Sungai Gangga, siapa yang tidak kenal dengan nama sungai satu ini. Sungai yang memberikan banyak kehidupan bagi masyarakat India, sungai yang punya makna kesakralan bagi sebagian masyarakat India, terutama bagi penganut agama Hindu.
Kali ini saya mau traveling via virtual dengan blogging seperti biasa pada postingan blog pribadi saya yang lain, wisata rohani bisa saya lakukan dengan aktivitas blogging ini.
Kenapa saya tulis judulnya 'lebih jauh', karena saya mencoba mengenal 'Gangga' dari jarak cukup jauh, ketika di Indonesia sendiri ada sungai yang juga relatif panjang, tetapi saya malah memilih sungai yang jauh di India sana, negeri para Dewa-Dewi.
Ilustrasi, Sungai Gangga dari atas, sudah seperti laut karena saking luasnya. Gambar diambil dari Google
Sungai Gangga, begitulah dia dikenal hingga berbagai penjuru dunia. Saya yakin semua orang di dunia ini tahu tentang sungai satu ini. Sumber air Sungai Gangga bermula dari Gletser Gangotri, Gletser Satopanth, Gunung Nanda Devi, Gunung Kamet, Trisul (kumpulan tiga gunung yang menyerupai trisula di pegunungan Himalaya), Kedarnath (dua gunung di kelompok Gangotri dari puncak di Garhwal Himalaya Barat) dan Nanda Kot (merupakan puncak gunung di pegunungan Himalaya yang terletak di distrik Uttarakhand, India) di Pegunungan Himalaya. Mengalir sepanjang 2525 kilometer menurut Google, hingga mencapai hilir bermuara di Delta Gangga, di Teluk Benggala. Walaupun ada yang menuliskan panjangnya 2.510 kilometer, tapi kisarannya sekitar itu. Ini merupakan ukuran yang relatif kecil jika dibandingkan sungai lain di Asia dan dunia.
Sungai Gangga merupakan sumber kehidupan banyak peradaban India, ada peradaban Dinasti Maurya 'Ashoka', kemudian peradaban Mughal. Kekaisaran feodal Harsha,
Pertanyaan konyol, apakah ada bagian dimana Sungai Gangga itu dinyatakan bersih dan layak?
Ternyata mesin pencari Google menyatakan sungai ini tercemar berat dan tidak bisa dianggap bersih. Lalu sebenarnya apa saja sumber pencemar dari sungai yang dianggap suci ini?
☠️ Tercemar akibat dari limbah manusia, dari bahan kimia pertanian dan air kotor dari pemukiman penduduk.
☠️ Tercemar dari limbah industri yang dibuang ke sungai. Ada industri pemyamakan kulit, pabrik kimia, pabrik tekstil, penyulingan, rumah pemotongan hewan, hingga rumah sakit. Bahkan ada industri pembangkit listrik yang menggunakan batu bara, abu hasil prosesnya juga
☠️ Tercemar akibat pembuangan sisa² pembakaran jenasah manusia, baik yang sudah abu maupun yang sisa pembakaran tak sempurna.
☠️ Tercemar dari bangkai² hewan ternak yang dilarung begitu saja di sungai ini.
Air sungai ini memasok air untuk 40% penduduk India. Air yang mengalir dari hulu itu dimanfaatkan masyarakat India untuk berbagai kegiatan dari mengairi pertanian, sumber air baku, memancing, mandi, hingga ritual² keagamaan. Bahkan pada waktu masa covid19 di India, sungai ini digunakan untuk melarung mayat² pasien covid19 selepas kremasi atau pengebumian.
Baca juga: Covid India: Sungai suci Gangga kini jadi kuburan banyak korban Covid-19, mengapa bisa terjadi?
Agak mengerikan bukan selepas membaca artikel berita di atas soal fungsi tak langsung Sungai Gangga ketika covid19. Parahnya air sungai tersebut tetap dijadikan sumber air kehidupan masyarakat yang masih hidup, sungguh gambaran nyata ironi kehidupan di India kala itu. Bahkan sampai sekarang kalau urusan non hygienitas masyarakat ekonomi lemah di India.
Sungai Gangga yang bermula dari India Utara ini melewati beberapa daerah di India, antara lain Uttarakhand, Uttar Pradesh, Bihar, Jharkhand dan Benggala Barat hingga akhirnya bermuara di Teluk Benggala.
