Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Air memang jadi sumber daya paling vital buat kehidupan manusia dimanapun rasanya. Bahkan ilmuwan yang tengah mencari planet lain untuk hunian baru saja pertama-tama mencari tanda keberadaan air.

Air itu sangatlah vital, karena dari air itulah awal kehidupan bisa dimulai, sumber penghidupan. Itu kenapa ketika menghadapi kekeringan banyak yang kerepotan.

Musim kemarau tahun ini saya alami di rumah, bukan di kos²an seperti tahun sebelumnya. Di rumah yang saya tinggali ini menggunakan atau memanfaatkan air dari sumber sumur bor.

Sumur bornya ada di halaman teras rumah. Digali atau dibor tidak terlalu dalam, hanya kurang lebih empat meteran saja. Entah apa alasannya, tapi sepertinya ya ketika digali sedalam itu sudah menemukan air. Tapi, kualitasnya sepertinya tidak diperhatikan.

Sumur ini digunakan untuk sumber air dua rumah, rumah saya dan rumah sebelah kiri. Karena dua rumah ini merupakan satu pemilik, dibuatkan satu sumur di halaman rumah saya ini.

Itu dia sumur yang berbentuk lingkaran, ditutup dengan sebuah cor beton, terdapat dua pompa sumur bor. Didekatnya ada keran air untuk siram² dan cuci².

Sekedar informasi, di belakang rumah ini ada sungai kecil, tidak besar juga, tapi gak terlalu kecil juga. Sungai ini aliran airnya cukup stabil, tidak melimpah ruah tapi stabil mengaliri air. Soalnya kan ada tuh sungai dengan dimensi besar tapi airnya gak sesuai dengan ukuran sungainya.

Kemudian, di sisi lain di depan kanan rumah (arah jam 2), terdapat sebuah kolam lele dumbo. Kolam lele ini kerap membawa aroma tidak sedap gitu. Tahulah bagaimana habitat hidup kolam lele ternak. Apalagi ikan lele di sini diberi makan bangkai ayam/bebek rutin, wajar jika airnya jadi pekat dan memberikan aroma yang tidak sedap.

Nah, belakangan ini kualitas air sumur di rumah seperti berbau. Dari sisi warna memang agak berwarna kekuningan kadang kehijauan, tapi masih bening, tidak keruh sekali.

Sejak awal memang saya menilai air sumur ini tidak begitu fresh airnya, jika dibandingkan rumah tetangga sebelah kanan (arah jam 3), dimana air mereka jernih dan bersih. Padahal dibor di sisi lebih dekat dengan kolam lele.

Saya menganalisa air sumur yang belakangan membau ini disebabkan beberapa hal, seperti:
(-) Oleh karena musim kemarau, debitnya terbatas, sehingga intensitas air dan pertumbuhan lumut atau alga atau kotoran atau hal² lain di sumur ini jadi meningkat. Jika musim penghujan tiba, setidaknya konsentrasi air tetap dan air baru itu bisa bercampur sehingga tidak lagi pekat.

(-) Dugaan lain adalah nampaknya kolam lele di seberang sana itu ada rembesan ke dalam tanah dan nampaknya ya alirannya itu mengarah ke sumber sumur yang saya gunakan ini.

Itu dia kolam lele dumbo (arah jam 2), sebelahnya ada percis rumah tetangga yang airnya sumurnya lebih bersih.

Kenapa saya menduga ke arah sana?

Karena baunya itu hampir serupa, seperti bau comberan gitu, mirip² aroma semriwing yang tercium dari arah kolam jika terbawa angin. Lalu kemudian, ketika saya menggunakan air di rumah untuk cuci kaki saja, efek setelahnya dari cuci kaki ini bukannya bersih malah bikin berbau, layaknya seperti kaki kita habis tercebur ke air comberan gitu, baunya sampai tercium lho. Nah lho, ini kan parah. Berarti kan sumber air bersihnya memang gak layak pakai.

(-) Dugaan lain adalah ada rembesan dari cucian air di atas teras saya. Saya kan sering cuci² di teras, dimana teras saya ada keran air dan dekat sekali dengan lubang sumur. Nah ini ditakutkan ada rembesan yang bisa saja turun ke sumur. Kan saya sering mencuci kandang burung, ditakutkan air cucian kandang burung yang berisi kotoran burung juga ikut merembas ke dalam.


Semua itu hanya dugaan yang belum tentu kebenarannya. Tapi kita kan hidup bukan cuma menduga, perlu ada solusi.

Kemarin sore saya sempat diskusi dengan tetangga sebelah rumah percis, membahas air ini dan beliau juga merasakan apa yang saya rasakan, yakni kualitas air yang buruk.

Kebetulan ya kami sepakat berencana memberikan chemical penjernih air, entah itu kaporit atau sejenisnya. Kebetulan tetangga saya juga menggunakannya di tempat kerjanya. Dalam waktu dekat akan diujicobakan untuk memberikannya ke dalam sumur ini.

Nah kita lihat saja perkembangan selanjutnya bagaimana kualitas air sumur ini, lebih baik, lebih buruk atau malah sama saja tidak ada perubahan.


Sedih rasanya, habis mandi bukannya fresh tapi berasa kaya belum mandi, sesekali tercium bau² yang kurang sedap. Sabun mandi seakan-akan hanya memberikan efek netral saja.

Kamar mandi juga mudah berlumut dan kotor, membuat aroma kamar mandi jadi tidak sedap.

Ini dia view kamar mandi, yang jadi gak fresh dan berbau.

Sayang memang beberapa kali saya tinggal di kos dulu selalu saja bermasalah dengan kualitas air dan stok debit airnya. Kos terakhir sebelum saya tinggal rumahan ini juga sama, meski jernih kualitas airnya itu mengandung lumpur lumut yang mudah sekali ngendap dan menghitam, agak berbau juga.

Apa yang saya alami ini masih jauh lebih baik, bayangkan saudara² kita di daerah lain yang mengalami kekeringan parah, malah tidak dapat air sama sekali, jika pun dapat kualitas airnya lebih buruk bahkan gak layak sama sekali.

Segitu saja deh catatan sharing saya. Air itu sangatlah penting dan berharga, sehingga jika mungkin jagalah kelangsungan ketersediaannya dengan memberikan ruang pada air yang datang ketika musim penghujan kembali ke dalam tanah, mengisi celah² ceruk lubang untuk air itu kembali bersarang di sana.

Keep fresh water for future and for give live together. -ngp

#onedayonepost
#opini
#umum
#teori
#pengalaman
#freshwater
#sumurkotorbau
Ketika saya membaca sebuah berita online, dibahas sebuah daun yang katanya Indonesia belum bisa impor daun ini. Hmm, daunnya bernama 'kratom'. Daun apa sih itu? Setahu saya selama ini daun yang dilarang buat diperjual belikan di Indonesia adalah daun ganja. Apakah daun kratom ini serupa dengan daun ganja?

Lalu apa sih daun kratom ini?

Nah inilah yang ingin saya cari tahu, dan pada postingan kali ini saya mau membahas hal ini. Untuk nambah pengetahuan saya khususnya.

Ilustrasi, daun kratom yang dibuat powder. Gambar diambil dari Google


Daun kratom merupakan daun dari tanaman yang tumbuh di daerah Asia Tenggara, bahkan di Afrika juga tumbuh lho. Tanaman ini tumbuh di Papua Nugini, Thailand dan Malaysia. Selain itu di Indonesia tanaman ini ternyata juga tumbuh di daerah Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Kapuas Hulu.

Dikenal dengan nama kratom atau purik atau kedemba oleh warga Kalimantan.

