.

Patut disadari di hulu ekosistem ya pasti sudah rusak sehingga air hujan yang turun di hulu tidak bisa optimal diserap tanah, sehingga debitnya pasti akan turun begitu saja ke hilir, jika tanah di sekitar aliran sungai (terutama di belakang rumah) tidak ada yang mengikat maka resiko longsor bisa saja terjadi. Untungnya di daerah rumah ini sepanjang aliran sungai terdekat bambu masih dipertahankan.

Daun² kering dari bambu juga bisa dimanfaatkan sebagai kompos yang bisa juga menyuburkan tanah di sekitarnya, karena seperti postingan saya sebelumnya soal 100% alam harus kembali ke alam juga yang membuat ekosistem setempat jadi subur pula.


Hal positif lainnya, bambu² yang rimbun juga membantu menyaring udara dari debu misalkan ada potensi angin besar, walaupun ada resiko bambu rebah menyimpan rumah kita, tapi saya pikir mekanisme alamiah alam jika masih terjaga pastinya tapi tidak akan menjadikan bencana untuk kita, justru malah akan melindungi.


Ya itulah kira² pembahasan soal bambu yang bisa dimanfaatkan untuk menghadapi Kekeringan ketika musim kemarau, jadi saat musim penghujan nyaris tiba, peliharaan tanaman bambu di sekitar lahan kosong yang ada, daripada tidak dimanfaatkan, lebih baik tanamilah bambu, terutama di sekitar wilayah aliran sungai. Ekosistem alamiah juga akan terbentuk dengan baik. Tapi ya harus siap, jika nanti banyak reptil seperti ular, biawak yang alam hidup subur di sana.

Kembali ke kita, sudah siapkah hidup berdampingan dengan alam?

Saya sendiri masih mencoba belajar menyesuaikan diri, bagaimana menghadapi reptil² ini ketika populasinya mulai meresahkan. Tapi untungnya saat ini masih dalam tahap terkendali, walaupun sudah ada beberapa ekor biawak bersarang di atap rumah menggantikan tikus yang suka berlarian di atas plafon.

Segitu saja deh sharing² informasi seputar hal² hijau di sekitar kita, sekalian menambah Wawasan kita, supaya pola pikir kita tidak salah dan belajar kembali bersahabat dengan alam dan ekosistem alamiah, agar untuk bisa dinikmati generasi selanjutnya. -ngp

#onedayonepost
#bambu
#bamboo
#teori
#umum
Jadi saya membaca sebuah artikel bahwa sering ada penolakan dari masyarakat dimana perkebunan sawit berada, dimana tanaman sawit seperti 'dikambing hitamkan' sebagai oknum penguras cadangan air bersih.

Hmm, apakah benar begitu?

Ilustrasi, tanaman kelapa sawit dalam kavling perkebunan. Gambar diambil dari Google

Air merupakan faktor paling utama dalam pendukung kehidupan, semua makluk hidup itu membutuhkan air untuk kehidupan.

Lalu, apakah benar sih tanaman sawit ini menghabiskan persediaan air tanah? Sehingga sumber air bersih untuk masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan sawit terdampak kekeringan ketika musim kemarau. Padahal dulu ketika belum ada tanaman sawit di sana, ketika musim kemarau mereka tidak mengalami kesulitan air bersih.

Tentang Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman atau tumbuhan dari keluarga palmae dulu, sekarang Arecaceae. Merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Jika tidak memiliki akar tunggang berarti akarnya serabut.

Radikula (bakal akar) pada tanaman ini terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 meter.

Di Indonesia sendiri tanaman ini tersebar di 26 provinsi di Indonesia. Provinsi Riau memiliki areal perkebunan kelapa sawit terluas dengan 2,89 juta hektar berdasarkan data tahun 2021 atau 19,16% dari total luas areal perkebunan kelapa sawit di Nusantara.


Untuk menjawab kelapa sawit ini jadi kambing hitam sebagai perampas air bersih di area perkebunan.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, semua makluk hidup ya butuh air, termasuk ya tanaman ini. Istilah konsumtif tanaman atau tumbuhan terhadap air dinilai dari nilai evapotranspirasi.

Nilai evapotranspirasi adalah nilai yang mencerminkan jumlah air yang diserap tanaman untuk diuapkan melalui daun.

Kalau melihat hasil penelitian terhadap nilai evapotranspirasi terhadap beberapa tanaman, bisa diperoleh angka yang bisa untuk dibandingkan.