Sungai ini melewati 100 kota dengan populasi penduduk melebihi 100rb penduduk, 97 kota dengan populasi 50rb - 100rb penduduk, dan 48 kota kecil.
Bayangkan kota itu berisi manusia dengan perilaku yang sangat jauh dari budaya kebersihan, dimana limbah² rumah tangga tidak diolah tapi langsung digelontorkan begitu saja ke sungai induk dan anak² sungai. Jadi sangat wajar saja jika sungai ini menjadi sungai dengan kualitas air yang buruk.
Saya menilai sungai di Indonesia saja termasuknya kotor dan tercemar, bayangkan gimana tercemarnya sungai yang dianggap suci ini. Bersih = suci, tapi tidak berlaku di India, tidak bersih tetap dianggap suci, karena 'kepercayaan'.
Menurut statistik berdasarkan pengukuran polusi di sungai ini tahun 2006 dari pemantauan air sungai selama 12 tahun terakhir, menunjukan jumlah bakteri coliform cemaran dari feses hingga 100jt MPN per 100 ml dan tingkat kebutuhan oksigen biologis rata² lebih dari 40mg/ L. Data ini ditemukan di bagian sungai di daerah Varanasi.
Klasifikasi sistematis oleh Badan Perlindungan Limgkungan dan Pengendalian Polusi di Uttarakhand mengkategorikan Sungai Gangga ini ke dalam kategori D yang berarti polusi berlebihan.
Makna dari kategori tersebut antara lain: kategori A: aman untuk diminum ; kategori B: aman untuk mandi ; kategori C: aman untuk pertanian dan kategori D: polusi berlebihan.
Studi lain yang dilakukan oleh Program Registrasi Kanker Nasional dibawah Dewan Penelitian Medis India pada tahun 2012 menunjukan bahwa orang² yang tinggal di tepian sungai di wilayah Uttar Pradesh, Bihar dan Bengal lebih rentan menderita kanker dibandingkan di daerah lain.
Penelitian tahun 2020 yang didukung oleh Forum Sains dan Teknologi Indo-AS (IUSSTF) menunjukan bahwa kandungan logam berat beracun di sungai ini telah meningkat secara signifikan beberapa tahun terakhir.
Dengan kondisi ini sangat wajar jika tingkat kesehatan masyarakat India sangatlah rendah, apalagi mereka yang ekonomi miskin, kalau mereka ekonomi tinggi, kaum hedon Bollywood tentunya tidak akan mengalami ini, dan mereka sadar bahwa itu (baca: Sungai Gangga) itu kotor dan tak layak dikonsumsi.
Sungai ini akrab dikaitkan dengan penyakit² seperti disentri, kolera, hepatitis, diare parah, dimana penyakit ini menyerang usia anak² dan dapat menyebabkan kematian.
Baru² ini organisasi Pengadilan Hijau Nasional (National Green Tribunal) merilis laporan yang menyatakan bahwa kandungan bakteri koliform feses dalam air Sungai Gangga di Prayagraj pada saat perayaan Kumbh Mela tahun 2025 adalah sebanyak 1400 kali lebih tinggi dari batas diinginkan.
Sungai dengan panjang 2500-an kilometer ini merupakan rumah bagi flora dan fauna, apa saja itu?
Flora : Primula floribinda, Stellaria webbiana, Elastostema sessile, Geranium rotundifolium, Betula utilis, Rhododendron communis.
Fauna air: lumba² Sungai Gangga, berang², kura² air tawar, ikan lele, ikan daun dan ikan hinggap, ikan belibis, ikan barb, ikan gurami, ikan bandeng (muara).
Reptil: buaya India (gharial) dan buaya rawa.
Begitu banyak flora fauna yang bergantung hidup dari sungai ini, yang diketahui bukan sungat bersih, justru cenderung beracun. Jadi bisa dibayangkan efek yang flora dan fauna itu alami. Endapan² logam berat pasti harus mereka terima.
Kepunahan adalah resiko yang harus diterima, ketika habitat hidupnya sudah tidak layak lag pilihannya cuma dua bertahan hidup dan berevolusi atau punah.
Pemerintah India memang berusaha untuk membenahi Sungai Gangga ini, banyak program yang mereka lakukan sejak 1989 dengan pembentukan sebuah badan Gangga Action Plan (GAP).
Lanjut pada tahun 2009 sebuah organisasi bentukan pemerintah Otoritas Daerah Aliran Sungai Gangga (NGRBA).
