Tampilkan postingan dengan label Panen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Panen. Tampilkan semua postingan
Saya mau share untuk panen yang kesekian kalinya untuk buah labu madu dari tanaman batch #1 gen#1, soalnya kan ada buah labu madu yang sedang menuju panen lagi, saya masukan ke dalam kelompok gen#2.

Seperti dari catatan yang saya bagikan sebelumnya, saya bilang kan ada dua buah labu madu lagi yang sudah siap panen, yang merupakan hasil polinasi pada gen#1 yang belum saya panen, masih saya biarkan tergantung pada tanamannya.


Kebetulan hari ini, saya mau panen satu buah untuk buah tangan rekan saya yang mau pulang ke Probolinggo. Ya supaya yang di sana bisa juga ngerasain buah hasil kebun, soalnya kapan hari dikirimi buah mangga hasil kebun juga, gantian kirim buah hasil kebun.


Jadi buah labu madu yang saya panen kali ini merupakan buah labu madu dengan nomor gelang #3. Setelah saya panen, ditimbang bobotnya ada dikisaran 2.179,9 gram atau 2,17 kilogram. Ukuran ini termasuk lumayan untuk sebuah labu madu, bisa mencapai angka 2 kg up sedikit, memang jauh di bawah labu madu jumbo pada postingan sebelumnya.


Nah jika ini dikalikan harga buah labu madu di Superindo per tanggal 05-09-2024 per 100 gram Rp 2.490,- maka harga perbuah labu madu yang saya panen itu menjadi Rp 54.279,51 per buahnya.


Sekedar informasi, untuk buah labu madu yang ini termasuk lama berada di tanamannya, jika buah labu madu yang lain dipanen sebelum 90 hari, kalau yang ini dipanen lebih dari 90 hari, kalau berdasarkan data pengamatan yang saya punya itu ada 105 hari hingga panen sejak pengamatan after polinasi.

Untuk daging buahnya seperti apa saya belum bisa sharing saat ini, soalnya kan belum dibelah, nanti jika daging buahnya sudah dibelah saya akan share dipostingan ini, untuk dokumentasi, bagaimana daging buah sebelum 90 hari dan sesudah 90 hari. Begitupun dengan rasanya seperti apa akan saya tambahkan penjelasannya pada kolom komentar.

Sekian dulu yang bisa saya bagikan pada postingan ini, semoga bisa menambah pengetahuan dan menambah wawasan kalian yang juga kebetulan ingin menanam buah labu madu ini. -cpr

#onedayonepost
#labumadu
#panen
#pengalaman
Ini adalah panen labu madu pekarangan rumah yang kesekian kalinya, kalau berdasarkan catatan di blog ini sudah panen yang kelima. Beberapa kali panen memang gak pernah banyak, karena dari penanaman batch pertama ini ya hanya jadi beberapa buah saja, walaupun calon buahnya relatif cukup banyak, hanya saja busuk sebelum berkembang lebih lanjut.


Bahkan saat ini sudah diusia tanaman lebih dari 3 bulan tanam, masuk usia senja, tanaman labu madu ini masih punya potensi berbuah terus, hanya saja pertumbuhan bunga jantan dan betina itu tidak sejalan, sehingga banyak bunga betina yang membawa calon buah tidak ada yang membuahi, proses polinasi tidak berjalan.

Jadi hari ini, saya memanen buah labu madu yang paling besar diantara buah labu madu yang berhasil tumbuh berkembang. Bahkan dari semua buah labu madu yang nantinya akan dipanen, inilah buah labu yang paling 'monster'.

Buah labu madu satu ini tidak ada nomornya, jadi saya temukan belakangan setelah saya melakukan penomoran buah labu madu. Jadi ketika saya membuka semak-semak tanaman labu madu, eh saya menemukan buah satu ini. Besar banget deh kalau bisa dijejerkan, tapi sayangnya kan buah labu madu panen sebelumnya sudah dikonsumsi, jadi gak ada yang bisa dibandingkan.

Untungnya saya punya catatan bobot dari buah labu madu yang sudah saya panen, dari panen pertama sampai panen terakhir ini, sehingga saya bisa yakin bahwa inilah buah labu madu yang paling 'monster'.

Jika ingin tahu berapa bobot dari buah labu madu panen sebelumnya, bisa dibaca ditautan postingan sebelumnya, karena saya gak akan bahas satu per satu di sini.




Itulah dia beberapa hasil panen labu madu yang sudah dilakukan. Untuk tahu berapa bobot kg per buahnya bisa dibaca satu per satu di sana ya, untuk resumenya mungkin nanti ada pada postingan terpisah, akan saya buatkan tabulasi khusus.