Nilai evapotranspirasi dari tanaman kelapa sawit ini adalah  berkisar antara 1.100 – 1.700 mm/tahun.

Kalau berdasarkan penelitian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Subunit Kalianta Kabun, Riau selama tiga tahun terhadap tanaman kelapa sawit ditemukan bahwa jumlah rata-rata evapotranspirasi di kebanyakan perkebunan kelapa sawit adalah 1.104,5 mm/tahun.

Lalu, untuk menjawab sekaligus membuktikan tuduhan bahwa kelapa sawit ini rakus akan air kita harus membandingkannya dengan evapotranspirasi pada tanaman lain seperti apa, berapa nilainya.

Misalnya pada tanaman tebu, yang juga sama² ditanam dalam konsep yang sama yakni perkebunan, mempunyai nilai evapotranspirasi sebesar 1.000–1.500 mm/ tahun.

Kemudian lihat lagi pada tanaman pisang, yang ini kalau tumbuh juga bisa banyak di ladang², bahkan juga ada pisang yang dibudidayakan secara perkebunan, itu mempunyai nilai evapotranspirasi sebesar 700–1.700 mm/tahun.

Ada lagi yang masih sesaudara dengan kelapa sawit, yakni tanaman kelapa yang biasa tumbuh di area pesisir dan beberapa wilayah perbukitan yang sesuai dengan habitatnya, mempunyai nilai evapotranspirasi sebesar 1980 mm/tahun.

Kalau melihat dari nilai evapotranspirasi itu, tanaman kelapa sawit justru masih berada di rentang kewajaran jika dibandingkan tanaman lain, misalnya tanaman tebu saja. Lalu kenapa si tanaman kelapa sawit masih dikambing hitamkan sebagai si rakus akan air?

Air dari dalam tanah diambil oleh akar. Seperti yang dijelaskan di atas, akar dari tanaman kelapa sawit merupakan akar serabut, dimana akar serabut ini sangat dangkal, berbeda dengan akar tunggang yang kuat dan panjang.

Akar serabut tanaman kelapa sawit sangat sedikit dalam menyimpan air seperti tanaman lainnya, sehingga sangat rentan mengalami kekeringan. Kondisi ini menyebabkan tanaman kelapa sawit membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun agar dapat berproduksi secara maksimum.

Ketika musim penghujan datang, ketika air melimpah dan turun ke tanah, air hujan akan cenderung mengalir begitu saja tanpa bisa terserap maksimal sebagai cadangan air di tanah. Karena kembali ke sifat akar dari tanaman kelapa sawit tadi.

Sifat dan karakter dari tanaman kelapa sawit ini hendaknya dipahami oleh pengelola perkebunan sehingga dalam pengelolaan perkebunan tata kelola air itu harus diperhatikan.

Apabila di suatu perkebunan kelapa sawit terjadi kelangkaan air bersih ketika musim kemarau itu menunjukan bahwa tata kelola air di daerah dimana terdapat perkebunan sawit itu tidaklah baik, bahkan tidak dikelola dengan baik dan pengelola dianggap tidak memahami apa yang mereka budidaya. Karena pada dasarnya tanaman kelapa sawit sangat hemat air, tidak boros seperti yang dituduhkan.

Jadi solusinya untuk mengatasi masalah kekeringan di area perkebunan kelapa sawit tentunya pihak pengelola perkebunan harus memperbaiki tata kelola air dengan baik, sehingga ketika musim penghujan air yang melimpah bisa dikelola dengan baik.

Sekali lagi, tanaman kelapa sawit bukan tanaman yang rakus akan air, jika pun begitu hal ini akan sulit dicari solusinya namun jika hanya soal bagaimana mengelola air dengan baik tentunya itu bisa diusahakan, tinggal mau atau tidak, atau memang pengelola perkebunan sawit hanya sebagai eksploitator saja.

Jadi, stop untuk mengkambing hitamkan tanaman kelapa sawit, jadi tunjuklah hidung pengelola perkebunan jika di daerah mu mengalami kekeringan, karena mereka tidak menjalankan perkebunan dengan cara yang baik dan benar.

Dari sini saya juga jadi paham memahami bagaimana karakter tanaman kelapa sawit, atau tanaman apapun pun karakter dan sifatnya dan kita perlu memahaminya untuk mencari solusi terbaik atas dampak lain yang (-), yang mungkin saja dirasakan.