Pada tahun 2014, perdana mentri India yang dikenal saat ini Narendra Modi meluncurkan program Namami Gange. Hingga saat ini program ini masih terus berjalan, ada kemajuan yang relatif berarti, per tahun 2022 ada 15% aliran sungai dipulihkan. Hingga pada tahun 2025 ini kemajuannya pada kualitas air yang makin membaik, perluasan kapasitas pengolahan limbah penduduk, hingga populasi lumba² Sungai Gangga mulai meningkat.
Namun informasi yang dikabarkan oleh kantor berita Reuters, upaya² pembersihan sungai ini sebelum² nya terhambat karena kegagalan dalam melaksanakan rencana. Artinya rencana dan konsep pemulihan sungai yang baik dianggap gagal karena 'tidak terlaksana dengan baik'.
Sebagai penutup, jika ingin melihat bagian dari dunia, melihat wajah kekumuhan dunia ini, liriklah sedikit ke bagian dunia satu ini, India. Mampirlah bervirtual ke aliran sungai ini, anda bisa melihat betapa kumuhnya. Meski terlihat tampak baik² saja, tapi sesungguhnya di sana terkontaminasi banyak material² yang sebenarnya tak layak berada di sungai dimana air yang mengalir menjadi sumber air kehidupan banyak orang. Parahnya, masyarakat negara itu yang menyokong kehidupan sungai justru tidak pernah sadar akan hal itu, kembali kepada keyakinan, sungai ini adalah suci, mau bagaimana pun mereka mengotorinya setiap saat.
Untungnya sungai ini mengalir terus, siklus hidrologi tetap berjalan, kotoran, pencemar seperti sampah, kontaminasi dll., pada akhirnya akan terbawa aliran sungai ke laut, semuanya akan dibawa ke laut, sehingga lautnya yang kotor, filtrasi dunialah yang akhirnya bekerja. Namun meski begitu, endapan² kotorannya pasti ada di dasar sungai ini dan baru akan terlihat kelak jika sungai ini kering. Tapi jika ini terjadi (sungai ini kering), itu tandanya ada yang gak beres dengan dunia ini.
Sebuah pembelajaran untuk sungai² lain di dunia, terutama di Indonesia. Bedanya orang Indonesia lebih 'licik', mau mengotori sungai tapi mereka tahu sungai itu kotor dan mereka jijik, tapi kalau mengotori sih enjoy² aja.
Bedanya dengan di India, rencana penanggulangan dan pembersihan yang dilakukan pemerintah itu berhasil dilaksanakan hanya belum efektif karena kurang dukungan masyarakat, tapi bukan tidak didukung sama sekali oleh masyarakatnya ya, seperti di India sana.
Segitu saja ya kita mengenal India 'lebih jauh', karena makna sebenarnya, memang jauh sekali ke India. Tapi apakah saya berpikir untuk pergi ke sana? Hmm, rasanya tidak, India bukan negara yang ada dalam pikiran saya untuk saya kunjungi. Sangat tidak masuk akal jika memilih berlibur ke negara itu, ketika banyak pilihan negara lain yang jauh lebih baik.
Ini pendapat pribadi saya, dan jelas sih sekotor-kotornya saya, saya akan berpikir ulang untuk hidup di negara itu, jika saya bagian dari Bollywood it's oke, tapi jika saya hanya orang biasa seperti di negeri saya ini, jauh² lebih baik Indonesia ini, secara lingkungan dan pola kehidupannya.
Bagi yang punya pendapat lain tentang ini, bisa share dikolom komentar. Mungkin yang bisa berpendapat adalah mahasiswa² Indonesia yang hidup dan belajar atau sekolah di India, mereka akan bisa berpendapat lebih objektif, tapi pasti jauh lebih 'menerima' keadaan, karena mereka pernah hidup dan merasakan apa yang ada di sana. Hanya pertanyaan akhir buat mereka, akankah mereka mau hidup dan stay di sana untuk waktu yang lama?
Sampai jumpa dibahasan yang lainnya, entah bertravelling virtual kemana lagi ya. Foto dan gambar dari post ini ya diambil dari internet, untuk memberikan gambaran saja ya, tahun pengambilan gambar juga gak jelas. Jadi jangan dijadikan patokan, tapi setidaknya membantu saja membayangkan. Sisanya sih bisa nonton Youtube saja, yang gambarnya bergerak. -cpr
#onedayonepost
#sungaigangga
#opini
#umum
#sungaikotor
#india
0 comments:
Posting Komentar