Jadi buah labu madu 'monster' ini bobot pastinya tidak diketahui, soalnya timbangan kopi yang saya punya tidak mampu membaca bobotnya. Karena maksimal timbangan digital yang saya miliki itu maksimal hanya < 3,5 kg, selebihnya langsung eror. Makanya gak kebaca sama sekali, dugaan sih bobotnya dirange 3 - 4 kg.



Jika dihitung dengan harga buah labu madu di Superindo per tanggal 05-09-2024, per 100 gram Rp 2.490,- maka jika kita ambil aja bobot buah labu madu itu dikisaran 3,5 kg, maka harganya adalah Rp 87.150,- per buah.

Kalau soal usia pembesarannya sih sebenarnya belum sampai 90 hari, mungkin masih 50 hari up lah ya. Jadi untuk hasilnya sudah matang apa belum saya tidak bisa pastikan saat ini. Buah ini saya kirimkan sebagai buah tangan untuk ayah saya, yang mengawali penanaman tanaman buah labu madu ini. Soalnya waktu penyemaian bibit awal, beliau yang memulainya.

Penampakannya seperti yang bisa dilihat difoto dibawah ini, gak keliatan sih besarnya, soalnya gak ada pembandingnya kalau difoto. Tapi soal bobot kan sudah dibahas di atas.


Oh ya, untuk daging buahnya ternyata sama seperti daging buah labu madu yang dipanen sebelumnnya² matang dan layak diolah.

Begitulah kira² cerita labu madu monster yang ditanam pada batch pertama ini. Jadi buah labu terberat sejauh ini. Hasilnya juga sudah dikirim dan dipersembahkan untuk penyemainya diawal penanaman.


Catatan berikutnya kita lihat buah labu terakhir dari hasil batch pertama, sub pertama, tinggal dua buah lagi. Sub pertama saya nyatakan selesai didua buah terakhir.

Soalnya ternyata disub kedua ada buah² labu lainnya yang tak terpantau, padahal usia tanamnya sudah tua. Tapi inilah kelebihan ditanam ditanah langsung, dia bisa berbuah terus walau hasilnya makin mengecil seiring waktu.

Update soal ini saya akan bahas terpisah. Semoga postingan² buah labu madu ini bisa jadi pemicu kalian² di rumah juga menanam jika ada lahan cukup di pekarangan, saya sampaikan mudah saja koq menanamnya dan merawatnya. Happy planting and farming. -ngp

#onedayonepost
#labumadu
#panen
#panenkelimabatch1
#labumadumonster
#kebunpekarangan
Sore ini saya terpaksa memanen lagi buah labu madu yang nampak sudah kering tangkai buahnya. Padahal kalau saya amati sih belum sempurna matang. Tapi mau bagaimana, pasti sudah gak akan ada nutrisi yang bisa dipasok untuk mematangkan buah.

Daripada membusuk atau tidak terkondisi baik maka saya panen saja tadi sore. Ini adalah buah labu madu nomor 8, kalau melihat dari tabel data tanam itu masih tersisa 40 hari lagi sih, tapi entahlah, tangkai kering itu terjadi sudah sejak kapan.

Ini ketika saya ambil dari kebun samping rumah

Buah labu madu no.8 ini tidaklah besar, termasuknya ini paling kecil kalau lihat dari fisik ukuran dari total empat buah yang sudah terpanen.


Hasil penimbangan terbukti bahwa buah labu madu ini punya berat  897,8 gram. Jika ini dikalikan dengan harga per 100 gram di Superindo beberapa waktu lalu, harga sebutir ini jadi Rp  22.355,22. Sejauh ini, ini yang paling murah.

Saya tidak tahu ini  sudah matang apa belum. Soalnya ini rencana akan jadi buah tangan  untuk Tante Susilo di Semarang, teman sekolah emma saya. Rencana diakhir pekan terakhir bulan September ini beliau pulang ke Cirebon, tapi rencana mampir Semarang dulu.

Emma cerita kalau saya punya hasil kebun, ingin juga ngerasain hasil kebun jadi panen ketiga ini pas ukurannya gak terlalu besar bisa buat jadi oleh², soalnya Tante Susilo tinggal sendiri, ukuran segini dirasa cukup untuk bahan buat kolak.

Panen ketiga ini tidak saya buat video, jadi saya cukup posting diblog ini saja. Nanti akan saya share komen saja divideo panen ke-2.

Pas saya cek di halaman kebun ini eh saya ketemu satu lagi buah labu madu yang paling bungsu, ukurannya kecil dan bentuknya gak sempurna kaya cacat gitu. Buah ini nyempil disemak-semak, jadi baru ketauan pas lagi nyabutin rumput.

Bentuknya gak sesimetris pendahulunya, tapi gak apa, wajar ini kan si bungsu yang tumbuh tanpa polinasi buatan, tapi bener² alami dengan bantuan serangga.

Mungkin setelah si bungsu ini saya panen, maka semua tanaman labu generasi pertama ini akan saya pangkas bersih dan persiapan  untuk penanaman generasi berikutnya.

