Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Ada hal menarik dan baru saya ketahui ketika membaca artikel berita, intinya: sapi impor Australia tidak bisa untuk diperjualbelikan untuk Idul Adha. Agak bingung aja, lalu buat apa impor sapi itu jika tidak bisa dipergunakan untuk Idul Adha? 

Ternyata saya mendapatkan istilah baru, "animal welfare". Apa itu, akan kita bahas nanti ya. 

Indonesia memang saat ini belum bisa mencukupi kebutuhan daging sapi secara mandiri, sehingga selalu saja dipaksa untuk impor agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi. 

Ilustrasi, gambar diambil dari Google

Australia merupakan negara terdekat dengan suplai daging sapi hingga sapi hidup yang cukup mapan. Di Australia pemeliharaan hewan ternak seperti sapi sudah dilakukan secara modern dan dilakukan dengan prinsip² 'kehewanan', sangat berbeda dengan di negara kita. 

Di Australia, tidak cuma manusia saja yang disejahterakan. Negara mereka sudah mampu mensejahterakan manusia, setidaknya sudah dikatakan mapan untuk mensejahterakan manusia. Sehingga sudah merambah ke hewan. Sangat berbeda dengan di Indonesia, hewan itu hanya menjadi objek saja dan tidak diperhatikan kesejahteraannya.

Kasus pemilik dokar atau delman, yang kudanya sampai kurus kering masih saja dipaksa bekerja menarik dokar/delman, dipecuti, bahkan ada yang sampai harus pingsan dan mati di tempat. Kemudian, penyembelihan hewan² ternak dilakukan dimana saja, dilakukan di tempat seadanya, asal penting sah, halal, langsung sembeleh. Hal² seperti ini dianggap primitif dan tidak memperhatikan prinsip² 'kehewanian'. Kenapa? Ya manusia saja inginnya selalu dengan prinsip kemanusiaannya, masa hewan tidak? Jangan karena hewan makluk skunder? 

Animal welfare atau kesejahteraan hewan merupakan sebuah prinsip yang menekankan pada perlindungan dan pemenuhan kebutuhan fisik dan mental hewan agar mereka dapat hidup dengan baik dan bahagia. 

Aspeknya antara lain: rasa lapar, rasa haus, ketidaknyamanan, rasa sakit, luka, penyakit dan rasa takut. 

Kesejahteraan hewan bukan sekedar pemeliharaan tetapi juga memberikan perhatian, terhadap perilaku alami dan kebutuhan hewan. Pemenuhan kebutuhan fisik seperti menyediakan lingkungan yang sesuai, makanan yang bergizi, akses terhadap air bersih, dan kebutuhan mental seperti kesempatan berinteraksi dengan hewan yang lain. 

Prinsip animal welfare ini ternyata tidak sekedar pada hewan peliharaan ternak saja, termasuk hewan² peliharaan, hewan untuk penelitian hingga hewan² yang hidup secara liar.

Animal welfare ini sudah jadi perilaku yang terkait dengan etika, yaitu memperlakukan hewan dengan baik, dan menghargai keberadaan mereka. 

Menurut World Organisation Animal Health (2023), ada 5 asas dalam animal welfare, yaitu:
#1 Bebas dari rasa haus dan lapar
#2 Bebas dari rasa tidak nyaman atau bebas dari penyiksaan fisik
#3 Bebas dari rasa sakit akibat cidera atau penyakit
#4 Bebas mengekspresikan perilaku alamiah
#5 Bebas dari ketakutan dan rasa tertekan

Sudahkah hewan peliharaan mu menerapkan asas² ini? Asas ini berlaku untuk semua hewan peliharaan baik untuk pribadi dan ternak konsumsi sekalipun, bahkan hewan liar. 

Awal mula konsen terhadap animal welfare ini dimulai pada abad ke-19, ada salah¹ Undang-undang pertama yang dibuat untuk melindungi hewan, yaitu Undang-undang Kekejaman Terhadap Hewan 1835 di Britania Raya. Kemudian diikuti oleh Undang-undang Kesejahteraan Hewan 1911. Tahun 1965, Britania Raya melakukan investigasi melakukan investigasi terhadap kesejahteraan hewan² yang diternakan secara intensif. 

Di Amerika Serikat aturan terkait hal ini baru muncul setelah bertahun-tahun, yaitu Undang-undang Kesejahteraan Hewan 1966. Walaupun ada negara bagian yang telah menerapkannya jauh sebelum itu, yaitu kisaran tahun 1828 - 1898.

Jika manusia punya WHO (World Health Organisation), dunia hewan juga memiliki organisasi yang melindungi hak² nya yaitu WOAH (World of Animal Health) atau Organisasi Kesehatan Hewan Dunia. Standarnya ada dua, untuk hewan terestrial dan hewan akuatik. 

Meski secara kasat mata Indonesia nampak belum memperhatikan soal kesejahteraan hewan, soalnya manusia saka tidak disejahterakan apalagi hewan, Indonesia juga telah menerapkan aturan yang berhubungan dengan hal ini. 

Indonesia punya Undang-undang No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan,  bertujuan mengatur untuk penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan secara berkelanjutan, aman dan sehat. Serta melindungi manusia, hewan dan ekosistemnya. 

Perubahan tentang undang² tersebut di atas menjadi Undang-undang No. 41 tahun 2014 tentang perubahan atas UU RI No. 18 tahun 2009.


Nah lalu hubungannya dengan sapi impor Australia tidak bisa digunakan untuk Idul Adha itu apa? 

Jadi karena prinsip² animal welfare kan sudah kita ketahui di atas? Jadi setiap hewan (sapi) dalam hal ini, yang diimpor dari Australia itu wajib mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan prinsip animal welfare. Dimana di Indonesia, setiap. Idul Adha dilakukan penjagalan hewan yang dilakukan tidak berdasar prinsip animal welfare, karena yang dipakai adalah prinsip agama semata, maka sangat melarang sapi² impor dari negara penganut animal welfare ini untuk hewan impor yang diperlakukan dengan 'sadis'. 

Cerita serba-serbi seputar Idul Adha kan banyak terjadi, sapi yang setres, kabur, mengamuk, sapi yang meneteskan air mata karena setres melihat kekejaman sesamanya dijagal di depan matanya, itu membuat tingkat stres tinggi terhadap mereka, walaupun mereka sendiri takdirnya sebagai hewan konsumsi. 


Oleh karena itu, Australia mewajibkan untuk hewan² impor mereka dilakukan penanganan khussus, dimana jika mau melakukan penyembelihan wajib di RPH (Rumah Pemotongan Hewan) yang terstandar dan sudah diaudit oleh lembaga kredibel yang memahami prinsip animal welfare secara baik. 

Sebenarnya bisa saja Idul Adha dengan sapi² impor ini, hanya saja caranya tidak bar-bar seperti menyembelih di sembarang tempat tanpa memperhatikan prinsip² peri kehewanan yang telah diterapkan di negara asal si hewan ternak yang diimpor ini. 