Daun kratom ini merupakan daun dari tanaman atau tumbuhan yang termasuk dalam kelas Rubiaceae, masih satu keluarga dengan tanaman kopi.

Meskipun satu famili dengan kopi-kopian, kratom berbeda dengan kopi.

Tanaman ini punya nama ilmiah Mitragyna speciosa.

Tanaman ini tumbuh dapat tumbuh setinggi 4-16 meter. Daunnya bahkan bisa tumbuh selebar telapak tangan orang dewasa.

Ilustrasi, tanaman kratom yang dianggap BNN sebagai narkotika golongan I. Gambar diambil dari Google

Biasanya daunnya lah yang dimanfaatkan sebagai herbal, sering dimanfaatkan dengan cara dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh atau dimasukan ke dalam kapsul. Ada pula yang langsung mengunyahnya seperti layaknya daun sirih dikonsumsi.

Masyarakat tradisional di tanah air sering memanfaatkan daun dari tanaman ini sebagai tumbuhan herbal. Sering dimanfaatkan mengatasi batuk, diare, diabetes, hingga pereda rasa sakit. Jika digunakan dengan dosis lebih tinggi bisa memberikan efek menenangkan.

Masyarakat di negara lain seperti Thailand dan Malaysia, memanfaatkan daun kratom ini sebagai penambah energi, stamina dan mengatasi kelelahan.

Sedangkan masyarakat negara lainnya, misalnya di Amerika Serikat, daun kratom digunakan sebagai obat rekreasional dan obat opioid yang mudah dibeli dalam bentuk ekstrak, bubuk, atau suplemen.

*opioid = kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat atau sebagai obat bius sebelum operasi.

Namun Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mencekal penggunaan daun kratom di beberapa negara bagian Amerika karena masalah keamanan dan efek samping daun kratom yang menurut penelitian sementara dapat menyebabkan sakau, kecanduan, anorexia, dll.

Di Indonesia sendiri belum ada uji klinis khusus untuk menguji khasiat ilmiah dari tumbuhan ini. Sehingga di Indonesia daun kratom ini masih dalam ranah 'abu-abu', meskipun masyarakat tradisional sudah mengenalnya sebagai variasi pengobatan herbal.

Amerika Serikat dan Eropa yang sudah lebih dulu meneliti secara ilmiah dari tumbuhan ini, terutama daunnya dan dari hasil itu daun kratom ini memberikan efek yang (-).

Sejak tahun 2011 hingga 2017, pusat pengendalian racun di Amerika Serikat menerima sekitar 1.800 pengaduan negatif tentang penggunaan daun kratom, termasuk laporan kematian setelah mengkonsumsi daun kratom.

Daun ini dipercaya punya efek yang lebih kuat dari morfin. 


Jika melihat hal ini, daun kratom mirip seperti daun ganja. Yang meski sudah dikategorikan sebagai psikotropika tapi masih tetap ada ranah 'abu-abu'.

Pada dasarnya, opini saya ya. Apapun itu jika digunakan sewajarnya pasti punya efek (+). Masalahnya, manusia itu makluk yang sulit dikendalikan. Sehingga hal yang abu-abu seperti ini pasti rentan disalahgunakan.

Kita lihat saja narkotika yang sebenarnya bisa digunakan untuk kebaikan medis eh malah disalahgunakan, dioplos dicampur sana-sini jadi sesuatu yang berefek negatif (-).


Nah di Indonesia sendiri, mungkin ya berkaca dari apa yang sudah diteliti di Amerika Serikat dan di Eropa, melalui BNN, sedang mengajukan klasifikasi daun kratom sebagai narkoba golongan 1 ke Kementerian Kesehatan.

Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, daun kratom (Mitragyna speciosa) dilarang total digunakan dalam suplemen makanan dan obat tradisional mulai 2022. Hal ini berdasarkan keputusan Komite Nasional Perubahan Narkotika dan Psikotropika tahun 2017 yang lalu.

Kalau di Amerika Serikat, badan narkotikanya yakni DEA sudah mamasukan tanaman kratom ini dalam pengawasan mereka sejak tahun 2016.


Padahal di Kalimantan, tanaman ini dimanfaatkan sebagai komoditas herbal, namun kembali lagi Indonesia belum punya arah penelitian dan uji secara klinis pada komoditas herbal satu ini. Sejauh ini rujukannya masih dari luar negeri.

Lalu apakah Indonesia punya pendirian nya sendiri?

Kondisi ini sebenarnya jadi peluang dimanfaatkan para ilmuwan narkotika untuk menggunakan daun ini untuk hal (-), itu bisa saja. Karena mereka pastinya tidak mementingkan kesehatan, tapi hanya uang, apabila tumbuhan yang sebenarnya bisa dimanfaatkan (+) justru jadi bernilai (-).

Ini ibarat senjata. Senjata bisa digunakan untuk melindungi diri, tapi bisa juga digunakan untuk hal (-), semua kembali pada siapa yang menggunakannya, "who behind the gun".

Ditangan aparat keamanan akan jadi (+), jika ditangan perampok dan penjahat akan jadi (-), tapi ternyata saat ini ditangan aparat keamanan juga bisa saja jadi (-), lihat saja kasus Sambo?


Namun pada akhirnya daun kratom ini akan disamakan nasibnya sama seperti daun ganja. Dimana ketika ada dari kita yang menanamnya barang sedikit urusannya bisa panjang lho.

Entah bagaimana jika dia tumbuh liar?

Rasanya pasti akan ditelusur, seliar-liarnya pasti pernah ada yang membawa bibitnya, kecuali ketika memang itu tumbuh di pekarangan rumah, apabila rumah kita di hutan² Kalimantan di daerah Kapuas Hulu, itu masih bisa dimaklumi. Tapi tentunya bagi polisi narkotika pasti akan ada saja celah memenjarakan kita kalau urusannya dengan narkotika.

Nah, bagaimana menurut pendapat kalian mengenai daun kratom ini? Bagaimana seharusnya pemerintah menyikapinya, apakah diperlakukan terbatas seperti daun ganja atau jenis tumbuhan 'narkotika' lainnya?

Pertanyaan menggelitik, Indonesia kan punya tanaman ini, lalu kenapa mau impor? Hmm, kadang suka aneh dengan negeri ini, bahan melimpah koq impor. Bahan mentah dijual murah, impor barang jadinya dengan harga lebih mahal, yang menikmati nilai tambah orang luar. Ini tolol atau bego? Sulit dipahami sih, punya bahan baku ya tapi koq impor, #syulit.


Satu hal yang perlu kita pahami bersama, kita hidup di dunia yang sangat jahat, karena selalu ada manusia² iblis diantara kita yang selalu saja memanfaatkan hal yang bisa diambil (+) tapi justru dimanfaatkan sebaliknya.

Jadi selama kita masih hidup bersama manusia² iblis, rasanya yang paling aman adalah membatasinya dan tata kelolanya dipantau sehingga manfaat yang (+) tetap bisa diperoleh, yang (-) bisa diminimalisir.

Itu menurut pendapat saya.  Baiklah segitu saja sih, saya gak bisa dapatkan detail dari tanaman ini seperti apa profilnya, bagaimana dia memperbanyak diri, bagaimana pengembangbiakannya dll. Karena ya itu tadi, tanaman ini termasuk dalam golongan 1 narkotika sehingga informasi pembiakannya pastilah dibatasi informasinya.

Sampai jumpa lagi dibahasan lainnya, hal² yang berhubungan dengan yang hijau² lainnya, masih diblog ini. -ngp

#onedayonepost
#kratom
#umum
#teori
Beberapa waktu yang lalu ketika saya melakukan blog walking saya pernah baca sebuah post dengan istilah 'jingling', nah dari baca² itu saya jadi tahu apa yang blog saya alami ini ya seperti yang dibahas di sana. Ya waktu itu saya visit ke blog nya Mreneyoo.