Segitu saja sharing panen ketiga kali ini, walau cuma sebutir yang terpanen, tapi setidaknya saya punya catatan untuk setiap buah yang terpanen dari tanaman buah labu madu generasi pertama. Sampai jumpa lagi diinfo panen berikutnya. -ngp

#onedayonepost
#panen
#labumadu
#panenketiga
Akhirnya hari ini saya mutuskan untuk memanen satu buah labu yang lebih dulu tumbuh (pertama), yang saya namai sebagai labu madu senior. Alasan memanennya hari ini karena berhitung hari nya sudah mendekati atau bahkan sudah 90 hari.

Kondisi buahnya juga sudah menguning, sehingga saya pikir saatnya panen. Walaupun ini belum jadi patokan apakah pilihan saya ini benar. Wajarlah jika ini yang pertama, jadi saya punya standar untuk buah² berikutnya.

Saat ini bibit tanaman labu madu ini sudah masuk masa tua, iya itu ditunjukan dari daun² nya yang mulai menguning dan sudah tak optimal lagi tumbuh. Walaupun peluang calon buah baru masih ada pada pucuk tanaman ini. Masih menghasilkan calon bunga betina dan bunga jantan.

Ini sekalian saya eksperimen apakah saya bisa membesarkan calon buah ini. Karena saya amati, calon bunga jantan dan betina ini tumbuh bersamaan, ukuran mereka bersamaan besarnya harapannya pas berbunga itu bareng, sehingga bisa saya polinasi.

Untuk bobot satu buah dipanen pertama ini sekitar 1,040 kg (sekilo)

Diakhir masa tua tanaman labu madu ini yang sudah menginjak bulan ke-4, optimal calon buah yang bisa menjadi buah hanya 8 buah saja. Sebenarnya calon buahnya itu bisa sampai < 30 bakal buah, namun yang berhasil hanya 8 buah. Jadi hanya 26,67% saja kemungkinannya.

Faktornya banyak si yang menyebabkan hal itu terjadi dan lebih ke perawatannya dan pola tumbuhnya bunga jantan dan betina yang gak sejalan.  Ini pernah saya singgung juga dipostingan sebelumnya. Jika membaca tulisan saya sebelum² nya pasti akan tahu soal ini.

Untuk memanennya saya membutuhkan gunting saja, untuk memotong pangkal tangkainya. Mesti nampaknya rapuh, tangkai buah labu madu ini keras meski kopong. Tangkai daun tanaman labu itu bukan batang berisi tapi kopong lho.


Nah bagian ini yang jadi jawaban rasa penasaran, duga²an selama ini akhirnya terjawab. Jadi begini, sebelumnya saya gak paham soal labu madu ini.

Jadi ya banyak pertanyaan dan dugaan. Memang semua ini bisa dijawab kalau saya cari tahu lebih lengkap dari Youtube atau platform lainnya. Tapi saya memilih menunggu untuk dapat jawabannya.

Kalau menurut saya, ini kurang maksimal matangnya. Ya buat catatan berikutnya.

#1 Saya pikir labu madu ini empuk, minimal seperti melon, meski luarnya keras dalamnya masih empuk dan lembut.
Ternyata tidak begitu, pas dibelah itu butuh efforts ternyata. Jadi kekerasannya menurut saya dibawah ubi, tapi gak sekeras ubi, tapi tidak seempuk melon.

#2 Bisa langsung dimakan seperti melon.

Sebenarnya bisa sih kalau mau langsung dimakan, tapi kalau buat saya sih masih keras sedikit enaknya direbus dulu atau dikukus dulu.


#3 Pas saya panen ini dikirain belum masak, ternyata sudah masak dan sudah cukup untuk bisa dipanen. Walaupun menurut saya mungkin butuh seminggu lagi menggantung ditanamannya supaya lebih tua.


#4 Tadinya saya pikir semakin tua semakin empuk, ternyata tidak, semakin tua nampaknya semakin keras kulitnya, jadi pas mau membelah butuh efforts dan gunakan pisau besar.


Ya itulah beberapa dugaan dan pertanyaan seputar labu madu yang dipelihara hingga panen ini.

Hasil panen labu madu pertama ini dibuat kolak dan hasilnya enak. Selain jadi bahan buat bikin kolak, dibuat bubur candil juga bisa lho, olah²an makanan lain pun memungkinkan. Hanya saja kalau dimakan langsung seperti melon sepertinya keras deh.

Hasil buah labu yang hanya sekilo ini dibuat kolak jadinya cuma sedikit, hanya bisa berbagi sedikit. Kalau dibuat mangkok 400 ml, paling hanya jadi 5 mangkok. Hasil panen pertama disharing dengan tetangga satu dekat rumah.