Itu sih sebenarnya prinsipnya, jadi kita manusia diajak lebih baik dalam memperlakukan hewan, yang terkadang terabaikan karena menganggap hewan hanya sekedar makluk konsumsi. 

Semoga informasi ini bisa mencerahkan, sekaligus momen menjelang Idul Adha, ya sekalian share² lah, saya termasuk orang yang gak tegaan, walaupun pada akhirnya tetap mengkonsumsi hewan² ternak tersebut. Tapi jika melihat proses jagalnya mungkin tidak akan tega, apalagi melihat hewan² ini setres ketika saat dieksekusi. Tapi dalihnya, itu adalah ekspresi kebahagiaan hewan tersebut. Halah, itu sih hanya doktrin keagamaan yang seolah-olah membenarkan hal yang gak tepat. 

Sampai jumpa dipostingan berikutnya, bahas hal² lain lagi yang berhubungan dengan kehidupan makluk hidup. -cpr

#onedayonepost
#opini
#umum
#animalwelfare
Sungai Gangga, siapa yang tidak kenal dengan nama sungai satu ini. Sungai yang memberikan banyak kehidupan bagi masyarakat India, sungai yang punya makna kesakralan bagi sebagian masyarakat India, terutama bagi penganut agama Hindu.

Kali ini saya mau traveling via virtual dengan blogging seperti biasa pada postingan blog pribadi saya yang lain, wisata rohani bisa saya lakukan dengan aktivitas blogging ini.

Kenapa saya tulis judulnya 'lebih jauh', karena saya mencoba mengenal 'Gangga' dari jarak cukup jauh, ketika di Indonesia sendiri ada sungai yang juga relatif panjang, tetapi saya malah memilih sungai yang jauh di India sana, negeri para Dewa-Dewi.

Ilustrasi, Sungai Gangga dari atas, sudah seperti laut karena saking luasnya. Gambar diambil dari Google

Sungai Gangga, begitulah dia dikenal hingga berbagai penjuru dunia. Saya yakin semua orang di dunia ini tahu tentang sungai satu ini. Sumber air Sungai Gangga bermula dari Gletser Gangotri, Gletser Satopanth, Gunung Nanda Devi, Gunung Kamet, Trisul (kumpulan tiga gunung yang menyerupai trisula di pegunungan Himalaya), Kedarnath (dua gunung di kelompok Gangotri dari puncak di Garhwal Himalaya Barat) dan Nanda Kot (merupakan puncak gunung di pegunungan Himalaya yang terletak di distrik Uttarakhand, India) di Pegunungan Himalaya. Mengalir sepanjang 2525 kilometer menurut Google, hingga mencapai hilir bermuara di Delta Gangga, di Teluk Benggala. Walaupun ada yang menuliskan panjangnya 2.510 kilometer, tapi kisarannya sekitar itu. Ini merupakan ukuran yang relatif kecil jika dibandingkan sungai lain di Asia dan dunia.

Taman Nasional Gangotri, gambar diambil dari Google

Sungai Gangga merupakan sumber kehidupan banyak peradaban India, ada peradaban Dinasti Maurya 'Ashoka', kemudian peradaban Mughal. Kekaisaran feodal Harsha, 


Pertanyaan konyol, apakah ada bagian dimana Sungai Gangga itu dinyatakan bersih dan layak?

Ternyata mesin pencari Google menyatakan sungai ini tercemar berat dan tidak bisa dianggap bersih. Lalu sebenarnya apa saja sumber pencemar dari sungai yang dianggap suci ini?
☠️ Tercemar akibat dari limbah manusia, dari bahan kimia pertanian dan air kotor dari pemukiman penduduk.
☠️ Tercemar dari limbah industri yang dibuang ke sungai. Ada industri pemyamakan kulit, pabrik kimia, pabrik tekstil, penyulingan, rumah pemotongan hewan, hingga rumah sakit. Bahkan ada industri pembangkit listrik yang menggunakan batu bara, abu hasil prosesnya juga 
☠️ Tercemar akibat pembuangan sisa² pembakaran jenasah manusia, baik yang sudah abu maupun yang sisa pembakaran tak sempurna.
☠️ Tercemar dari bangkai² hewan ternak yang dilarung begitu saja di sungai ini.

Air sungai ini memasok air untuk 40% penduduk India. Air yang mengalir dari hulu itu dimanfaatkan masyarakat India untuk berbagai kegiatan dari mengairi pertanian, sumber air baku, memancing, mandi, hingga ritual² keagamaan. Bahkan pada waktu masa covid19 di India, sungai ini digunakan untuk melarung mayat² pasien covid19 selepas kremasi atau pengebumian.


Agak mengerikan bukan selepas membaca artikel berita di atas soal fungsi tak langsung Sungai Gangga ketika covid19. Parahnya air sungai tersebut tetap dijadikan sumber air kehidupan masyarakat yang masih hidup, sungguh gambaran nyata ironi kehidupan di India kala itu. Bahkan sampai sekarang kalau urusan non hygienitas masyarakat ekonomi lemah di India.

Sungai Gangga yang bermula dari India Utara ini melewati beberapa daerah di India, antara lain Uttarakhand, Uttar Pradesh, Bihar, Jharkhand dan Benggala Barat hingga akhirnya bermuara di Teluk Benggala.

Sungai ini melewati 100 kota dengan populasi penduduk melebihi 100rb penduduk, 97 kota dengan populasi 50rb - 100rb penduduk, dan 48 kota kecil.

Bayangkan kota itu berisi manusia dengan perilaku yang sangat jauh dari budaya kebersihan, dimana limbah² rumah tangga tidak diolah tapi langsung digelontorkan begitu saja ke sungai induk dan anak² sungai. Jadi sangat wajar saja jika sungai ini menjadi sungai dengan kualitas air yang buruk.

Saya menilai sungai di Indonesia saja termasuknya kotor dan tercemar, bayangkan gimana tercemarnya sungai yang dianggap suci ini. Bersih = suci, tapi tidak berlaku di India, tidak bersih tetap dianggap suci, karena 'kepercayaan'.

Menurut statistik berdasarkan pengukuran polusi di sungai ini tahun 2006 dari pemantauan air sungai selama 12 tahun terakhir, menunjukan jumlah bakteri coliform cemaran dari feses hingga 100jt MPN per 100 ml dan tingkat kebutuhan oksigen biologis rata² lebih dari 40mg/ L. Data ini ditemukan di bagian sungai di daerah Varanasi.

Klasifikasi sistematis oleh Badan Perlindungan Limgkungan dan Pengendalian Polusi di Uttarakhand mengkategorikan Sungai Gangga ini ke dalam kategori D yang berarti polusi berlebihan.

Makna dari kategori tersebut antara lain: kategori A: aman untuk diminum ; kategori B: aman untuk mandi ; kategori C: aman untuk pertanian dan kategori D: polusi berlebihan.