Eh delalah saya ngalami sendiri, walaupun dulu juga pernah dialami blog saya lainnya, tapi dulu gak tahu istilahnya, 'jingling'. Agak aneh sih namanya.

Ilustrasi, jingling, gambar diambil dari Google

Jadi Jingling itu merupakan software buatan China. Berfungsi untuk menaikkan traffic website.

Kata jingling diambil dari bahasa China yang artinya gemerincing, seperti koin² yang berbunyi seperti itu ketika bergesekan satu sama lain.

Sebenarnya software yang diistilahkan dengan jingling ini dikenal di dunia sebagai “spirit of software traffic”. Fungsi utama jingling adalah untuk memanipulasi pengunjung, di buat dengan mengumpulkan alamat IP dari berbagai negara. Alamat IP yang di kumpulkan akhirnya digunakan oleh aplikasi Jingling untuk menjadi pengunjung palsu.

Kalau saya dulu menyebutnya anomali traffic.

Ini rekaman pada bulan September 2023, tanggal 25/9 saya dapat kunjungan visitor baru dari blogger karena komunitas, bdk. statistic pun yang berkunjung hanya berapa, meski kenyataannya minimal 30 user blogger berkunjung. Itu pun page view juga gak tinggi. Ini traffic yang normal.

Karena memang aneh, blog saya ini blog baru dan memang visitornya bisa dihitung jari lah, traffic tertinggi itu karena games dari komunitas blog yang saling kunjung dan berkomentar, itu kenapa ada satu post saya yang komennya sampai 30 visitor + 1, ya itu karena yang ikut games sebanyak 30 blogger dan 1 blogger yang rutin visit ke sini.

Tampak fenomena anomali atau jingling ini mulai ditanggal 13/10 dan mengalami peak ditanggal 23/10. Ini mulai ditemuin dibulan Oktober 2023 ini.

Lha ini beberapa hari belakangan koq saya lihat di Histat itu visitornya bisa dua digit tiap hari, ini kan jelas aneh. Saya lihat source link visitornya juga aneh. Meski IP nya berbeda-beda.


Saya menggunakan Histats untuk collect data traffic ke blog NGP ini dan sudah saya pakai sejak lama.

Biasanya nanti setelah kejadian ini, entah beberapa waktu ke depan pasti traffic akan kembali normal, ya itu hanya 1-2 visitor yang rutin kunjungan, itu pun ada tambahan karena saya yang rutin mengunjungi blog saya sendiri.

Saya ambil contoh tanggal 24/10 itu bisa dilihat tiap jam selalu ada visitor baru dengan IP seperti yang bisa dilihat digambar sebelumnya, source nya dari Kanada. Jika kalian ada warna diagram batang biru, itu kunjungan dari saya pribadi yang asyik BW diblog sendiri. Itu jam saya santai ketika sepulang kantor santuy habis makan malam.

Kalau dari ulasan Mreneyoo, imbas dari situasi jingling ini, blog kita akan dianggap spam oleh Google. Katanya juga apes² bisa² blog kita ini akan sulit ditemui dimesin pencari Google.


Wah², sudah dapat pengunjung organik saja sulit, ini malah dipersulit ditemukan dimesin pencari Google.

Ini pernah saya alami ketika blog Naturality Channel mengalami anomali atau jingling seperti ini. Dulu ada beberapa post yang berhasil 1 search di Google, ketika ketik kata kunci itu langsung mengarahkan ke blog saya, tapi seiring waktu hilang sudah. Padahal dengan kata kunci itu post serupa ya gak ada yang spesifik, justru malah post saya hilang, walaupun masih bisa ditemukan jika diberikan link nya.

Sejak saat itu saya gak pernah berambisi lagi untuk menaikan apapun, saya berpikir mengalir saja lah.

Entah apakah prinsip ekosistem berlaku di sini, "sesuatu yang dibiarkan begitu saja, justru akan tumbuh lebih subur".

Aktivitas 'jingling', ya begitu saja ya saya sebut, walau ini sebenarnya merujuk pada sebuah aplikasi. Jadi aktivitas ini bisa dilakukan oleh pemilik blog untuk membuat seolah-olah blognya high traffic atau famous. Bisa juga dilakukan oleh orang lain tanpa sepengetahuan si empunya blog.

Kalau yang dilakukan sendiri si empunya blog itu berarti dia tengah melakukan pembohongan terhadap diri sendiri. Orang bodoh sih ini, dibohongi orang lain saja sakit, lha ini bak menyakiti diri sendiri #sakitjiwa.

Nah repotnya jika ini dilakukan oleh orang lain, yang di sini kita sebut saja 'hacker'. Hmm, lalu niatnya apa coba, kenal juga gak, kita pun bukan blogger terkenal, lalu koq sampai hari disandung begini?

Tujuannya adalah membuat persaingan traffic semakin ringan ketika web lain down karena dibanned oleh Google.

Dunia kehidupan saja sudah sangat jahat, ternyata dunia nyata pun tak kalah jahatnya, inilah dunia yang penuh dengan kejahatan baik disengaja maupun tidak, inilah kalau hidup mengejar dunia, ya sama dengan mengejar kejahatan.


Tapi untungnya saya gak terlalu pusing dengan popularitas blog saya, mau blog saya dikenal atau tidak, karena saat ini saya gak lagi mengejar eksis.

Saya hanya ingin menyimpan catatan sejarah saya sendiri di internet, karena saya punya prinsip, "kita hanya orang biasa, dimana tidak ada yang akan menulis sejarah kita, siapa lagi jika bukan kita sendiri yang mencatatnya."

Apapun itu yang saya catat diblog yang saya pelihara sampai saat ini. Tidak ada harta yang bisa saya wariskan kelak ke penerus saya kelak, ya hanya blog² yang saya miliki dan sudah saya 'hidupi' selama inilah warisan saya. Kalau kata orang², "it's my legacy".

Kita lihat saja fenomena anomali atau jingling ini bertahan selama berapa lama dari sejak terpantau muncul. Dokumentasi yang saya ambil merupakan hasil SC dari tools Histats yang saya miliki atas beberapa akun blog saya.

Segitu saja sih sharing saya mengenai topic soal Blog di NGP ini. Sebuah catatan penting bagi saya, mungkin tidak bagi kalian yang baca, tapi tidak ambil pusing, kembali ke prinsip saya ngeblog itu apa, jadi abaikan reaksi yang timbul, teruslah menulis sejarah mu di sini. -ngp

#onedayonepost
#blog
#jingling
#anomali
#histats
Bagaimana pendapat mu, ketika Indonesia mulai melirik pemanfaatan energi baru, dari energi nuklir?

Beberapa waktu yang lalu, NGP pernah bahas soal limbah nuklir dari salah¹ PLTN di Jepang yang membuang limbah nuklir yang telah mengalami proses netralisasi ke laut, karena penampungan limbah mereka overload.


Apa yang Jepang lakukan menimbulkan pro kontra dari masyarakat dunia, terutama negara terdekat, bahkan negara² lain yang berhubungan dengan laut. Efek limbah nuklir terhadap ekosistem laut dunia pasti akan terdampak, hasil² laut kan gak hanya dikonsumsi Jepang atau negara terdekat saja, tapi kan meluas kemana-mana.

Kekhawatiran masyarakat dunia terhadap kontaminasi limbah nuklir terhadap ekosistem laut jelas. Meski Jepang menyakinkan dunia bahwa limbah yang dibuang telah mengalami proses penetralan, namun tetap saja hal ini belum bisa meyakinkan.