Segitu saja yang bisa saya bagikan di sini, selebihnya tonton dokumentasi dibuang saya melalui channel youtube saya saja ya.


Sampai jumpa dipanen berikutnya, menghabiskan sisa yang belum terpanen, berarti masih ada sekitar 7 buah lagi yang menunggu petik. -cpr

#onedayonepost
#labumadu
#panen
#pengalaman
#youtube


Pada awal Mei lalu, saya kan beli kangkung di pasar buat pakan tambahan love bird peliharaan saya, biasanya saya hanya ambil batangnya saja buat pakannya.

Waktu itu, bagian batangnya emang diambil untuk dipotong-potong buat pakan tambahan. Nah bagian akarnya waktu itu terpikirlah untuk ditanam, makanya di awal Mei itu batang bagian bawah yang ada akarnya saya tancapkan di tanah, di petak samping rumah, di sana kan ada aliran air parit buangan air cucian tai burung, air kurasan aquarium. Harapannya kan di sana tanah selalu lembab terjaga dan kangkung rasanya sanggup hidup di sana.

Setelah ditanam, ya rutin disiram dan dia tumbuh bersama tanaman lain yang ada dipetak itu. Eh pas Juni di awal Juni, tepat sebulan sih ya, ternyata tanaman² di sana tumbuh subur, termasuk kangkungnya.


Mereka menjalar bahkan ada yang sudah berbunga dan bertunas segala, artinya ini subur dan mereka bisa tumbuh lagi walau hanya tinggal batang dan akar saja waktu saya tanam.

Minggu ini sekalian bersihin tanaman liar, saya sekalian panen biar si kangkung ini gak menjalar kemana-mana, toh kebetulan butuh juga buat pakan tambahan si Love Birds. Batangnya saya pisahkan, saya petik potong batangnya, daunnya saya ambil untuk makan saya, saya buat tumis kangkung.


Jam 9 pagi saya sudah sarapan sayur dan protein dari telur kornet. Maknyoss

Meskipun ini kangkung tumbuh dari nutrisi kotoran burung dan air buangan aquarlum, tapi rasanya tetap kangkung sih, gak ada rasa yang aneh.

Hasil panen ini itu bisa buat makan love birds 2x, dan saya makan sarapan 1x, lumayan bukan, sebulan dapat hasil segitu, ya gak banyak emang tapi kan saya gak perlu beli kangkung di pasar, walaupun harganya murah, tapi butuh hanya sedikit ngapain beli kalau di kebun ada.

Baiklah segitu saja obrolan pagi ini, habis makan kenyang waktunya me time menikmati sunday yang sebentar lagi berakhir. Padahal masih pagi tetapi di kepala sudah terbayang keruwetan Senin. Sampai jumpa lagi dipostingan lainny. -ngp

#onedayonepost
#panen
#umum
#experience
Beberapa waktu yang lalu saya kan post soal tanaman² yang jadi peliharaan saya. Waktu itu mereka masih kecil, masih baru 'menetas' dari tunas². Terutama bibit yang ditanam di petak kecil samping halaman rumah tinggal saya saat ini.

Di sana ada labu madu, timun, tomat, kemangi dan kangkung, ada pula tanaman rimpang pindahan dari pot.

Waktu awal² petak kecil itu masih botak, kalian bisa lihat postingan saga sebelumnya.


Post di atas itu waktu awal², lalu seiring waktu saya coba dokumentasikan lagi dalam postingan lainnya, dan kalian bisa lihat perbedaannya. Walaupun sempet terserang hama alamiah, tapi pertumbuhan dan imun yang sehat membuatnya tetap survive hingga seperti sekarang ini.


Tapi lihatlah sekarang, rimbunnya, hijaunya. Terutama si tanaman labu madu yang daun besarnya mulai menjalar di sekitarnya. Tanaman² liar kebun juga tumbuh bersama mereka.

Nah lihat kan, tanaman liar tumbuh bersama dan subur bersama, namun ini kan jelas mengganggu pemandangan. Ini view ketika sebelum dipangkas dan dirapihkan.

Sabtu sore selesai saya kuras aquarium peliharaan sidat saya, saya coba bersihkan kebun petak mini yang ada, tanaman² liar yang ada saya pangkas, supaya gak mengganggu dan supaya nampak mana yang terpelihara mana yang alam.

Saya lihat ada kangkung yang tumbuh subur menjalar. Kangkung ini saya pikir harus segera saya panen. Kangkung ini saya tanam sebagai konsumsi pendamping love bird peliharaan, karena dia suka batang kangkung.

Sekalian saya rapihkan si kangkung supaya gak menjalar kemana-mana, supaya gak terkesan liar banget gitu.

Sangat menyenangkan sih melihat kebun petak mini ini, warna hijaunya buat segar mata. Hanya saja memang saya gak sepandai itu menyiangi atau memangkas tanaman² liar lain, supaya gak mengganggu pertumbuhan dan mengganggu pemandangan.