Studi lain yang dilakukan oleh Program Registrasi Kanker Nasional dibawah Dewan Penelitian Medis India pada tahun 2012 menunjukan bahwa orang² yang tinggal di tepian sungai di wilayah Uttar Pradesh,  Bihar dan Bengal lebih rentan menderita kanker dibandingkan di daerah lain.

Penelitian tahun 2020 yang didukung oleh Forum Sains dan Teknologi Indo-AS (IUSSTF) menunjukan bahwa kandungan logam berat beracun di sungai ini telah meningkat secara signifikan beberapa tahun terakhir.

Dengan kondisi ini sangat wajar jika tingkat kesehatan masyarakat India sangatlah rendah, apalagi mereka yang ekonomi miskin, kalau mereka ekonomi tinggi, kaum hedon Bollywood tentunya tidak akan mengalami ini, dan mereka sadar bahwa itu (baca: Sungai Gangga) itu kotor dan tak layak dikonsumsi.

Sungai ini akrab dikaitkan dengan penyakit² seperti disentri, kolera, hepatitis, diare parah, dimana penyakit ini menyerang usia anak² dan dapat menyebabkan kematian.

Baru² ini organisasi Pengadilan Hijau Nasional (National Green Tribunal) merilis laporan yang menyatakan bahwa kandungan bakteri koliform feses dalam air Sungai Gangga di Prayagraj pada saat perayaan Kumbh Mela tahun 2025 adalah sebanyak 1400 kali lebih tinggi dari batas diinginkan.


Sungai dengan panjang 2500-an kilometer ini merupakan rumah bagi flora dan fauna, apa saja itu?
Flora : Primula floribinda, Stellaria webbiana, Elastostema sessile, Geranium rotundifolium, Betula utilis, Rhododendron communis.
Fauna air: lumba² Sungai Gangga, berang², kura² air tawar, ikan lele, ikan daun dan ikan hinggap, ikan belibis, ikan barb, ikan gurami, ikan bandeng (muara).
Reptil: buaya India (gharial) dan buaya rawa.

Ilustrasi, lumba² Sungai Gangga tertangkap jala nelayan. Gambar diambil dari Google

Ini dia reptil sejenis buaya, dikenal dengan nama Gharial. Gambar diambil dari Google

Kura-kura air tawar Sungai Gangga. Gambar diambil dari Google

Ikan barb, ikan hias eksotik yang juga hidup di sungai Gangga. Gambar diambil dari Google

Begitu banyak flora fauna yang bergantung hidup dari sungai ini, yang diketahui bukan sungat bersih, justru cenderung beracun. Jadi bisa dibayangkan efek yang flora dan fauna itu alami. Endapan² logam berat pasti harus mereka terima.

Kepunahan adalah resiko yang harus diterima, ketika habitat hidupnya sudah tidak layak lag pilihannya cuma dua bertahan hidup dan berevolusi atau punah.


Pemerintah India memang berusaha untuk membenahi Sungai Gangga ini, banyak program yang mereka lakukan sejak 1989 dengan pembentukan sebuah badan Gangga Action Plan (GAP).

Lanjut pada tahun 2009 sebuah organisasi bentukan pemerintah Otoritas Daerah Aliran Sungai Gangga (NGRBA).

Pada tahun 2014, perdana mentri India yang dikenal saat ini Narendra Modi meluncurkan program Namami Gange. Hingga saat ini program ini masih terus berjalan, ada kemajuan yang relatif berarti, per tahun 2022 ada 15% aliran sungai dipulihkan. Hingga pada tahun 2025 ini kemajuannya pada kualitas air yang makin membaik, perluasan kapasitas pengolahan limbah penduduk, hingga populasi lumba² Sungai Gangga mulai meningkat.

Namun informasi yang dikabarkan oleh kantor berita Reuters, upaya² pembersihan sungai ini sebelum² nya terhambat karena kegagalan dalam melaksanakan rencana. Artinya rencana dan konsep pemulihan sungai yang baik dianggap gagal karena 'tidak terlaksana dengan baik'.

Sebagai penutup, jika ingin melihat bagian dari dunia, melihat wajah kekumuhan dunia ini, liriklah sedikit ke bagian dunia satu ini, India. Mampirlah bervirtual ke aliran sungai ini, anda bisa melihat betapa kumuhnya. Meski terlihat tampak baik² saja, tapi sesungguhnya di sana terkontaminasi banyak material² yang sebenarnya tak layak berada di sungai dimana air yang mengalir menjadi sumber air kehidupan banyak orang. Parahnya, masyarakat negara itu yang menyokong kehidupan sungai justru tidak pernah sadar akan hal itu, kembali kepada keyakinan, sungai ini adalah suci, mau bagaimana pun mereka mengotorinya setiap saat.

Untungnya sungai ini mengalir terus, siklus hidrologi tetap berjalan, kotoran, pencemar seperti sampah, kontaminasi dll., pada akhirnya akan terbawa aliran sungai ke laut, semuanya akan dibawa ke laut, sehingga lautnya yang kotor, filtrasi dunialah yang akhirnya bekerja. Namun meski begitu, endapan² kotorannya pasti ada di dasar sungai ini dan baru akan terlihat kelak jika sungai ini kering. Tapi jika ini terjadi (sungai ini kering), itu tandanya ada yang gak beres dengan dunia ini.

Sebuah pembelajaran untuk sungai² lain di dunia, terutama di Indonesia. Bedanya orang Indonesia lebih 'licik', mau mengotori sungai tapi mereka tahu sungai itu kotor dan mereka jijik, tapi kalau mengotori sih enjoy² aja.

Bedanya dengan di India, rencana penanggulangan dan pembersihan yang dilakukan pemerintah itu berhasil dilaksanakan hanya belum efektif karena kurang dukungan masyarakat, tapi bukan tidak didukung sama sekali oleh masyarakatnya ya, seperti di India sana.

Segitu saja ya kita mengenal India 'lebih jauh', karena makna sebenarnya, memang jauh sekali ke India. Tapi apakah saya berpikir untuk pergi ke sana? Hmm, rasanya tidak, India bukan negara yang ada dalam pikiran saya untuk saya kunjungi. Sangat tidak masuk akal jika memilih berlibur ke negara itu, ketika banyak pilihan negara lain yang jauh lebih baik.

Ini pendapat pribadi saya, dan jelas sih sekotor-kotornya saya, saya akan berpikir ulang untuk hidup di negara itu, jika saya bagian dari Bollywood it's oke, tapi jika saya hanya orang biasa seperti di negeri saya ini, jauh² lebih baik Indonesia ini, secara lingkungan dan pola kehidupannya.

Bagi yang punya pendapat lain tentang ini, bisa share dikolom komentar. Mungkin yang bisa berpendapat adalah mahasiswa² Indonesia yang hidup dan belajar atau sekolah di India, mereka akan bisa berpendapat lebih objektif, tapi pasti jauh lebih 'menerima' keadaan, karena mereka pernah hidup dan merasakan apa yang ada di sana. Hanya pertanyaan akhir buat mereka, akankah mereka mau hidup dan stay di sana untuk waktu yang lama?