Ilustrasi pembangkit tenaga nuklir, gambar diambil dari Google

Lalu, Indonesia kini mulai melirik energi baru satu ini demi menekan zero emisi atau net zero emission (nze) pada tahun 2060.

Jika melihat tahunnya, masih lama sih. Tapi jika kajiannya tidak dipersiapkan sejak lama, kita akan terus tertinggal. Negara lain mungkin bisa mandiri energi, sedangkan kita malah akan ketergantungan energi fosil. Kita tahu keterbatasan energi fosil yang terus dieksploitasi.


Melalui Kementrian ESDM, di Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi persiapan menuju ke arah kemandirian energi ini tengah dipersiapkan.

Potensinya adalah memanfaatkan energi baru dari hidrogen hijau, ammonia, hingga energi nuklir.

Menuju penerapannya lembaga terkait tentunya harus mempersiapkan segalanya, seperti regulasi, standar, infrastruktur, teknologi, supply-demand, dan lain-lain. Lembaga internasional yang khusus mengurusi hal ini yakni Internasional Atomic Energi Agency (IAEA) mendukung hal ini dan akan mensupport Indonesia.

Hidrogen hijau sendiri tujuan akhirnya adalah dekarbonisasi sektor transportasi yang akan dimulai pada tahun 2031, dan sektor industri dimulai pada tahun 2041.

Hidrogen sendiri selama ini dimanfaatkan dalam industri pupuk, sebagai bahan baku.

Energi hijau lainnya adalah pemanfaatan tenaga surya dan energi dari panas bumi.

Sedangkan energi baru yang perlu penanganan khusus memang ada pada nuklir. Penanganannya tidak bisa sembarangan, perlu teknologi dan pelaksana² yang terstandar, karena energi ini punya dampak positif jika dimanfaatkan baik, bisa juga berdampak negatif terhadap lingkungan jika salah penerapannya, imbasnya bisa ke bencana lingkungan.

Indonesia yang rawan bencana alam, gempa bumi, erupsi gunung api harus jadi pertimbangan dan pengendalian resiko yang mungkin terjadi.

Melihat resikonya ini, apakah masyarakat Indonesia bisa menerima ini?

Secara kebutuhan energi baru jelas semua butuh, jika enaknya jelas semua pihak pasti mau. Tapi ketika membahas soal resiko, pasti semua akan mundur dan menolaknya. Lalu, mau dibangun dimana?

Sosialisasi dan pemahaman akan energi baru ini perlu sejak dini disampaikan ke masyarakat Indonesia. Ini harus didahulukan, mengingat pola pikir dan kecerdasan, melek teknologi dan literasi pemahaman orang Indonesia saya katakan buruk, sangat buruk. Why?

Itu nampak dari setiap hal yang baru selalu menimbulkan pro kontra, bahkan lebih senang disusupi isu² sana-sini, sehingga maksud atau tujuan baik dari hal baru itu gak pernah bisa diserap dan dicerna baik. Itulah Indonesia, negeri yang bodoh dan mudah diadu domba. Disamping terkadang elit² nya tidak bekerja murni untuk keuntungan masyarakat banyak.

Jadi, terutama yang lebih didahulukan adalah sosialisasi dan penyamaan persepsi ke seluruh masyarakat Indonesia ini, jika tidak, lihat saja ujung² kita habiskan waktu buat debat kusir pro dan kontra. Energi kita habis hanya buat hal seperti ini daripada memahami teknologi² baru untuk kemajuan.

Masyarakat Indonesia kan paling mudah disusupi isu, apalagi masyarakat kita ini sulit memahami informasi yang fakta dan hoax, bahkan informasi fakta saja sulit dipahami kebenarannya karena ya itu tadi, isu² nya lebih dulu ditelan mentah².

Inilah kelemahan besar bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang mandiri akan energi, catat itu!

Sekedar informasi, sebenarnya Indonesia gak gaptek² banget soal energi nuklir. Indonesia ternyata juga memiliki fasilitas seperti reaktor nuklir, akselerator, dan iradiator. Ada tiga fasilitas reaktor nuklir di Indonesia, yakni Reaktor Kartini, Reaktor Triga, dan Reaktor G.A Siwabessy.

Salah¹ reaktor yakni Reaktor G.A. Siwabessy digunakan untuk riset bahan bakar nuklir, radiografi neutron, analisis aktivasi neutron, pewarnaan batu permata, riset berkas neutron, dan produksi radioisotop.

Kita punya lembaga BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) adalah lembaga riset yang mendukung pengembangan² energi² baru yang bisa dimanfaatkan di Indonesia.

Indonesia juga punya BATAN dan BAPETEN yang fokus mengurusi pernukliran di Indonesia.

Persiapan Indonesia dalam memanfaatkan energi nuklir ini sudah dilakukan sejak tahun 2009. Persiapan² nya tengah dilakukan dari tahun ke tahun, fase demi fase, meskipun secara nasional keputusan untuk Go Nuclear belum sepenuhnya diwujudkan, intinya banyak persiapan yang harus disiapkan dan IAEA sepenuhnya mendukung perkembangan ke arah sana.

Salah satu bahan baku dasar dalam pembuatan nuklir yakni Uranium dan Thorium yang merupakan jenis radioaktif. Bahan² baku ini tersedia di Indonesia, meski jumlahnya ya tidak begitu melimpah, namun memang belum dimanfaatkan maksimal karena regulasi yang mengaturnya juga belum sepenuhnya lengkap.

Data Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada 2020, Indonesia memiliki bahan baku nulir berupa sumber daya uranium sebanyak 81.090 ton dan juga thorium sebanyak 140.411 ton.

Dimana bahan baku ini tersebar di tersebar di beberapa daerah di antaranya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Angka tersebut dalam satuan ton. Gambar diambil dari Google


Melihat Sejarah Nuklir di Indonesia
Melihat sejarahnya, jauh² sebelum tahun 2009 kalau kalian tahu, Indonesia sudah melirik energi nuklir sejak tahun 1954. Indonesia telah meneliti soal energi atom.

Tahun 1965 reaktor atom pertama di Indonesia dibuat, yaitu Reaktor Triga Mark II diresmikan di Bandung, Jawa Barat. 

Pada 1997 ditetapkan UU No. 10 tentang Ketenaganukliran disana diatur pemisahan unsur pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir (BATAN) dengan unsur pengawas tenaga nuklir (BAPETEN).

Rencana pengembangan atom ditangguhkan pada tahun 1997 karena ladang gas Natuna ditemukan. Baru pada tahun 2005 kembali ditinjau lagi.

Energi nuklir di Indonesia ditujukan untuk kemandirian energi, terutama soal kelistrikan. Selain digunakan untuk keperluan medis dan industri lainnya ya. Jadi gak murni polos² bego soal nuklir sebenarnya. Periset² Indonesia terus mengembangkan dan meriset kemampuan bangsa untuk memanfaatkan energi ini, hanya saja bagi masyarakat awam yang gak mengikutinya dianggapnya asing.

Menurut Keputusan Presiden No. 5 Tahun 2006, Indonesia berencana memiliki empat PLTN pada tahun 2025.

Reaktor² yang disebutkan di atas merupakan reaktor untuk keperluan riset ya, jadi kapasitasnya pastinya gak besar seperti yang dimiliki negara² lain.

Reaktor Kartini itu berada di wilayah Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Reaktor G.A. Siwabessy berada di Serpong, Banten. Reaktor Triga Mark III berada di Bandung, Jawa Barat.


Jikapun didirikan reaktor nuklir berskala lebih besar untuk PLTN misalnya, kira² dimanakah yang memungkinkan untuk itu?