Baiklah segitu saja, semoga informasi ini bisa membuka mata dan pikiran kita soal akar masalah dari permasalahan yang terjadi. -ngp

#onedayonepost
#umum
#teori
Akhirnya setelah menunggu dan nyaris frustasi menganggap tanaman cabe liar yang tumbuh di halaman belakang gak akan pernah menghasilkan, pada akhirnya dia (baca: cabe liar) bisa juga membuktikan.

Lihat kuncup bunga telah berubah menjadi buah, satu kuncup bunga menghasilkan satu buah cabai yang masih piyik. Foto diambil pada 20 September 2023.

Sebelumnya pada post saya yang lain, saya juga sempet menyinggung tanaman cabe liar ini. Ada juga cuplikan video singkat yang menampilkan tanaman cabe ini masih kecil.


Pada prosesnya cabai yang tumbuh liar ini pernah saya pangkas semua, saya potong semua tanaman yang tumbuhnya, karena tanaman daun yang paling atas itu banyak hamanya. Saya sudah coba pakai pestisida alami dari larutan bawang yang saya buat sendiri, kemudian pestisida alamiah yang beli hasilnya juga sama tidak berpengaruh sama sekali


Dicatatan saya di bawah ini nampak video tanaman cabe liar yang masih kecil, saat itu belum ada bayangan apakah tanaman cabai liar ini bisa menghasilkan atau tidak, cek di sana tanggal kapan, jadi bisa dilihat proses tumbuhnya hingga saat ini, berapa lama. Jika lihat tanggal post saat itu sampai hari ini saya post, 96 hari total 3 bulan dia (baca: cabai liar) berproses tumbuh.


Untungnya setiap perkembangan tanaman yang saya pelihara selalu dituliskan diblog ini, sehingga saya bisa mengetahui perkembangannya, walaupun tidak begitu mendetail.

Meski berhasil sampai berbunga dan berbuah, cabai liar ini juga tetap diserang hama, hama serangga 'putih salju', begitu saja menyebutnya masih sering hinggap dan bersembunyi dibalik daun. Ketika disemprot air, baru itu serangga pada beterbangan seperti serbuk debu putih.

Tampak hijau dan ada bunga² mekar dari si cabai liar ini, foto ini diambil pada 14 September 2023.

Hama lainnya adalah serangga semut merah besar, bukan jenis rang-rang ya. Semut ini juga mengganggu dengan buat sarang putih² di ketiak tangkai dan daun, ini juga mengganggu.

Selain itu ada pula serangga lain yaitu laba-laba, entah dari spesies yang apa, tapi laba-laba juga kerap saya temukan membuat sarang di daun² hijau.

Karena pestisida alami yang sudah disemprotkan tidak efektif, ketika saya kesal saya kadang menyemprotkan semprotan hama seperti Baygon/Hit, tapi sebelumnya saya sudah semprotkan air terlebih dahulu agar daunan basah air, baru saya semprot pestisida rumahan, baru setelah beberapa saat saya semprotkan lagi air untuk membuang residu pestisida tersebut.

Terkait kesehatan tumbuhannya juga gak melulu sehat, meski tumbuh tegak meninggi sekitar 120 cm dari tanah, dan daun² nya menghijau, tapi tampak ada yang gak sehat karena kurang nutrisi tertentu.

Tapi beruntung cabai liar ini bisa tumbuh hingga berbuah sampai saat ini. Saya akan coba ikuti perkembangannya, semoga bisa juga sampai panen pada akhirnya nanti.

Tanaman cabai lain yang saya beli bibit dan saya lanjutkan tanam di depan rumah saat ini juga sudah mulai tumbuh ke atas. Tadinya tingginya masih dibawah batas tembok dinding pagar, tapi sekarang sudah melampauinya, seperti yang kalian bisa lihat didokumentasi.


Ini dia bibit cabai yang sekitaran awal Juni 2023 dibeli lalu kemudian di tanam di pekarangan rumah, saat ini sudah mulai tumbuh tinggi, namun belum ada tanda bunga apalagi buah baru. Foto diambil pada 20 September 2023.

Sejauh ini cabai liar yang tumbuh begitu saja hanya saya rutin sirami dengan air, beberapa waktu sekali saya berikan air dari rendaman kulit pisang, kemudian ketika saya mencuci beras air cuciannya juga saya bagikan disiramkan di paving blok yang langsunge ke tanah di bawang tangkai yang muncul ke permukaan. Selama masih ada pupuk daun saya juga sesekali memberikannya.