Sampai jumpa dibahasan yang lainnya, entah bertravelling virtual kemana lagi ya. Foto dan gambar dari post ini ya diambil dari internet, untuk memberikan gambaran saja ya, tahun pengambilan gambar juga gak jelas. Jadi jangan dijadikan patokan, tapi setidaknya membantu saja membayangkan. Sisanya sih bisa nonton Youtube saja, yang gambarnya bergerak. -cpr

#onedayonepost
#sungaigangga
#opini
#umum
#sungaikotor
#india
Pada postingan yang sebelumnya saya menuliskan bahwa tanaman saja yang sudah memasuki usia tua masih bisa berbuah, masa manusia yang sudah memasuki usia tua tidak menghasilkan 'buah' untuk orang lain?


Sebuah tulisan refleksi sebenarnya tapi juga menceritakan hal yang sebenarnya. Jadi tanaman labu madu yang saya tanam kan sudah tua, sudah gak produktif sebenarnya. Namun saya kemarin menemukan calon buah.

Tadinya saya berpikir dan berharap bahwa calon buah ini akan bisa tumbuh menjadi buah labu madu hingga panen, tapi ternyata tidak berhasil alias gagal.

Jadi sejak postingan itu saya mulai amati dan pada akhirnya kegagalannya nampak, calon buah labu madu itu akhirnya busuk juga.

Lha ternyata oh ternyata setelahnya ada lagi calon buah labu madu baru, namun sayangnya pertumbuhan mereka tak sejalan dengan tumbuhnya bunga jantan, alhasil pada akhirnya busuk juga.

Foto diambil pada tanggal 22-09-2024, beberapa hari setelah postingan sebelumnya.

Foto diambil pada 22-09-2024 sama seperti foto di atas tadi.

Dalam budidaya buah labu madu, polinasi adalah bagian terpenting dalam optimalisasi hasil panen. Meski secara alami bisa saja dibiarkan penyerbukan terjadi, namun efektifitasnya kecil. Apabila kita mengejar produksi optimal dari satu bibit tanam, jika hasilnya hanya 1-2 buah labu saja sepertinya kurang efektif.

Berdasarkan pengalaman, satu bibit tanaman labu madu yang ditanam, hanya berhasil menghasilkan 8 buah labu madu yang efektif hingga panen. Ada pun nambah +1 buah labu madu bungsu, yang bentuk buahnya sudah gak optimal. Seperti dokumentasi di bawah ini.

Foto diambil pada tanggal 22-09-2024, saya namakan buah ini sebagai buah labu madu bungsu. Nampaknya dia yang paling terakhir dari semua buah yang sudah dan akan dipanen.

Jadi bagi yang mau membudidaya tanaman labu madu, perawatan dan polinasi jadi kunci. Hasilnya cukup lumayan jika bisa dijual ke tempat yang benar. Jika pun mau diolah dulu menjadi makanan olahan, kolak, makanan pendamping ASI atau lainnya pasti bisa memberi nilai tambah.

Pada postingan tiap kali panen sejauh ini saya selalu menuliskan berapa harga per buah labu dari hasil panenan dari kebun depan rumah.





Ini buat pengalaman sih, saya sekedar sharing. Memang sih pada akhirnya ketika tanaman buah labu madu kita sudah sampai pada tahap optimal menghasilkan, sepertinya langsung saja ditebang dan ganti dengan tanaman baru.

Soalnya dari pengalaman ini, jika sudah masuk usia tua gini, pertumbuhan bunga jantan dan bunga betina sudah tak lagi bisa sama. Akhirnya ketika bunga betina tumbuh tidak bisa dibuahi, begitu pun ketika bunga jantan tumbuh eh gak bisa membuahi, akhirnya pada jomblo, akhirnya busuk, calon² buah yang harusnya bisa tumbuh jadi gagal.

Jika ada bunga jantan sintetis, bisa saja sih dikawin, tapi kan hasilnya bukan lagi buah organik, soalnya sudah hasil rekayasa.

Kebetulan tanaman buah labu yang ditanam pada batch #1 ini adalah hasil pertanian organik, murni 100% organik.

Segitu saja deh sharing ya, ya sekedar bercerita dan berbagi pengalaman. Saya senang jika di sekitar saya ini jika ada yang mau menanam tanaman ini dan meramaikan pasar tanaman ini, walaupun kalau gitu membuat harganya turun. Tapi senang sih membuat petani jadi punya pilihan tanam yang sedikit perawatan tapi cukup menghasilkan. Kuncinya hanya pada telaten melakukan polinasi saja sih.

Potensi berbuahnya ada terus, hanya lagi² pertumbuhan bunga jantan gak sejalan dengan bunga betina. Foto diambil tanggal 22-09-2024, ditemukan lagi calon buah, tapi paling 4+ akan busuk juga.

Disisi yang lain ditemukan calon buah, bunga betina akan mekar dalam 1-2 hari kedepan, foto diambil tanggal  22-09-2024 tapi tidak ada bunga jantan yang tumbuh. Paling 7+ akan busuk juga pada akhirnya.

Sampai jumpa dicatatan lainnya atau obrolan sharing lainnya. Sebagai penutup, "jadilah orang yang bermanfaat, belajarlah dari tanaman labu madu, yang masih berbuah walaupun pada akhirnya busuk, tetap ada buah yang bisa diusahakan, daripada sudah tua tidak memberikan apapun hanya memberikan pengaruh negatif  buat lingkungan sekitarnya." -ngp

#onedayonepost
#labumadu
#pengalaman
#opini
Sejak punya peliharaan banyak di rumah saat ini kalau mau aktivitas meninggalkan rumah jadi mikir², soalnya banyak yang terbengkalai.

Salah¹ nya ya peliharaan dalam air yang saya punya saat ini. Pas pulang lihat kondisi aquarium butek sekali. Untung saja oksigen dalam air masih tercukupi, gak sampai penghuninya "ngobra".

Ini kondisinya setelah ditinggal beberapa hari, langsung butek. Gak bahaya ta?

Melihat kondisi seperti ini, gak bisa diabaikan dan mau gak mau harus kuras sesegera mungkin, jadi walau kondisi lelah harus segera eksekusi.

Meski setelah dibersihkan gak bisa bersih betul seperti semula ketika belum ada penghuninya. Tapi setidaknya itu lebih baik. Kasian juga penghuninya.

Sebelum saya bersihkan, suhu air itu masih ada angka 26°C, maklum karena belakangan suhu ambient itu rendah, ditambah di rumah kelembabannya lumayan tinggi.


Setelah saya bersihkan hasilnya seperti yang bisa kalian lihat, gak bersih² banget. Saya ganti air lebih banyak dari biasa, hampir sisa 30% dan mengganti air baru 70%.