Bangka Barat dan Bangka Selatan cukup potensi dibangun reaktor di sini. Kenapa? Karena di sini terdapat sumber daya timah, dimana memiliki kandungan monazit di seluruh wilayahnya. Kurang lebih 183 ton sedimen monazit ditemukan di Gunung Muntai.

Daerah lain yang masuk sebagai daerah potensi untuk dibangunnya PLTN adalah di Tanjung Muria, Kudus (Jawa Tengah); Gorontalo dan Kalimantan.


Rencana nuklir Indonesia dikritik oleh Greenpeace, beberapa organisasi, dan kalangan individu. Pada Juni 2007, 4.200 orang berunjuk rasa di Jawa Tengah. mereka meminta pemerintah membatalkan rencana pembangunan PLTN di sana.

Itulah dia yang saya katakan tadi di awal, Indonesia itu perlu diberikan pemahaman yang positif mengenai hal ini.

Soal Greenpeace kita tahu tugas mereka, mereka mengawal pelaksanaan apapun supaya tidak menyalahi bahkan berdampak pada lingkungan, tugas mereka memang seperti itu, namun jika kita bisa memahami bersama pelaksanaannya yang tepat, energi nuklir tentunya bisa dimanfaatkan dengan baik.

Biarlah mereka bertugas mengawal dan mengingatkan tapi jangan sampai jadi hambatan untuk Indonesia mencapai kemandirian energi.


Ya itu dia sedikit informasi yang NGP bisa sarikan dari beberapa bahasan seputar energi nuklir.

Kembali lagi apapun hal baiknya jika itu mau diterapkan pada masyarakat yang bodoh, tidak akan ada hasilnya, yang utama adalah mencerdaskan pemahaman masyarakatnya terlebih dahulu, pararel dengan riset² mengenai hal ini tetap berjalan, untuk membuktikan bahwa energi ini aman koq dikembangkan di Indonesia.

Kita harus sadar diri bahwa masyarakat Indonesia secara umum bodoh dengan hal ini, sehingga perlu ada pelurusan informasi dan penetrasi pemahaman yang lebih mendalam.

Namun bukan berarti asal manut, kekritisan perlu namun harus membangun, jangan asal tolak-tolak tapi bego, seperti kebiasaan yang terjadi di bangsa ini.

Ayo, berkaca dan sadar dirilah, apakah anda termasuk masyarakat yang seperti itu?

Saya pribadi mendukung go nuclear di Indonesia untuk tujuan kemandirian energi dengan tetap pemanfaatan yang bertanggung jawab.

Apakah Indonesia bisa? -ngp

#onedayonepost
#opini
#umum
#nuklir
#gonuclear
#tenagaatom
#energibaru
Blog NGP ini baru saya bangun, untuk akomodir hobi baru saya yang saat ini memang belum konsisten saya lakukan. Tapi semuanya saya jalankan pararel saja.

Saya juga mengelola beberapa blog lain, melihat ke semua blog, permasalahannya adalah traffic yang kurang, ya masih dibawah 'garis kemiskinan', ibaratnya begitu. Akhirnya saya sempet mengajukan keanggotaan ke sebuah komunitas blog: BloggerHub.


Ketika keanggotaannya di approval dan saya akhirnya bergabung ke dalamnya. Di sana saya dapat sesuatu yang menyenangkan, yakni link blog² lain yang bisa saya kunjungi, karena selama ini ketemu link blog yang kurang hidup, jadi agak malas berkunjung ke blog yang stagnan, sepi gak ada post baru.

Di BloggerHub ada program Jejakin Blog, dimana kita di sana diberi tugas untuk melist dan berkunjung ke blog² itu yang ada 30 blog, di sana kita bisa membaca postingannya, meninggalkan jejak dan mengklik iklan yang muncul di sana.

Buat saya ini menyenangkan sekali.

Kebetulan blog yang saya pilih untuk dimasukan ke dalam list adalah blog NGP ini. Alhasil, ada satu post diblog ini yang punya traffic tinggi, setidaknya ya dikunjungi 29 blogger yang ada di list itu.

Jadi jangan heran jika lihat ada post yang angka komentarnya sampai 30 up. Padahal sebelumnya hanya 1 up, itu dari pengunjung rutin, yang blognya saya sebutkan ini : Mreneyoo.


Sebenarnya bukan tidak suka si, 30 up pada satu post, harapannya bisa ada interaksi di semua post, jadi tidak berat disatu titik saja.

Tapi dari sini saya bisa melihat bagaimana karakter blogger pada umumnya. Ketika mereka berkunjung, y hanya sekedar berkunjung saja, ibarat hanya melongok. Jarang yang dengan iklas meninggalkan jejak. Ya itu karakter yang selama ini bisa dibaca, mereka lebih fokus kepada cuan dan timbal balik, iklan, adsense.

Ya wajar sih, mereka melakukan sesuatu pasti dengan harapan
Berbeda dengan blogger yang ngeblog karena kesenangan, dan hiburannya di sana. Tidak bermaksud menyalahkan juga sih, tapi dari sana saya bisa menarik kesimpulan mayoritas karakter blogger begitu.

Saya sendiri tipe yang ketika berkunjung ke blog baru, apalagi yang tiba² nemu, saya lihat ada ruang untuk meninggalkan jejak, pasti akan saya lakukan.

Apalagi kalau untuk meninggalkan jejak mudah, tidak perlu approval² itu senang sekali. Kalau yang approval itu, iya kalau si empunya blog rajin buka blog nya, itu komen ndekem aja si meja approval. Sedangkan saya berkunjung ke blog itu selalu menganggap hal baru, ketika belum ada komen saya di sana, pasti akan saya komentar lagi, akhirnya dobel². Itu yang buat tidak senang sih.

Itu juga kenapa komentar diblog saya selalu terbuka, karena saya memang rajin buka blog saya dan lihat, jika ada komen sampah, iklan judi dll., langsung saya hapus dan bersihkan. Kadang alasan mereka (baca: blogger) membuat komentar approval itu. Hmm tapi, jika rajin melihat blog nya saya pikir itu bisa dibersihkan, hanya kan rajin atau tidaknya gak tahu.

Saya sekedar berkomentar setelah melihat perjalanan beberapa hari, seminggu terakhir sejak bergabung dengan sebuah komunitas blogger ini, ya begitulah yang bisa saya nilai.

Tampak, angka 82 dan itu bisa bertambah terus seiring waktu sih, walau setelah tugas Jejakin Blog selesai ya sudah, maksimal ya 29 visitor baru di sana. Sisa nya tidak ada.

Seperti apa kalian menjadi seorang blogger itu pilihan masing² sih, gak ada pakemnya.

Tapi jika semua blogger itu bisa melakukan hal baik, meninggalkan jejak ketika berkunjung itu lebih baik, karena traffic kunjungan bisa dimulai dari sana.

Sama seperti saya yang menjadikan komen di blog saya jadi gerbang saya berkunjung balik ke blog mereka, disamping saya punya link list dari komunitas blog itu yang jadi tujuan alamat berkunjung.

Sebagai penutup, kalian memilih menjadi blogger yang seperti apa?
+ Orientasi cuan, adsense dan iklan atau endrors
+ Hobi untuk menyenangkan hati
+ Mencatat sejarah hidup
+ Menancapkan 'cakar' di dunia internet supaya banyak orang tahu tentang anda
+ Sekedar gaya² bisa punya website pribadi
+ Dll.

Jika berkenan sampaikan pendapat anda dikomentar, sekalian collect data, merevisi kesimpulan tadi atau memang memang benar hipotesa yang saya sampaikan tadi. Happy blogging. -ngp

#onedayonepost
#blog
#bloggerhub
#opini
#blogwalking
#bw

Jepang, walaupun negaranya kecil tapi negara ini bisa dikatakan pioneer dalam soal teknologi. Dari teknologi informasi hingga teknologi energi.