Di musim kemarau ini, mereka tumbuh cukup subur. Nutrisinya dari mana?
 
Kebun setelah saya pangkasin tanaman liarnya, jadi lebih sedep lah lihatnya.

Terlihat kan paritnya beda dengan foto pertama tadi di paling atas.

Saya hanya sesekali menggunakan air bilasan beras, air mecin dan yang paling rutin air dari cucian tai burung dan air kurasan aquarium peliharaan sidat saya. Saya pikir itu jadi nutrisi yang cukup untuk membuatnya subur.

Kini saya mencoba bersabar apakah labu kuning, timun dan tomatnya bisa berbuah dan bisa saya nikmati hasilnya?

Tanaman kangkungnya bisa saya panen, batangnya buat love bird, saya makan daunnya buat jadi tumis kangkung.

Love bird dapat bagiannya, tanpa harus beli sekarang bisa petik di kebun sendiri.

Majikannya makan tumisnya, jam 09 pagi sudah sarapan, itu super sekali, habis berkebun langsung sarapan #josss

Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya, yang jelas saya sudah bisa menikmati hasilnya dari tanaman kangkung. Love bird peliharaan saya yang menikmatinya.


Segitu dulu post saya soal petak kebun mini di sebelah rumah. Senang rasanya punya rumah dengan halaman kebun yang luas. Jadi mimpi saya punya tanah yang subur, dimana di sana akan saya dirikan rumah semi permanen ala cafe dan petak² kebun yang lebih luas, dimana ada tanaman² sayur dan buah kebutuhan dapur, jadi urusan dapur tercukupi dari rumah saja.

Jumpa lagi postingan lain masih membahas hal yang sama, perkembangan selanjutnya dari kebun saya. -ngp

#onedayonepost
#umum
#panen
#panenkangkung
Wah² hari ini dari WAG kantor saya dapat sesuatu yang menyejukkan mata, lihat hijau² di tengah terik matahari yang selalu panas setiap siang.

Apa itu?

Informasi kalau besok (hari ini), akan ada first panen sayuran (pakcoi). Oh ya, catatan ini saya buat dihari Jumat siang menjelang sore.

Ternyata salah¹ departemen di kantor ku ini melakukan aksi hijau, tidak sekedar lakukan aksi bersih², cleaning day, operasi semut atau hal aksi yang sudah mainstream. Tapi kali ini membuat sesuatu yang bisa jadi percontohan. Memanfaatkan lahan dan sumber daya yang ada, dibuatlah kebun kecil memanfaatkan area kosong, sebagai laboratorium kebun.

Ternyata di sudut bangunan pabrik ada sebuah area untuk berkebun. Terdapat 2 'gubuk' yang satu digunakan untuk penanaman dan satu lagi untuk proses pembuatan kompos sebagai media tanam.

Foto diambil tanggal 07-10-2023

Gubuk untuk penanaman juga tidak besar, berbentuk persegi panjang yang atapnya terbuka, hanya ditutupi oleh jaring paranet. Begitu juga kiri kanannya. Di dalamnya terdapat tiga meja yang memanfaatkan besi² bekas untuk sebagai penempatan media tanam. Wadah media tanam pun menggunakan keranjang bekas buah (eks penempatan bahan baku strawberry), dialasi dengan alufoil sisa bahan kemas yang tak terpakai.

Sebenarnya bahan² itu kalau tidak dimanfaatkan ujung² nya jadi limbah, tapi di sini dimanfaatkan jadi wadah media tanam. Joss, ini adalah pemanfaatan yang tepat guna sekali, efisiensi yang nyata dan bermanfaat.

Ini dia 'artis' Sabtu pagi, yang akan dipanen, dibagikan secara gratis lho ini. Foto diambil pada 05-10-2023.

Kemudian galon² mini bekas air mineral dari brand Le-Minerale dimanfaatkan untuk pot media tanam, alhasil yang mana galon bekas itu kalau keluar pabrik dianggap limbah B3 tapi di sini jadi bermanfaat.

Ini di keranjang dan bekas galon mini ada kangkung yang masih kecil², medianya adalah barang bekas² yang harusnya jadi limbah B3 ini kini jadi bermanfaat punya nilai lebih.

Gubuk kedua tadi saya jelaskan sebelumnya berisi tempat untuk proses pembuatan media tanam dalam hal ini komposan di buat di sana.

Foto diambil tanggal 07-10-2023

Memanfaatkan kedebog pisang yang dirancang kecil², lalu kemudian dimasukan ke dalam drum 200 liter, dicampurkan EM4 dan molase, air secukupnya lalu kemudian bisa juga dicampurkan dengan tanah sedikit, lalu aduk rata kemudian ditutup dengan kedap. Berikan lubang fentilasi dengan selang supaya jadi sumber pernafasan saat proses pengomposan ini.