Habis penggantian air suhu air sempet naik ke angka 29,3°C dan itu baik sebenarnya, sebelum akhirnya kembali turun ke angka 26°C lagi keesokan pagi saat makan jam 04:00.


Solusi heater air sudah harus dieksekusi dalam waktu dekat ini, mengingat nafsu makan ikan sangat berpengaruh dalam hal ini.


Untuk konsisi pH air sih masih aman terjaga diangka 8-9 menggunakan ph kertas lakmus. Jadi perkiraan diangka tersebut.

Segitu saja cerita saya kali ini, berbagi pengalaman dalam pemeliharaan ikan sidat di rumah tangga. 

Cerita selanjut ditunggu saja diblog ini, apa saja aktivitas dari apa yang jadi hobi saya saat ini. Sharing ini perlu untuk pemula yang mau coba pelihara ikan sidat budidaya. Ingat ya, bukan sidat alam yang diambil dari ukuran besar, tapi sidat dari alam yang diambil saat ukuran GE.

Jangan pelihara sidat yang diambil dari alam yang berukuran diluar GE karena itu bukan pilihan tepat, hanya orang goblok yang melakukan itu. Jika mau budidaya sidat ambilah benih saat masih GE. Jika sudah lewat masa GE, biarkan sidat alam besar di alam, dan jangan dipancing atau ditangkap. Yang nangkap itu goblok!

Soalnya itu akan mengurangi pasokan ikan sidat GE yang baru di alam. Dan bagi pembudidaya yang sudah sukses membesarkan sidat budidaya, hendaklah melepaskan beberapa ekor sidat besar kembali ke alam, supaya mereka bisa memijah di palung laut dan generasi GE baru lahir kembali ke alam.

Jika anda pembudidaya sidat alam, yang diambil pada ukuran sudah besar, anda termasuk orang goblok yang merusak siklus hidup sidat dan keberlangsungannya untuk ekosistem.

Karena daging sidat alam itu tidak layak untuk konsumsi sebagai unagi atau sejenisnya, karena rasanya tidaklah enak. Paham? Kalau gak paham, belajar, biar gak goblok. Ok!

Salam konfrontasi untuk mereka yang nangkap sidat ukuran elver ke atas dari alam untuk dijadikan budidaya dan dijual sebagai bahan makanan. -ngp

#onedayonepost
#pengalaman
#opini
#budidayasidat
Time line sosial media diramaikan dengan konten dari salah satu geng halilintar yang melepaskan seekor burung love bird yang dia beli dari pet shop kaki lima di kawasan Jakarta Selatan.

Ybs. membeli seekor love bird lalu melepaskannya begitu saja. Video yang dishare di sosial media ini mendapatkan reaksi beragam dari netizen.

Saya juga secara gak langsung jadi netizen tapi kebetulan gak ikut berkomentar langsung dipostingan tersebut. Tapi saya punya wadah sendiri, yakni blog pribadi saya.


Saya sebagai pemelihara love bird punya penilaian yang gak setuju dengan apa yang dilakukan salah¹ geng halilintar ini. Karena apa, love bird yang ada di penjual hewan dan di rumah² kita merupakan love bird rumahan, memang sejak lahir beberapa generasi dari love bird yang memang dipelihara. Sehingga sudah pasti mereka gak punya kemampuan adaptasi di alam bebas.

Jika bisa pun butuh waktu yang cukup lama, apalagi alam kita saat ini tidak seasri dulu. Kemudian pasokan pakan dia dari mana, sedangkan selama ini mereka dapat pasokan makan dari pemeliharanya.

Dimana dia harus mencari makan, love bird yang dilepas liarkan begitu saja pasti akan kaget dan bingung harus kemana. Belum lagi predator lain di alam yang bisa saja jadi sumber bahaya.

Memang sih alam punya mekanismenya sendiri, tapi ketika hewan yang sudah dipelihara jika pun mau dilepas ke alam bebas harus memperhatikan banyak faktor, gak bisa sembarangan dan spontan, perlu lihat dulu apa hewannya. Dalam hal ini love bird tidak bisa diperlakukan seperti itu.


Love bird peliharaan walau nampak galak dan liar, pada dasarnya mereka jinak, dalam arti mereka itu ketergantungan pada pemeliharanya.

Saya menyadari itu ketika saya mulai memelihara dan hidup berdampingan dengan burung cantik satu ini. Dibeberapa post lalu saya pernah bercerita love bird peliharaan saya lepas, untungnya bisa kembali.


Pernah juga, lupa menutup kandang, eh love bird saya keluar kandang tapi untungnya dia tidak terbang jauh atau melarikan diri, dia malah hinggap di atas kandang dan bermain di sana.


Pada intinya begini baik memang jika hewan yang hidup di alam ya tetaplah di alam, janganlah ditangkap. Namun apabila dia sejatinya lahir dan besar di peliharaan, peliharan dan itu jadi tanggung jawab kita.

Jika niatnya penangkaran dan pembudidayaan guna nanti akan dilepasliarkan sebagai mendukung ekosistem pastikan bahwa hewan tersebut dilatih dan dibiasakan sebelum dia dilepas ke alam bebas.

Jadi gak sembarangan, terutama untuk hewan² yang perlu penanganan khusus. Jadi kita harus bisa memisah dan memilahnya.

Mudah-mudahan sih love bird ini bisa adaptasi dan bisa bertahan hidup di alam bebas, dan hidup lebih baik dari saat ketika dia tinggal dipelihara. Hanya itu sih harapannya. Jika yang terjadi sebaliknya tentunya sangat disayangkan.

Itu sih komentar saya soal melepas love bird ke alam liar tanpa ada penyesuaian terlebih dulu. Karena kurang pas saja walau niatnya baik. Ada pepatah, niat yang baik perlu didukung pengetahuan yang baik juga. -THN

#onedayonepost
#lovebird
#opini
#pengalaman
#umum
Air memang jadi sumber daya paling vital buat kehidupan manusia dimanapun rasanya. Bahkan ilmuwan yang tengah mencari planet lain untuk hunian baru saja pertama-tama mencari tanda keberadaan air.

Air itu sangatlah vital, karena dari air itulah awal kehidupan bisa dimulai, sumber penghidupan. Itu kenapa ketika menghadapi kekeringan banyak yang kerepotan.

Musim kemarau tahun ini saya alami di rumah, bukan di kos²an seperti tahun sebelumnya. Di rumah yang saya tinggali ini menggunakan atau memanfaatkan air dari sumber sumur bor.

Sumur bornya ada di halaman teras rumah. Digali atau dibor tidak terlalu dalam, hanya kurang lebih empat meteran saja. Entah apa alasannya, tapi sepertinya ya ketika digali sedalam itu sudah menemukan air. Tapi, kualitasnya sepertinya tidak diperhatikan.

Sumur ini digunakan untuk sumber air dua rumah, rumah saya dan rumah sebelah kiri. Karena dua rumah ini merupakan satu pemilik, dibuatkan satu sumur di halaman rumah saya ini.