Jepang sudah cukup lama memanfaatkan energi nuklir sebagai energi pengganti energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara untuk mendukung aktivitas industri di negaranya.

Jepang sendiri memulai aktivitas pengelolaan energi nuklir sejak tahun 1954. Jepang mengalokasikan dana 230 juta yen untuk energi nuklir, menandai awalnya program nuklir di negara ini.

Jepang berbeda dengan negara lainnya yang memanfaatkan energi nuklir, dimana Jepang menggunakannya untuk tujuan damai, artinya tidak digunakan sebagai bahan senjata dalam aktivitas perang. Tapi Jepang full menggunakan energi nuklir hanya untuk energi.

Pembangkit listrik tenaga nuklir yang pertama di Jepang, dibangun oleh perusahaan Inggris GEC. Pada tahun 1970-an, Reaktor Air Ringan pertama dibangun dengan bantuan perusahaan Amerika. Pembangkit-pembangkit ini dibeli dari perusahaan macam General Electric atau Westinghouse.

Pembangunan pembangkit² energi nuklir di Jepang ternyata tidak mulus² begitu saja, meski tidak bermasalah seperti yang terjadi di Chernobyl, Rusia, tapi ada hal yang membuat masyarakat Jepang sempat kontra dengan pemanfaatan energi nuklir di Jepang, karena energi nuklir ini dimanfaatkan dengan resiko tertentu.

Kecelakaan nuklir di reaktor nuklir Tōkai, Ibaraki: pada 11 Maret 1997.


Dari tadi kita bahas nuklir, nuklir, lalu apa sih itu?

Tenaga nuklir adalah penggunaan terkendali reaksi nuklir guna menghasilkan energi panas, yang digunakan untuk pembangkit listrik. Penggunaan Tenaga nuklir guna kepentingan manusia saat ini masih terbatas pada reaksi fisi nuklir dan peluruhan radioaktif.

Kemudian ada istilah lainnya, yaitu reaktor nuklir, apakah itu?

Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat yang digunakan untuk membuat, mengatur, dan menjaga kesinambungan reaksi nuklir berantai pada laju yang tetap.

Apa saja yang ada di dalam reaktor nuklir?

Jadi dalam satu kesatuan yang namanya reaktor nuklir itu ada bagian² umum yang jadi bagian utama, diantaranya sbb.:
# Bahan bakar nuklir itu sendiri, berbentuk batang logam berisi bahan radioaktif yang berbentuk pelat.

# Moderator, berfungsi menyerap energi neutron.

# Reflektor, berfungsi memantulkan kembali neutron.

# Pendingin, berupa bahan gas atau logam cair untuk mengurangi energi panas dalam reaktor.

# Batang kendali, berfungsi menyerap neutron untuk mengatur reaksi fisi.

# Perisai, merupakan pelindung dari proses reaksi fisi yang berbahaya.


Dari beberapa komponen pendukung itu ada bagian pendingin, yang biasanya yang dipergunakan adalah cairan, guna mengurangi energi panas dalam reaktor tersebut. 

Dimana pendingin ini harus memenuhi berbagai persyaratan, antara lain sbb.:
✓ Penyerapan neutron direkomendasikan yang lemah (dalam reaktor termal) atau perlambatan yang lemah (dalam reaktor cepat).

✓ Ketahanan terhadap kimia dalam kondisi paparan radiasi yang intens.

✓ Tingkat korosif rendah dalam kaitannya dengan bahan struktural yang kontak dengan pendingin.

✓ Tinggi koefisien perpindahan panas.

✓ Kapasitas panas spesifik yang besar.

✓ Tekanan kerja rendah pada suhu tinggi.


Dalam reaktor termal, air yang digunakan (baik jenis air berat dan biasa), uap air, cairan organik, dan karbondioksida digunakan sebagai pendingin.

Dalam reaktor neutron cepat, menggunakan logam cair seperti Natrium dan  gas seperti uap air (H2O) dan gas Helium.

Ilustrasi, limbah nuklir padat yang biasanya disimpan didrum 500 liter. Gambar diambil dari Google

Nah baru² ini media internasional diramaikan soal pemberitaan bahwa Jepang tengah berencana membuang limbah reaktor nuklir mereka ke laut di sekitar perairan wilayah Jepang.

Hal ini menimbulkan pro kontra, karena semua orang tahu bahwa nuklir saja itu punya dampak yang negatif, yaitu pengaruh radioaktif. Dimana Jepang pernah merasakan bencana dari nuklir ketika jaman perang dunia ke-2, dimana kota besar di Jepang, Heroshima dan Nagasaki harus menerima dihujam bom atom oleh Amerika Serikat dan meluluhlantahkan kedua kota itu.

Dari kejadian itu banyak warga Jepang yang terkena dampak radioaktif dari bom nuklir itu.

Nah, kini dijaman modern seperti ini Jepang mau membuang limbah reaktor nuklirnya ke laut. Pertanyaannya, "gak bahaya ta?"


Jepang mulai membuang air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima yang hancur sejak Kamis (24/8/2023) pekan lalu.

PLTN Fukushima ini rusak akibat gempa Jepang 12 tahun yang lalu, PLTN yang rusak itu akhirnya dinonaktifkan dan limbahnya inilah yang baru akan dibuang ke laut saat ini. Lebih dari satu juta metrik ton air radioaktif yang telah diolah dari PLTN dialirkan ke laut Pasifik.

Air tersebut telah mengalami proses penyulingan setelah terkontaminasi akibat kontak dengan batang bahan bakar di reaktor, yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami tahun 2011. Tangki di lokasi tersebut menampung sekitar 1,3 juta ton air, cukup untuk mengisi 500 kolam renang ukuran olimpiade.

Perusahaan utilitas yang bertanggung jawab atas PLTN tersebut, Tokyo Electric Power (Tepco). Tepco menyaring air Fukushima melalui Sistem Pemrosesan Cairan Lanjutan (ALPS), yang mengurangi sebagian besar zat radioaktif hingga mencapai standar keamanan yang dapat diterima, selain tritium dan karbon-14. Mereka menyaring air yang terkontaminasi untuk menghilangkan isotop, hanya menyisakan tritium, yakni isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan.

Tritium dan karbon-14 masing-masing merupakan bentuk radioaktif dari hidrogen dan karbon, dan sulit dipisahkan dari air. Mereka banyak terdapat di lingkungan alam, air dan bahkan pada manusia, karena mereka terbentuk di atmosfer bumi dan dapat memasuki siklus air.

Keduanya memancarkan tingkat radiasi yang sangat rendah, namun dapat menimbulkan risiko jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Tepco juga akan mengencerkan air hingga kadar tritium turun di bawah batas peraturan sebelum memompanya ke laut dari lokasi di pantai utara Tokyo.

Menurut artikel dari Scientific American pada tahun 2014, tritium dianggap relatif tidak berbahaya karena dianggap radiasinya tidak cukup kuat untuk menembus kulit manusia. Namun apabila tertelan dalam kadar di atas kadar air yang dikeluarkan, hal ini dapat meningkatkan risiko kanker.


Sebagai pengetahuan saja, limbah nuklir itu butuh ratusan tahun untuk membusuk.

Limbah nuklir diartikan sebagai apapun yang dihasilkan dari tempat yang memiliki izin untuk menangani bahan nuklir yang tidak lagi berguna.

Sedangkan Limbah radioaktif adalah apapun yang tidak lagi berguna dan mengeluarkan radiasi ionisasi yang berbahaya.