Hanya itu perawatan yang dilakukan terhadap cabai liar ini. Kita lihat saja apakah akan tumbuh seperti apa dan bagaimana dengan hasil buah cabai nya nanti.

Untuk sementara begitu dulu update yang bisa saya bagikan di NGP, sampai jumpa dipost berikutnya. Happy planting, mari tanam tanaman yang hasilnya bisa digunakan di dapurmu. -ngp

#onedayonepost
#pengalaman
#cabailiar
Awal bulan September saya kan sedang melakukan percobaan menanam tomat dengan bibit yang sama keluar polibag atau saya anggap media tanam itu pot ke tanah bebas di halaman luar rumah.


Sejak penanaman itu perkembangan dan pertumbuhan tanaman tomat saya ini mengalami kemajuan, saya amati per hari ketika menyiram tanaman pagi dan sore, tumbuhnya sehat. Itu untuk tanaman tomat yang pertama saya tanam di tanah bebas.

Tanaman tomat kedua ini saya mencoba menyelamatkan kondisinya nyaris suram, mati gak, tapi sehat juga gak, pertumbuhannya saya anggap mengalami 'osteopororis'.

Memang setelah ditanam diluar ini secara umum perkembangan dan pertumbuhannya positif. Ditandai apa?

Kalau saya menandai dengan beberapa hal, yang penting adalah tumbuhnya bunga, dimana bunga ini adalah kan awal atau bisa jadi potensi untuk munculnya buah kelak.

Hal lain ya soal tumbuh daun² hijau baru yang segar dengan warna yang khas tumbuhan sehat, tidak menguning atau mengkerut.

Hanya saja untuk tanaman tomat kedua saya ini masih saja dapat serangan hama, hama serbuk putih, seperti sarang semut yang mana dia menghuni  tangkai daun dan membuat tangkai dan daun jadi mengkerut, seperti dipaksa dibuat sarang gitu sama semutnya. Semutnya gak banyak tapi serbuk² putih itu seperti membuat pucuk² daun itu jadi gak sehat tumbuhnya.

Saya selalu membersihkannya ketika menyiram tanaman, dan menyemprotkannya dengan air supaya serbuk putih ini luruh, tapi ya kerap datang lagi.


Saya akan coba lihat perbedaan dua tanaman ini, akan seperti apa hasilnya, yang sehat dan yang terjangkit penyakit dan saya hanya akan lakukan perawatan normal dan standar, saya akan coba senatural mungkin buat ngusir hama ini.

Hal yang menarik dari tanaman yang pertama, selain bungka yang muncul, kini sudah ada kuncup bunga atau buah warna hijau. Saya masih belum tahu itu apa, atau kuncup bunga yang menutupi buah atau emang itu buah.



Akan saya amati dan saya lihat perkembangannya kedepan. Walaupun tumbuh 1-2 butir buah itu sudah sangat menyenangkan buat saya dan saya akan coba bereksperimen dan mengamati pertumbuhannya, dengan dan tanpa pupuk² tambahan. Kalaupun saya berikan pupuk, ya pupuk seadanya yang saya buat sebelumnya, yaitu dari rendaman kulit pisang.

Itu bisa dilihat kan ada bulat² dari bekas kuncup bunga yang mekar, apakah itu buah?

Dokumentasinya seperti apa ya seperti yang bisa kalian liat didokumentasi foto dan video pada postingan ini.


Segitu saja update share yang bisa saya bagikan saat ini soal tanaman tomat yang saya lepas tumbuhkan di tanah bebas, bukan ditanah pot atau media lain, dia bebas tumbuh dengan nutrisi dari alami sekitar ekosistemnya.

Sampai jumpa dipostingan saya lainnya membahas hal yang sama atau yang lain, ikuti perkembangannya. Happy planting, happy farming by experience. -ngp

#onedayonepost
#tomattanamliar
#tanahbebas
#tomatdaribibit
#pengalaman
Sejak saya mulai memahami konsep bagaimana alam me-recycle ekosistemnya, saya mencoba belajar memahaminya. Dimulai dari pertanyaan, kenapa tumbuhan yang tumbuh di alam bebas, di hutan misalnya jauh lebih subur daripada yang kita tanam di rumah, di pot misalnya.