Itu dia sumur yang berbentuk lingkaran, ditutup dengan sebuah cor beton, terdapat dua pompa sumur bor. Didekatnya ada keran air untuk siram² dan cuci².

Sekedar informasi, di belakang rumah ini ada sungai kecil, tidak besar juga, tapi gak terlalu kecil juga. Sungai ini aliran airnya cukup stabil, tidak melimpah ruah tapi stabil mengaliri air. Soalnya kan ada tuh sungai dengan dimensi besar tapi airnya gak sesuai dengan ukuran sungainya.

Kemudian, di sisi lain di depan kanan rumah (arah jam 2), terdapat sebuah kolam lele dumbo. Kolam lele ini kerap membawa aroma tidak sedap gitu. Tahulah bagaimana habitat hidup kolam lele ternak. Apalagi ikan lele di sini diberi makan bangkai ayam/bebek rutin, wajar jika airnya jadi pekat dan memberikan aroma yang tidak sedap.

Nah, belakangan ini kualitas air sumur di rumah seperti berbau. Dari sisi warna memang agak berwarna kekuningan kadang kehijauan, tapi masih bening, tidak keruh sekali.

Sejak awal memang saya menilai air sumur ini tidak begitu fresh airnya, jika dibandingkan rumah tetangga sebelah kanan (arah jam 3), dimana air mereka jernih dan bersih. Padahal dibor di sisi lebih dekat dengan kolam lele.

Saya menganalisa air sumur yang belakangan membau ini disebabkan beberapa hal, seperti:
(-) Oleh karena musim kemarau, debitnya terbatas, sehingga intensitas air dan pertumbuhan lumut atau alga atau kotoran atau hal² lain di sumur ini jadi meningkat. Jika musim penghujan tiba, setidaknya konsentrasi air tetap dan air baru itu bisa bercampur sehingga tidak lagi pekat.

(-) Dugaan lain adalah nampaknya kolam lele di seberang sana itu ada rembesan ke dalam tanah dan nampaknya ya alirannya itu mengarah ke sumber sumur yang saya gunakan ini.

Itu dia kolam lele dumbo (arah jam 2), sebelahnya ada percis rumah tetangga yang airnya sumurnya lebih bersih.

Kenapa saya menduga ke arah sana?

Karena baunya itu hampir serupa, seperti bau comberan gitu, mirip² aroma semriwing yang tercium dari arah kolam jika terbawa angin. Lalu kemudian, ketika saya menggunakan air di rumah untuk cuci kaki saja, efek setelahnya dari cuci kaki ini bukannya bersih malah bikin berbau, layaknya seperti kaki kita habis tercebur ke air comberan gitu, baunya sampai tercium lho. Nah lho, ini kan parah. Berarti kan sumber air bersihnya memang gak layak pakai.

(-) Dugaan lain adalah ada rembesan dari cucian air di atas teras saya. Saya kan sering cuci² di teras, dimana teras saya ada keran air dan dekat sekali dengan lubang sumur. Nah ini ditakutkan ada rembesan yang bisa saja turun ke sumur. Kan saya sering mencuci kandang burung, ditakutkan air cucian kandang burung yang berisi kotoran burung juga ikut merembas ke dalam.


Semua itu hanya dugaan yang belum tentu kebenarannya. Tapi kita kan hidup bukan cuma menduga, perlu ada solusi.

Kemarin sore saya sempat diskusi dengan tetangga sebelah rumah percis, membahas air ini dan beliau juga merasakan apa yang saya rasakan, yakni kualitas air yang buruk.

Kebetulan ya kami sepakat berencana memberikan chemical penjernih air, entah itu kaporit atau sejenisnya. Kebetulan tetangga saya juga menggunakannya di tempat kerjanya. Dalam waktu dekat akan diujicobakan untuk memberikannya ke dalam sumur ini.

Nah kita lihat saja perkembangan selanjutnya bagaimana kualitas air sumur ini, lebih baik, lebih buruk atau malah sama saja tidak ada perubahan.


Sedih rasanya, habis mandi bukannya fresh tapi berasa kaya belum mandi, sesekali tercium bau² yang kurang sedap. Sabun mandi seakan-akan hanya memberikan efek netral saja.

Kamar mandi juga mudah berlumut dan kotor, membuat aroma kamar mandi jadi tidak sedap.

Ini dia view kamar mandi, yang jadi gak fresh dan berbau.

Sayang memang beberapa kali saya tinggal di kos dulu selalu saja bermasalah dengan kualitas air dan stok debit airnya. Kos terakhir sebelum saya tinggal rumahan ini juga sama, meski jernih kualitas airnya itu mengandung lumpur lumut yang mudah sekali ngendap dan menghitam, agak berbau juga.

Apa yang saya alami ini masih jauh lebih baik, bayangkan saudara² kita di daerah lain yang mengalami kekeringan parah, malah tidak dapat air sama sekali, jika pun dapat kualitas airnya lebih buruk bahkan gak layak sama sekali.

Segitu saja deh catatan sharing saya. Air itu sangatlah penting dan berharga, sehingga jika mungkin jagalah kelangsungan ketersediaannya dengan memberikan ruang pada air yang datang ketika musim penghujan kembali ke dalam tanah, mengisi celah² ceruk lubang untuk air itu kembali bersarang di sana.

Keep fresh water for future and for give live together. -ngp

#onedayonepost
#opini
#umum
#teori
#pengalaman
#freshwater
#sumurkotorbau
Ketika saya membaca sebuah berita online, dibahas sebuah daun yang katanya Indonesia belum bisa impor daun ini. Hmm, daunnya bernama 'kratom'. Daun apa sih itu? Setahu saya selama ini daun yang dilarang buat diperjual belikan di Indonesia adalah daun ganja. Apakah daun kratom ini serupa dengan daun ganja?

Lalu apa sih daun kratom ini?

Nah inilah yang ingin saya cari tahu, dan pada postingan kali ini saya mau membahas hal ini. Untuk nambah pengetahuan saya khususnya.

Ilustrasi, daun kratom yang dibuat powder. Gambar diambil dari Google


Daun kratom merupakan daun dari tanaman yang tumbuh di daerah Asia Tenggara, bahkan di Afrika juga tumbuh lho. Tanaman ini tumbuh di Papua Nugini, Thailand dan Malaysia. Selain itu di Indonesia tanaman ini ternyata juga tumbuh di daerah Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Kapuas Hulu.

Dikenal dengan nama kratom atau purik atau kedemba oleh warga Kalimantan.

Daun kratom ini merupakan daun dari tanaman atau tumbuhan yang termasuk dalam kelas Rubiaceae, masih satu keluarga dengan tanaman kopi.

Meskipun satu famili dengan kopi-kopian, kratom berbeda dengan kopi.

Tanaman ini punya nama ilmiah Mitragyna speciosa.

Tanaman ini tumbuh dapat tumbuh setinggi 4-16 meter. Daunnya bahkan bisa tumbuh selebar telapak tangan orang dewasa.