Baiklah, mari kita kembali ke bahasan kali ini. Lalu, apakah setelah pembuangan limbah nuklir yang telah diolah terlebih dahulu ini aman untuk lingkungan?

Uji coba air laut di dekat pembangkit listrik tenaga air Fukushima Jepang tidak mendeteksi adanya radioaktivitas, menurut kementerian lingkungan hidup setempat.

Dimana pengujian sampel dilakukan kementerian dari 11 titik di dekat pabrik dan menunjukkan konsentrasi tritium dibawah batas bawah deteksi - 7 hingga 8 becquerel tritium per liter.

Kementrian terkait Jepang akan terus menerbitkan laporan² pengujian dari aktivitas ini, untuk melihat tingkat kecemaran radioaktif terhadap lingkungan, meskipun tahap awal ini masih dibatas aman yang ditentukan lembaga dunia (WHO).


Bagaimana menurut saya sebagai orang awam yang melihat hal ini?

Saya sendiri memang gak begitu paham ilmiahnya seperti apa. Tapi saya melihatnya begini, terkadang 'racun' tidak akan bereaksi dalam waktu singkat, biasanya akan terakumulasi dan itu sebenarnya bahayanya.

Hewan² laut di sana bisa saja mengendapkan radioaktif dalam tubuhnya, lalu cemaran itu akan meluas ke daerah² lain, karena ini dibuang ke laut, dimana laut itu akan bercampur kemana-mana.

Kita berharap saja tidak terjadi hal yang terburuk, dimana alam kita ini akan rusak jika itu terjadi. Dan cerita² fiksi film² Hollywood akan terjadi di dunia nyata. Masa iya mau seperti itu?

Lingkungan kita saat ini sebenarnya adalah warisan kita yang harus dijaga untuk generasi selanjutnya. Jadi sangat amat disayangkan jika kita merusaknya, apa yang mau kamu tinggalkan kelak jika saat ini sudah kita rusak?

Nah, kalau menurut pendapat kalian bagaimana? -ngp

#onedayonepost
#opini
#umum
Pernah kah kalian pelihara tanaman, urus dari bibit atau menanam dari setengah besar, tapi perkembangannya terasa lambat, padahal rajin disiram, diberi pupuk, dibagi nutrisi tapi koq tumbuhnya jauh dari ekspektasi.

Tumbuh lambat, nyaris seperti stagnan. Sedangkan tanaman yang dibiarkan tumbuh liar koq malah sepertinya lebih subur dan hidup lebih 'bahagia'.

Ilustrasi, Google

Pernah gak sih ngalamin begitu?

Seperti ada rasa kecewa, koq begitu ya, sepertinya apa yang kita lakukan itu sia², gak ada hasil dari apa yang dilakukan. Melihat tumbuhan liar justru malah hidup subur.

Ini saya alami, memang tanaman yang dibandingkan berbeda.

Jadi kalau kalian lihat postingan saya di NGP ini, saya ada pelihara beberapa tanaman, ada yang ditanam dari bibit alamiah (buah busuk, yang bertunas dan tumbuh) ini adalah tomat, ada yang ditanam dari setengah jadi seperti cabai dan jeruk. Ada yang saya pelihara karena dia tumbuh dengan sendirinya, saya hanya lakukan penyiraman tanaman saja rutin, adalah tanaman rambusa.

Namun melihat dari beberapa tanaman itu, saya lihat rambusa yang saya tidak urus khusus malah sudah bisa menghasilkan sesuatu (baca: buah). Sedangkan yang lainnya, minimal si cabe ini ya gak berbuah, boro² berbunga saja tidak. Sempet dulu muncul bunga tapi mati karena hama serangga (semut). Setelah itu tidak ada perkembangan signifikan, tidak ada lagi berbunga (lagi), lalu bagaimana dengan buahnya, kapan akan berbuah coba.

Rimbun sekali tanaman cabe ini, sudah berbuah lebat. Foto diambil pada 29 Agustus 2023.

Melihat tanaman cabe di kantor, ditanam di halaman office, ada tanaman cabe yang rimbun dengan buah cabe dimana-mana, padahal ya hanya disiram saja, itu pun belum tentu rutin setiap hari, tapi jadi subur lho. Sedangkan saya yang mengurusnya dan berikan pupuk untuk nutrisi eh hasilnya nihil.

Ada lagi tanaman tomat, jadi tomat ini saya tidak niat menanam sebenarnya. Saya sudah pernah cerita soal ini dipostingan tentang tanaman tomat. Jadi ada tomat busuk, lalu saya buang di tanah polibag, jadi di sana saya buang juga jahe atau kunyit yang sudah tak layak konsumsi. Eh selang beberapa waktu ternyata yang dibuang itu menjadi bibit tanaman dan tumbuh, karena makin besar dan tumbuh desak-desakan dalam satu polibag makanya saya pindahkan, eh ternyata tumbuhnya jadi kerdil tidak tumbuh cepat sewaktu ada di polibag sebelumnya. Jadi sempet menyesal juga memindahkannya.

Mungkin dan bisa jadi itu karena tanah yang baru itu kurang subur makanya tanaman yang ditanam di sana kurang nutrisi. Itu sih kemungkinan yang benar, untuk menjawab kenapa tanaman saya kerdil. Meski saya rajin siram dan memberikan siraman pupuk organik cair tapi bisa saja apa yang saya berikan tidak mencukupi standar nutrisi yang tanaman² itu butuhkan. Alhasil ya jadi seperti stagnan gitu² aja.

Kalau tanaman jeruk peliharaan saya masih mending, saya masih bisa menghasilkan atau menumbuhkan buah walau cuma sebutir dari tanaman jeruk yang saya beli sudah 'jadi', saya beruntung bisa berhasil membuat si tanaman jeruk ini menumbuhkan buah baru walau masih pentil.

Melihat perbedaan antara yang dirawat dan yang tumbuh alami itu, koq ya yang tidak dapat support malah justru lebih mandiri, bisa tumbuh sendiri dan jauh lebih baik daripada yang dirawat, aneh kan. Ya gak si? Atau hanya saya saja yang mengalami hal ini.

Akhirnya saya coba eksperimen lain:

Saya mencoba memindahkan salah¹ tanaman tomat yang saya tanam stagnan tadi, di tanam di halaman samping rumah, ke tanah langsung, jadi bukan pot. Di tanah itu juga jadi saluran buang cucian/bilasan dari bersih² kandang burung, otomatis pasti banyak kotoran burung yang larut dalam air buangan. Cuciannya tanpa sabun ya, jadi murni hanya air bilasan saja. Ingin tahu bagaimana hasilnya, apakah akan lebih baik daripada yang ditanam dipolibag?

Ini dia tanaman tomat yang ditanam di samping rumah. Sudah dua minggu ditanam, kelihatan efeknya dibagian atas tumbuh daun² hijau segar, bagian bawah daun² lama yang masih menguning. Tanaman ini jarang saya siram, tak seperti tanaman lainnya yang lebih rutin saya siram. Kita lihat perkembangannya.

Eksperimen lainnya, saya menyiapkan lubang tanaman yang dilubangi di tanah di halaman rumah. Lubang itu tidak langsung saya tanami, tapi lubang itu saya biarkan dulu, saya masukan sisa² ampas teh, kopi dan seduhan minuman wedang khas Jawa, begitu juga dedaunan bambu kering saya masukan ke dalam lubang itu dan saya berharap membiarkannya membusuk alami, sebagai kompos.

Dibagian tengah itu ada lubang yang saya rencana jadi tempat tanaman baru, hanya sebelumnya saya taruh kompos di dalamnya, supaya jadi asupan nutrisi alami untuk tanaman yang kelak ditanam di sana. Sebelah kiri ada tanaman cabe yang saya beli Juni 2023 lalu, yang paling kanan ada tanaman tomat yang masih merana.