Jawabannya ya tadi, bagaimana mekanisme alam secara alamiah me-recycle ekosistemnya itu guna nutrisi yang dibutuhkan untuk mereka juga. Prinsip demokrasi alam terjadi di sana, dari, oleh dan untuk alam itu sendiri.

Pada post yang lalu, tautannya bisa dibaca di bawah, saya tautkan. Jadi saya mencoba eksperimen, memindah tanamkan tanaman tomat. Yang mana bibit tomat itu saya peroleh dari tomat busuk yang tidak terpakai di dapur.


Ketika di tanam di pot ya dia berhasil tumbuh, hanya saja setelah masuk bulan kedua setelah tunas tumbuh, pertumbuhannya terhambat, lebih tepatnya stagnan.

Akhirnya dicobalah ditanam di tanah di sekitar rumah yang mana langsung ke tanah, tanpa pot. Kebetulan tanah yang saya manfaatkan adalah tanah dimana jalur buangan air cucian kandang burung. Salurannya alami, sehingga buangan air itu langsung ke tanah dan di sana saya tanam tanaman tomat.

Alhasil sejak pemindah tanaman itu sekitaran week II Agustus 2023 sampai ketika saya post postingan yang tautannya diberikan di atas tadi, sampai pas hari ini saya buat post ini, perkembangannya cukup signifikan lho.

Apa saja sih perubahan yang bisa saya catat?

✓ Daunnya yang sebelumnya menguning kini sudah menghijau. Emang bagian bawahnya masih nguning, tapi daun² baru yang ada di bagian atas itu menghijau, segar dan sehat, tidak mengkerut seperti saudara² nya yang lain.

✓ Pertumbuhannya lebih cepat dari ketika dia ditanam di pot.

✓ Sudah muncul bunga, hanya dalam waktu beberapa Minggu sejak pemindah tanaman. Sedangkan saudara² nya yang tumbuh bertunas bersama belum ada yang berbunga sama sekali.

Lihat itu bunga berwarna kuning, walau baru satu yang muncul. Tapi nampak tanaman ini jauh lebih sehat dan bahagia tumbuh ditanam di sini. Foto diambil tanggal 1 September 2023.

✓ Lebih sehat, saat ini belum ada hama yang datang, beda dengan saudaranya yang sudah dihinggapi hama serbuk berwarna putih².

✓ Daun² kuning dan kering kemudian saya potongin, supaya nutrisinya fokus ke pertumbuhan bagian atas. Jika nanti tumbuh makin tinggi, maka akan saya berikan kayu penyangga supaya tidak doyong atau tumbang.


Inilah yang jadi sumber semangat saya untuk terus berkebun dan bereksperimen, mencoba mengalami sendiri, bagaimana sih kita memelihara ekosistem seharusnya.

Di sebelahnya saya juga memindah tanamkan, tanaman tomat juga, masih saudara setunas. Nyaris mau mati sih, daun² nya sudah menguning, tumbuhnya juga 'osteoporosis' artinya tidak tegak ke atas.

Saya coba pindahkan dia dan berharap dia bisa sehat tumbuh seperti saudara di sebelahnya. Pemindahannya saya lakukan pada 31 Agustus 2023 yang lalu.

Foto dokumentasinya seperti yang kalian bisa dilihat di atas, begitulah penampilannya ketika awal dipindah tanamkan.

Ini dia tanaman pindahan kedua, kondisinya masih merana, masih menguning. Foto diambil tanggal 2 September 2023.

Progresnya akan saya bagikan pada postingan berikutnya ya. Saya akan terus membagikan eksperimen saya ini pada postingan blog saya.

Oh ya, jadi di tanah yang saya tanam ini akan saya biarkan alami seperti ekosistem alamiah, saya gak akan membersihkan tanah di sekitarnya dari apapun, biarlah tanaman² liar tumbuh di sana, saya bersihkan seperlunya, dan daun² hasil pembersihan akan saya biarkan kering dengan sendirinya di atas tanahnya, supaya mekanisme alam me-recycle ekosistemnya berjalan semestinya.

Mungkin juga akan saya tambahkan potongan daun² bambu kering di atasnya, intinya supaya 100% nutrisi yang mungkin diserap tanaman bisa dikembalikan lagi ke tanah dengan jumlah yang sama, sehingga pasokan nutrisi ke tanaman akan selalu terjaga baik.

Sekian dulu sharing saya kali ini, kita bertemu pada catatan berikutnya. Happy planting, go green in your home. -ngp

#onedayonepost
#pengalaman
#tomatalam