Hasilnya seperti yang kalian lihat, di gubug penanaman ini ada beberapa tanaman sayur dan buah yang tengah proses penanaman. Kebetulan yang dipanen kali ini adalah pakcoi, yang ditanam 40 hari yang lalu.

*kedebog = batang pohon pisang

Ada pula tanaman terong, tomat, seledri, kangkung, dan cabai. Semuanya nampak subur dan sehat², walaupun beberapa tanaman ada hamanya, itu tuh hama yang kaya serbuk putih, yang juga di rumah saya menyerang tanaman cabe peliharaan saya.

Ini tanaman cabe, masalahnya daun keriting seperti ada hamanya gitu deh. Foto diambil pada 05-10-2023.

Entahlah, dari tim pengelola belum tahu bagaimana untuk mengusir atau membasmi hama ini, jujur saja sangat mengganggu dan bisa saja merusak proses pertumbuhan si tanaman.

Di sini itu ada tanaman terung, sebelahnya ada tanaman tomat ditanam semuanya. Foto pada 05-10-2023.

Tanaman di sini tumbuh relatif cepat, barang dan daun tomat misalnya itu besar² nampak sehat dan subur, bahkan sudah berbunga, tanda sebentar lagi akan berbuah. Bahkan ada yang sudah berbuah juga, baru pentil sih.

Begitu juga dengan tanaman terung ya juga sudah mulai berbunga dan akan berbuah juga.

Di sudut lain ya ada kangkung yang baru ditanam beberapa minggu, itu sudah mulai tumbuh, kalau sudah panen pasti bakal rimbun.

Bermain ke sini saya cukup antusias sih, ya disaat saya masih gagal membuat media tanam yang terbaik, di sini sudah berhasil membuat media tanam yang relatif subur, ya menurut saya subur dan nampak nutrisi yang disediakan media tanam cukup mumpuni membawa tanaman tersebut panen untuk satu kali siklus lah minimal.

Foto diambil tanggal 07-10-2023.

Saya sengaja mendokumentasikannya di NGP sebagai catatan penting, ya setidaknya ini bisa jadi laboratorium hijau saya belajar lebih mengenal tumbuhan.

Hal lainnya saya ingin mengetahui bagaimana praktik penanganan hama di sini, seperti apa dan bagaimana, supaya saya bisa terapkan di kebun rumah saya yang tidak sehijau di sini.



Sementara begitu dulu yang bisa saya bagikan kali ini, dokumentasi lainnya akan saya tambahkan sesuai kebutuhan ya. Jumpa lagi nanti dipostingan lainnya, masih membahas sesuatu yang menyejukkan mata dengan yang hijau². -ngp

#onedayonepost
#panen
#umum
#review
#youtube
Hari minggu ini saya berkesempatan panen (lagi) buah rambusa atau permot atau markisa mini yang kedua kalinya. Panen kali ini saya ambil/ petik buah rambusa yang telah berwarna jingga sebanyak 11 butir. Sebenarnya ada 2 butir jatuh dan pecah karena terhimpit, 1 butir jatuh ke sungai belakang karena jatuh, ada 1 butir yang masih mengantung dan akhirnya jatuh juga karena sulit mengambilnya.


Sebelumnya saya panen perdana sebanyak 5 butir, dan saya post pada postingan sebelumnya, tautan ceritanya kalian bisa baca ditautan terlampir.

Sebenarnya masih banyak calon buah yang bisa dipanen beberapa hari ke depan, ada yang warnanya menjelang kejingga, namun tidak saya petik karena menunggu matang jingga di pohon saja.


Kulit buah rambusa ini sangat tipis jadi ketika jatuh ya pecah kulitnya, meski empuk tapi mudah pecah kulitnya. Bukan seperti kulit telur, tapi ya seperti kulit jeruk yang sangat tipis, kalau kulit jeruk tebal, kalau ini tipis, lebih tebal sedikit daripada kulit anggur. Anggur itu tampak tak berkulit padahal ada kulitnya tapi bisa dimakam, kalau rambusa ini agak tebal lagi dan tidak bisa dimakam sepertinya ya. Entah sih kalau ada yang pernah memakannya, saya belum mengetahuinya. Barangkali ada yang tahu boleh share dikolom komentar ya.

Buah ini ketika dipetik itu seperti berminyak, lengket² gitu. Jika memetik buahnya dan Masih ada serabut halusnya itu juga seperti berminyak dan lengket, menandakan kandungan gula alaminya cukup banyak ya.

Saya sekedar share saja panen rambusa kedua ini, untuk sebagai catatan dan sekaligus pengingat, juga sekalian histori soal perkembangan dari tanaman liar rambusa yang tumbuh di halaman belakang rumah.