Ilustrasi, tanaman kratom yang dianggap BNN sebagai narkotika golongan I. Gambar diambil dari Google

Biasanya daunnya lah yang dimanfaatkan sebagai herbal, sering dimanfaatkan dengan cara dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh atau dimasukan ke dalam kapsul. Ada pula yang langsung mengunyahnya seperti layaknya daun sirih dikonsumsi.

Masyarakat tradisional di tanah air sering memanfaatkan daun dari tanaman ini sebagai tumbuhan herbal. Sering dimanfaatkan mengatasi batuk, diare, diabetes, hingga pereda rasa sakit. Jika digunakan dengan dosis lebih tinggi bisa memberikan efek menenangkan.

Masyarakat di negara lain seperti Thailand dan Malaysia, memanfaatkan daun kratom ini sebagai penambah energi, stamina dan mengatasi kelelahan.

Sedangkan masyarakat negara lainnya, misalnya di Amerika Serikat, daun kratom digunakan sebagai obat rekreasional dan obat opioid yang mudah dibeli dalam bentuk ekstrak, bubuk, atau suplemen.

*opioid = kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat atau sebagai obat bius sebelum operasi.

Namun Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mencekal penggunaan daun kratom di beberapa negara bagian Amerika karena masalah keamanan dan efek samping daun kratom yang menurut penelitian sementara dapat menyebabkan sakau, kecanduan, anorexia, dll.

Di Indonesia sendiri belum ada uji klinis khusus untuk menguji khasiat ilmiah dari tumbuhan ini. Sehingga di Indonesia daun kratom ini masih dalam ranah 'abu-abu', meskipun masyarakat tradisional sudah mengenalnya sebagai variasi pengobatan herbal.

Amerika Serikat dan Eropa yang sudah lebih dulu meneliti secara ilmiah dari tumbuhan ini, terutama daunnya dan dari hasil itu daun kratom ini memberikan efek yang (-).

Sejak tahun 2011 hingga 2017, pusat pengendalian racun di Amerika Serikat menerima sekitar 1.800 pengaduan negatif tentang penggunaan daun kratom, termasuk laporan kematian setelah mengkonsumsi daun kratom.

Daun ini dipercaya punya efek yang lebih kuat dari morfin. 


Jika melihat hal ini, daun kratom mirip seperti daun ganja. Yang meski sudah dikategorikan sebagai psikotropika tapi masih tetap ada ranah 'abu-abu'.

Pada dasarnya, opini saya ya. Apapun itu jika digunakan sewajarnya pasti punya efek (+). Masalahnya, manusia itu makluk yang sulit dikendalikan. Sehingga hal yang abu-abu seperti ini pasti rentan disalahgunakan.

Kita lihat saja narkotika yang sebenarnya bisa digunakan untuk kebaikan medis eh malah disalahgunakan, dioplos dicampur sana-sini jadi sesuatu yang berefek negatif (-).


Nah di Indonesia sendiri, mungkin ya berkaca dari apa yang sudah diteliti di Amerika Serikat dan di Eropa, melalui BNN, sedang mengajukan klasifikasi daun kratom sebagai narkoba golongan 1 ke Kementerian Kesehatan.

Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, daun kratom (Mitragyna speciosa) dilarang total digunakan dalam suplemen makanan dan obat tradisional mulai 2022. Hal ini berdasarkan keputusan Komite Nasional Perubahan Narkotika dan Psikotropika tahun 2017 yang lalu.

Kalau di Amerika Serikat, badan narkotikanya yakni DEA sudah mamasukan tanaman kratom ini dalam pengawasan mereka sejak tahun 2016.


Padahal di Kalimantan, tanaman ini dimanfaatkan sebagai komoditas herbal, namun kembali lagi Indonesia belum punya arah penelitian dan uji secara klinis pada komoditas herbal satu ini. Sejauh ini rujukannya masih dari luar negeri.

Lalu apakah Indonesia punya pendirian nya sendiri?

Kondisi ini sebenarnya jadi peluang dimanfaatkan para ilmuwan narkotika untuk menggunakan daun ini untuk hal (-), itu bisa saja. Karena mereka pastinya tidak mementingkan kesehatan, tapi hanya uang, apabila tumbuhan yang sebenarnya bisa dimanfaatkan (+) justru jadi bernilai (-).

Ini ibarat senjata. Senjata bisa digunakan untuk melindungi diri, tapi bisa juga digunakan untuk hal (-), semua kembali pada siapa yang menggunakannya, "who behind the gun".

Ditangan aparat keamanan akan jadi (+), jika ditangan perampok dan penjahat akan jadi (-), tapi ternyata saat ini ditangan aparat keamanan juga bisa saja jadi (-), lihat saja kasus Sambo?


Namun pada akhirnya daun kratom ini akan disamakan nasibnya sama seperti daun ganja. Dimana ketika ada dari kita yang menanamnya barang sedikit urusannya bisa panjang lho.

Entah bagaimana jika dia tumbuh liar?

Rasanya pasti akan ditelusur, seliar-liarnya pasti pernah ada yang membawa bibitnya, kecuali ketika memang itu tumbuh di pekarangan rumah, apabila rumah kita di hutan² Kalimantan di daerah Kapuas Hulu, itu masih bisa dimaklumi. Tapi tentunya bagi polisi narkotika pasti akan ada saja celah memenjarakan kita kalau urusannya dengan narkotika.

Nah, bagaimana menurut pendapat kalian mengenai daun kratom ini? Bagaimana seharusnya pemerintah menyikapinya, apakah diperlakukan terbatas seperti daun ganja atau jenis tumbuhan 'narkotika' lainnya?

Pertanyaan menggelitik, Indonesia kan punya tanaman ini, lalu kenapa mau impor? Hmm, kadang suka aneh dengan negeri ini, bahan melimpah koq impor. Bahan mentah dijual murah, impor barang jadinya dengan harga lebih mahal, yang menikmati nilai tambah orang luar. Ini tolol atau bego? Sulit dipahami sih, punya bahan baku ya tapi koq impor, #syulit.


Satu hal yang perlu kita pahami bersama, kita hidup di dunia yang sangat jahat, karena selalu ada manusia² iblis diantara kita yang selalu saja memanfaatkan hal yang bisa diambil (+) tapi justru dimanfaatkan sebaliknya.

Jadi selama kita masih hidup bersama manusia² iblis, rasanya yang paling aman adalah membatasinya dan tata kelolanya dipantau sehingga manfaat yang (+) tetap bisa diperoleh, yang (-) bisa diminimalisir.

Itu menurut pendapat saya.  Baiklah segitu saja sih, saya gak bisa dapatkan detail dari tanaman ini seperti apa profilnya, bagaimana dia memperbanyak diri, bagaimana pengembangbiakannya dll. Karena ya itu tadi, tanaman ini termasuk dalam golongan 1 narkotika sehingga informasi pembiakannya pastilah dibatasi informasinya.