Pada akhirnya nanti ketika saya sudah ada waktu beli tanah media tanam, saya akan menanam tomat pindahan dari polibag yang statusnya stagnan, saya ingin tahu apakah ada perubahan berarti?

Karena sebenarnya, ada gak sih manfaat dari merawat tanaman bagi tanamanmya itu sendiri, atau lebih baik mereka tumbuh liar begitu saja?


Kalau lihat mereka yang menanam di YouTube, kayanya mudah sekali menanam tanaman buah dan sayur hingga panen, tapi koq saya ini sulit ya.

Tapi meski begitu, walau ada rasa kecewa, tapi saya tetap menikmatinya. Karena ternyata lebih baik memelihara mereka daripada manusia. Karena melihat manusia yang ada adalah rasa dendam dan rasa ingin menghancurkannya, karena yang terbayang adalah wajahnya dan segala ucapannya.

Tapi melihat tanaman dan binatang sedikit terselimurkan, mereka lebih baik daripada manusia 'badjingan' yang masih ada di kepala.

la saya, seumur hidup akan saya ingat nama manusia ini dan segala antek² nya.


Tinggal akan saya lihat perkembangan selanjutnya. Namun pertanyaannya sampai saat ini saya belum bisa menjawabnya, kenapa tumbuhan yang justru dirawat malah tidak lebih subur daripada yang tumbuh dibiarkan begitu saja.

Tapi mungkin hal ini bisa menjawab pertanyaan saya. Pernah tahu, sebuah lahan kosong sudah bersih, tidak ada tanaman tumbuh di sana, tapi tanpa kita menanam, tiba² di tanah yang kosong itu tumbuh suatu tanaman, entah rumput atau tanaman liar lain. Nah lalu siapa yang menanam coba, malah tanaman ini tumbuh lebih subur dari tanaman yang kita pelihara. Dari manakah benih tanaman ini?

Jawabannya begini, jadi diluar sana bibit tanaman itu tidak hanya sekedar biji yang tampak oleh mata. Tapi banyak juga biji yang fisiknya mikroskopis, yang baru terlihat oleh mikroskop, entah dalam bentuk spora atau bijian. Bibit atau benih ini bisa saya terbawa angin, terbawa serangga, menempel pada baju kita atau pada barang lain hingga terbawa ke tempat kita (dalam hal ini lahan kosong yang tadi diceritakan di atas). Pada suatu kondisi yang memenuhi syarat tumbuh, maka tumbuhlah benih bibit itu tadi. Misalnya pas musim hujan, benih² mikroskopis itu tumbuh subur.

Begitulah kira² logikanya, sehingga jangan heran jika tiba² tumbuh tanaman atau tumbuhan yang kita gak pernah menanamnya.

Nah ini logika saya saja, kenapa mereka lebih subur nampaknya dengan nutrisi yang seadanya, tanpa bantuan nutrisi tambahan dari kita manusia yang merawat. Itu karena ukuran bibit mereka yang mikroskopis sehingga kebutuhannya juga lebih simpel, sehingga gak neko² kebutuhan nutrisinya, dibandingkan dengan tanaman yang umum dengan ukuran bibit lebih besar, jadi lebih kompleks. Ini logika saya, bukan ilmiah jadi jangan dijadikan pegangan ya!


Nah, apa yang saya pertanyakan terjawab oleh video di bawah ini, di sini semua kegelisahan saya terjawab, semoga kalian yang punya kegelisahan yang sama juga terjawab melalui video ini ya.


Jadi logikanya cukup sederhana untuk memahami ya. Di alam semuanya yang mati kembali ke alam, jika tidak ada yang mengambilnya, jadi alam menyediakannya lagi untuk diri mereka, sedangkan pada pot atau tanah yang kita pelihara, tidak ada siklus alamiah kesuburan tanah, nutrisi yang sudah diambil tanaman dari tanah membuat tanah itu jadi kekurangan nutrisi.

Jadi jika ingin tanaman kita subur seperti apa yang dialami tanaman² di hutan atau di alam liar, maka kondisikanlah siklus daur hidup tanah dengan sebaik mungkin, harapan ya asupan nutrisi tanaman tetap terjaga terus dan apa yang diharapkan bisa tercapai.

Postingan ini dibuat tidak sekali selesai, saya membuatnya dalam beberapa hari, mencari ilham jawaban dari pertanyaan saya sebelumnya. Sebelumnya saya masih belum bisa menjawab apa yang jadi kegelisahan saya, tapi pada akhirnya saya tercerahkan dari video yang saya bagikan di atas.


Baiklah, eksperimen yang tengah saya lakukan seperti catatan saya tadi akan tetap saya lakukan dan ditambah mencoba mengkondisikan tanah dalam media tanam (baca: pot/ polibag) seperti tanah yang ada di hutan.  Menjadikannya tanah jadi sumber humus atau kompos seperti layaknya apa yang terjadi di hutan atau alam liar.

Segitu saja catatan saya kali ini, semoga bisa menjawab kebingungan seperti yang saya alami sebelumnya, happy planting and growth up with your ☘️. -ngp

#onedayonepost
#umum
#opini
#pengalaman
Hari minggu ini saya berkesempatan panen (lagi) buah rambusa atau permot atau markisa mini yang kedua kalinya. Panen kali ini saya ambil/ petik buah rambusa yang telah berwarna jingga sebanyak 11 butir. Sebenarnya ada 2 butir jatuh dan pecah karena terhimpit, 1 butir jatuh ke sungai belakang karena jatuh, ada 1 butir yang masih mengantung dan akhirnya jatuh juga karena sulit mengambilnya.


Sebelumnya saya panen perdana sebanyak 5 butir, dan saya post pada postingan sebelumnya, tautan ceritanya kalian bisa baca ditautan terlampir.

Sebenarnya masih banyak calon buah yang bisa dipanen beberapa hari ke depan, ada yang warnanya menjelang kejingga, namun tidak saya petik karena menunggu matang jingga di pohon saja.


Kulit buah rambusa ini sangat tipis jadi ketika jatuh ya pecah kulitnya, meski empuk tapi mudah pecah kulitnya. Bukan seperti kulit telur, tapi ya seperti kulit jeruk yang sangat tipis, kalau kulit jeruk tebal, kalau ini tipis, lebih tebal sedikit daripada kulit anggur. Anggur itu tampak tak berkulit padahal ada kulitnya tapi bisa dimakam, kalau rambusa ini agak tebal lagi dan tidak bisa dimakam sepertinya ya. Entah sih kalau ada yang pernah memakannya, saya belum mengetahuinya. Barangkali ada yang tahu boleh share dikolom komentar ya.

Buah ini ketika dipetik itu seperti berminyak, lengket² gitu. Jika memetik buahnya dan Masih ada serabut halusnya itu juga seperti berminyak dan lengket, menandakan kandungan gula alaminya cukup banyak ya.

Saya sekedar share saja panen rambusa kedua ini, untuk sebagai catatan dan sekaligus pengingat, juga sekalian histori soal perkembangan dari tanaman liar rambusa yang tumbuh di halaman belakang rumah.

Baiklah segitu saja catatan panen kedua dari tanaman rambusa yang saya pelihara. Sampai jumpai pada catatan lainnya.


Selengkapnya bagaimana review buah Rambusa bisa dibaca dipostingan panen yang pertama, tautannya ada di atas. Happy planting on weekend, mengawali pekan dengan yang hijau². -ngp

#pengalaman
#panen
#onedayonepost
#review
#panen
#kebunsendiri