Baiklah segitu saja catatan panen kedua dari tanaman rambusa yang saya pelihara. Sampai jumpai pada catatan lainnya.


Selengkapnya bagaimana review buah Rambusa bisa dibaca dipostingan panen yang pertama, tautannya ada di atas. Happy planting on weekend, mengawali pekan dengan yang hijau². -ngp

#pengalaman
#panen
#onedayonepost
#review
#panen
#kebunsendiri
Akhirnya sore ini saya memutuskan untuk memetik butir² buah rambusa yang sudah berubah warna dari hijau ke kuning jingga, seperti yang bisa dilihat didokumentasi di bawah ini.

Tampak beberapa butir rambusa yang sudah menguning jingga tanda sudah masak pohon.

Beberapa waktu yang lalu saya pernah membahas tanaman rambusa liar yang ada di halaman belakang rumah, dia tumbuh sendiri tanpa saya pernah menanam bibitnya, bahkan saya tidak tahu dari mana tanaman ini tumbuh karena tidak tampak tumbuh dari tanah. Jadi tanaman ini tumbuh merambat di tembok halaman belakang rumah.

Postingan sebelumnya kalian bisa baca pada tautan link di bawah ini, di sana saya bahas juga soal tanaman rambusa itu seperti apa, tentang profil dari tanaman ini.


Sebenarnya saya sudah lihat beberapa butir buah rambusa itu mulai berubah warna menuju jingga dan itu menandakan buah akan segera masak di pohon, itu bagus pikir saya, dan dalam beberapa hari lagi akan saya panen deh, dan itu terjadi hari ini, tepatnya sore ini.

Post yang lalu tercatat tanggal 9 Juli 2023, kalau dihitung sampai hari ini sebenarnya belum genap 30 hari lho, tapi sudah menguning, entah apakah sebenarnya saat ini sudah ideal untuk panen? Saya juga kurang tahu. Maka dari itu sebagai percobaan akan saya review dan bahas pada post kali ini.

Saya lihat hanya ada lima butir buah yang warnanya kuning jingga, jadi panen pertama ini saya hanya ambil lima butir itu saja, lainnya saya tunggu hingga masak pohon. Sepertinya buah rambusa ini termasuk ke dalam jenis buah yang harus masak di pohon, tidak bisa diperam, kalau bahasa istilahnya itu adalah jenis buah non klimaterik.

Bahasan soal jenis buah non klimaterik itu apa, kalian bisa baca pada tautan di bawah ini, saya pernah bahas pada postingan sebelumnya.


Lalu seperti apa review dari buah rambusa ini? Buah yang pertama kali saya konsumsi dari hasil panen kebun sendiri, walaupun dia tumbuh liar begitu saja, tanpa saya harus menanamnya, saya hanya melakukan perawatan menyiramnya tiap pagi dan sore. Sesekali saya menyemprotkan pupuk daun agarndia tumbuh subur, hanya itu saja perawatannya.

Saya akui bahwa tanaman liar malah justru lebih simple dan tidak perlu dirawat ekstra, tapi dia malah lebih kuat daya tahan tumbuhnya dan mampu tumbuh hingga panen, berbunga hingga berbuah dan bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi.

Rasanya seperti apa?


Rasanya itu manis, bener katanya mirip markisa. Tapi ada rasa lain menurut saya, rasanya ada mirip seperti sari dari pisang.

Cara memakannya sebenarnya hanya bisa dengan menghisap sarinya saja, karena daging buahnya sedikit, seperti selaput lendir yang menyelubungi bijinya. Oh ya, agak mirip biji selasih ya.

Saya sendiri sempet bingung, ini bijinya bisa dimakan apa gak. Kalau kata teman, rasa bijinya itu kecut ada asam² nya. Saya hanya takut saja, jika bijinya kemakan jadi bikin usus buntu deh.

Kalau membandingkan dengan markisa, hampir mirip, hanya markisa lebih banyak selaput yang mengelilingi bijinya dan bijinya bisa dimakan sekalian, walaupun ada kandungan sianida alaminya tapi tenang tidak akan berbahaya koq bagi tubuh, masih level aman.

Begitulah kira² review after panen rambusa liar yang tumbuh dari pekarangan belakang rumah. Kita lihat panen berikutnya terjadi kapan lagi. Akan saya bahas dikolom komentar saja. -ngp


#onedayonepost
#pengalaman
#review
#panen
#kebunsendiri
#tumbuhanliar
#rambusa
Akhirnya tiba juga waktu panen. Tapi jangan berpikir ini panen tanaman yang kita tanam dari nol y, abaikan pemikiran begitu. Karena, dijudul ini sudah saya tulis, panen cabe beli.

Ada kata 'beli' yang saya beri tanda kutip. Itu menunjukan hal yang sebenarnya, ya memang cabe yang saya panen ini hasil beli, karena saya gak menanam dari nol, saya hanya melanjutkan.