Sampai jumpa lagi dibahasan lainnya, hal² yang berhubungan dengan yang hijau² lainnya, masih diblog ini. -ngp

#onedayonepost
#kratom
#umum
#teori
Beberapa waktu yang lalu ketika saya melakukan blog walking saya pernah baca sebuah post dengan istilah 'jingling', nah dari baca² itu saya jadi tahu apa yang blog saya alami ini ya seperti yang dibahas di sana. Ya waktu itu saya visit ke blog nya Mreneyoo.

Eh delalah saya ngalami sendiri, walaupun dulu juga pernah dialami blog saya lainnya, tapi dulu gak tahu istilahnya, 'jingling'. Agak aneh sih namanya.

Ilustrasi, jingling, gambar diambil dari Google

Jadi Jingling itu merupakan software buatan China. Berfungsi untuk menaikkan traffic website.

Kata jingling diambil dari bahasa China yang artinya gemerincing, seperti koin² yang berbunyi seperti itu ketika bergesekan satu sama lain.

Sebenarnya software yang diistilahkan dengan jingling ini dikenal di dunia sebagai “spirit of software traffic”. Fungsi utama jingling adalah untuk memanipulasi pengunjung, di buat dengan mengumpulkan alamat IP dari berbagai negara. Alamat IP yang di kumpulkan akhirnya digunakan oleh aplikasi Jingling untuk menjadi pengunjung palsu.

Kalau saya dulu menyebutnya anomali traffic.

Ini rekaman pada bulan September 2023, tanggal 25/9 saya dapat kunjungan visitor baru dari blogger karena komunitas, bdk. statistic pun yang berkunjung hanya berapa, meski kenyataannya minimal 30 user blogger berkunjung. Itu pun page view juga gak tinggi. Ini traffic yang normal.

Karena memang aneh, blog saya ini blog baru dan memang visitornya bisa dihitung jari lah, traffic tertinggi itu karena games dari komunitas blog yang saling kunjung dan berkomentar, itu kenapa ada satu post saya yang komennya sampai 30 visitor + 1, ya itu karena yang ikut games sebanyak 30 blogger dan 1 blogger yang rutin visit ke sini.

Tampak fenomena anomali atau jingling ini mulai ditanggal 13/10 dan mengalami peak ditanggal 23/10. Ini mulai ditemuin dibulan Oktober 2023 ini.

Lha ini beberapa hari belakangan koq saya lihat di Histat itu visitornya bisa dua digit tiap hari, ini kan jelas aneh. Saya lihat source link visitornya juga aneh. Meski IP nya berbeda-beda.


Saya menggunakan Histats untuk collect data traffic ke blog NGP ini dan sudah saya pakai sejak lama.

Biasanya nanti setelah kejadian ini, entah beberapa waktu ke depan pasti traffic akan kembali normal, ya itu hanya 1-2 visitor yang rutin kunjungan, itu pun ada tambahan karena saya yang rutin mengunjungi blog saya sendiri.

Saya ambil contoh tanggal 24/10 itu bisa dilihat tiap jam selalu ada visitor baru dengan IP seperti yang bisa dilihat digambar sebelumnya, source nya dari Kanada. Jika kalian ada warna diagram batang biru, itu kunjungan dari saya pribadi yang asyik BW diblog sendiri. Itu jam saya santai ketika sepulang kantor santuy habis makan malam.

Kalau dari ulasan Mreneyoo, imbas dari situasi jingling ini, blog kita akan dianggap spam oleh Google. Katanya juga apes² bisa² blog kita ini akan sulit ditemui dimesin pencari Google.


Wah², sudah dapat pengunjung organik saja sulit, ini malah dipersulit ditemukan dimesin pencari Google.

Ini pernah saya alami ketika blog Naturality Channel mengalami anomali atau jingling seperti ini. Dulu ada beberapa post yang berhasil 1 search di Google, ketika ketik kata kunci itu langsung mengarahkan ke blog saya, tapi seiring waktu hilang sudah. Padahal dengan kata kunci itu post serupa ya gak ada yang spesifik, justru malah post saya hilang, walaupun masih bisa ditemukan jika diberikan link nya.

Sejak saat itu saya gak pernah berambisi lagi untuk menaikan apapun, saya berpikir mengalir saja lah.

Entah apakah prinsip ekosistem berlaku di sini, "sesuatu yang dibiarkan begitu saja, justru akan tumbuh lebih subur".

Aktivitas 'jingling', ya begitu saja ya saya sebut, walau ini sebenarnya merujuk pada sebuah aplikasi. Jadi aktivitas ini bisa dilakukan oleh pemilik blog untuk membuat seolah-olah blognya high traffic atau famous. Bisa juga dilakukan oleh orang lain tanpa sepengetahuan si empunya blog.

Kalau yang dilakukan sendiri si empunya blog itu berarti dia tengah melakukan pembohongan terhadap diri sendiri. Orang bodoh sih ini, dibohongi orang lain saja sakit, lha ini bak menyakiti diri sendiri #sakitjiwa.

Nah repotnya jika ini dilakukan oleh orang lain, yang di sini kita sebut saja 'hacker'. Hmm, lalu niatnya apa coba, kenal juga gak, kita pun bukan blogger terkenal, lalu koq sampai hari disandung begini?

Tujuannya adalah membuat persaingan traffic semakin ringan ketika web lain down karena dibanned oleh Google.

Dunia kehidupan saja sudah sangat jahat, ternyata dunia nyata pun tak kalah jahatnya, inilah dunia yang penuh dengan kejahatan baik disengaja maupun tidak, inilah kalau hidup mengejar dunia, ya sama dengan mengejar kejahatan.


Tapi untungnya saya gak terlalu pusing dengan popularitas blog saya, mau blog saya dikenal atau tidak, karena saat ini saya gak lagi mengejar eksis.

Saya hanya ingin menyimpan catatan sejarah saya sendiri di internet, karena saya punya prinsip, "kita hanya orang biasa, dimana tidak ada yang akan menulis sejarah kita, siapa lagi jika bukan kita sendiri yang mencatatnya."

Apapun itu yang saya catat diblog yang saya pelihara sampai saat ini. Tidak ada harta yang bisa saya wariskan kelak ke penerus saya kelak, ya hanya blog² yang saya miliki dan sudah saya 'hidupi' selama inilah warisan saya. Kalau kata orang², "it's my legacy".

Kita lihat saja fenomena anomali atau jingling ini bertahan selama berapa lama dari sejak terpantau muncul. Dokumentasi yang saya ambil merupakan hasil SC dari tools Histats yang saya miliki atas beberapa akun blog saya.

Segitu saja sih sharing saya mengenai topic soal Blog di NGP ini. Sebuah catatan penting bagi saya, mungkin tidak bagi kalian yang baca, tapi tidak ambil pusing, kembali ke prinsip saya ngeblog itu apa, jadi abaikan reaksi yang timbul, teruslah menulis sejarah mu di sini. -ngp

#onedayonepost
#blog
#jingling
#anomali
#histats