Harapan saya sebenarnya bisa menambah buah² baru dengan adanya buah eksisting, namun ternyata seiring waktu saya nampaknya gagal. Ya gagal gak 100%, karena memang belum segala cara dicoba juga sih.

Waktu Minggu keberapa saya lupa, itu sudah sempet tumbuh bunga baru, itu sebenarnya harapan saya untuk kehidupan buah baru. Eh akibat invasi hama semut ini, bunga baru itu rusak dan akhirnya kini merana.

Tapi beberapa hari lalu, saya melihat buah cabe yang sedari awal bibit cabe ini saya beli sudah ada, warnanya mulai berubah dan menunjukan tanda² ke arah pemasakan buah.


Akhirnya hari ini, saya memutuskan untuk memanennya karena warnanya sudah merah, tanda si cabe ini sudah layak panen.

Foto diambil tanggal 16 Juli 2023

Kalau dihitung dari waktu pertama kali bibit ini ditanam di tanah, itu dimulai sejak 2 Juni 2023 yang lalu, postingan itu juga saya catat diblog yang lain.


Total waktu yang dibutuhkan sampai saat ini berarti 1,5 bulanan ya, sampai akhirnya cabai 'beli' ini bisa dipanen hari ini.

Seperti yang bisa kalian lihat didokumentasi, cabe yang sudah saya panen ini, warnanya merah cabai sih. Ya hanya ada dua buah saja. 😅

Agak aneh ya, panen cabe tapi cuma dua buah, agak absurd tapi ya gimana ini kenyataannya, hanya dua buah ini yang bisa saya pertahankan hingga masak pohon. Masih beruntung tidak dirusak oleh semut, mungkin semut gak begitu suka pedas.



Secara umum sih dua buah cabe ini gak begitu segar, ya agak keriput, tapi mungkin semua cabe begitu kali ya, maklum ini kan first impresion, nanam, terus manen, walau itu buah gak jadi karena proses yang saya lakukan, tapi ya ada usaha saya di dalamnya, itu kaya gimana gitu. Bayangkan effort sederhana saja sudah membahagiakan apalagi full effort.

Sekarang, how to review this?

Saya bukan penggemar pedas sebenarnya, tapi demi mencoba cabai panenan yang dihasilkan dari usaha merawat setiap hari, saya perlu juga mencobanya.

Karena hanya ada dua buah, jadi akan saya coba mereview dengan dua cara:

#1 Saya coba makan mentah bersama dengan makanan lain, di sini saya pakai gorengan. Ketika dimakan mentah, sensasi awal makan cabe ya pedas, aroma cabenya kerasa dan ada rasa manis² dikit, terus pedas. Mirip kaya lagi makan paprika merah.


#2 Saya coba makan dengan mi rebus, kan biasa tuh, mi instan kuah, lalu dikasi potongan² cabai untuk menambah pedas. Walaupun biasanya orang pakai lebih dari satu buah, tapi berhubung saya gak suka pedas, saya pakai sebuah saja dirasa cukup lah ya.

Saya memanen diwaktu yang tepat, karena sudah cukup masak, kalau telat mungkin bisa busuk dipohon ini cabe.

Sewaktu saya cacah itu cabe, ya baunya kaya cabe sih 😅, ya namanya juga cabe begitu kali baunya. Gak begitu strong, seperti tidak begitu pedas #gayaerek




Rasa cabenya ini tidak terlalu pedas ya, tapi cukup tertahan di lidah, jadi itu saya masih merasakan pedas yang menjalar di lidah, ya pedas dengan skala orang yang gak suka pedas, ini cukup, mungkin kalau saya tambahkan jadi dua buah, udah pedes banget bagi saya.

Buah cabenya itu berasa ada manis² nya, manis pedas gitu lah rasanya, ini menurut lidah saya ya. Wajar sih, karena dia ini buah dan masak di pohon. Kalau selama ini kan makannya cabe masih hijau.


Jadi begitulah kira² review hasil panen cabai 'beli' yang kebetulan berhasil saya rawat hingga hari ini.

Sekarang nasib tanaman SiCabe saya ini akan seperti apa? Saya akan coba berusaha merawatnya, mau tahu apakah akan memungkinkan tumbuh bunga baru untuk jadi buah² cabai baru lagi.

Ya namanya juga usaha, walaupun sejauh ini saya masih belum maksimal di sini. Tapi akan tetap saya coba. Mengisi waktu luang selain ngeblog dan ngecamp, saya isi juga dengan ngebun.

Oh ya, saya juga ada tanaman lain, kita lihat ya bagaimana review panenan dari tanaman lain, tunggu saja di NGP untuk catatan berikutnya. Happy planting and make your home always green and you have something for your kitchen. -ngp-