Tampilkan postingan dengan label Pengalaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengalaman. Tampilkan semua postingan
Beberapa waktu lalu kan sekitar awal Mei 2024 beberapa benih ditanam, harapannya bisa jadi start awal punya kebun untuk support dapur. Kali ini ada usaha jilid ke-2, dimana pada jilid pertama sebelumnya kurang sukses.

Hanya berhasil satu tanaman yaitu cabe yang ditanam di depan rumah dan kini subur, tumbuh banyak buah² cabe, tahun ini umurnya sekitaran setahunan.

Ini dia lahan tanam di samping rumah, buat tanam beberapa bibit di sana.

Ini disisi lainnya, di tengah itu lubang pembuangan irigasi dari rumah, kalau cuci² di halaman, airnya terbuang ke saluran buatan alami. Pasokan airnya ya dari situ.

Pada jilid ke-2 ini kita akan lihat siapakah yang bertahan, siapa yang akan gugur. Berikut ini beberapa tanaman yang dalam progres:
1. Terung dayak
2. Pepaya
3. Timun
4. Labu
5. Kangkung
6. Cesim
7. Tomat
8. Cabai rawit
9. Cabai merah panjang
10. Kemangi

Sedangkan tanaman lain yang sudah eksis adalah:
1. Cabai rawit 'gendut' di depan rumah
2. Lidah buaya
3. Rimpang jahe-kunyit
4. Cabai rawit 'gendut' di samping rumah (tumbuh liar)

Ada kangkung, sesim dan tomat sebelah kanan yang jarang² itu. Yang tomat rencana mau dipindah ke lahan di sebelah.

Dari bibit² yang diusahakan untuk disemai, nampaknya ada dua bibit yang nampaknya agak terlambat tumbuh, yaitu bibit pepaya dan cabai merah panjang.

Untuk pepaya ini sudah disortir dengan memilih bibit yang berbobot, tapi tetap saja ketika disemai dengan cara konvensional tidak juga tumbuh. Mungkin ya perlu cara khusus, karena ketika semai tidak baca literatur khusus semai pepaya itu bagaimana.

Kalau untuk cabe merah panjang ini memang belum ada tempat buat semainya, karena potnya ini belum ada yang kosong dan lahan juga terbatas karena sudah terisi beragam bibit tanaman yang lainnya.

Sama seperti di pertengahan tahun tahun 2023 yang lalu saya memulai musim tanam. Musim tanam yang aneh sih, dimulai diakhir musim hujan, biasanya kan musim tanam dimulai saat memasuki musim penghujan, karena pasokan air berlimbah dan kelembaban tanah terjamin.

Suasana pagi libur tengah pekan, ngurusin burung peliharaan, dan siram² tanaman dan cabut rumput pengganggu lahan tanam.

Post diblog ini mulai akan ramai lagi beberapa waktu kedepan, sama seperti periode tanam tahun lalu.

Segitu dulu post awal ini, pembahasan berikutnya akan kita bahas dipost lainnya, mungkin untuk masing² tanaman atau entah bagaimana nanti ya. Mudah-mudahan bisa konsisten mengisi kembali blog ini. ngp

#onedayonepost
#umum
#pengalaman
#benihbaru
#bibitbebetbobot
#musimtanam2024
#musimkemarautiba
Media tanam yang saya gunakan pada persiapan berkebun tahun ini saya pakai dari produknya Panpas Garden. Diproduksi dari Pasuruan, Jawa Timur.

Saya dapat media tanam ini dari teman kantor, yang kebetulan menjual atau mendistribusikan media tanam siap pakai ini. Satu sak itu harganya cukup murah meriah, ya menurut saya sih murmer.

Komposisi dari media tanam ini antara lain campuran kompos, organik, skem bakar, cocopeat, tanah dan pasir. Campurannya cukup homogen dan gembur sekali sih, nampaknya cocok sekali untuk media tanam.


Jika mau langsung digunakan sebagai media tanam langsung juga bisa. Hanya saja karena saya beli gak begitu banyak jadi saya oplos dengan tanah yang saya ambil dari kebun depan rumah.

Kalau dari testimoni teman yang sudah pakai media tanam ini sih hasilnya oke banget. Coba nanti kalau di saya ini kan dicampur, hasilnya akan seperti apa.

Oh ya, bagi yang tertarik media tanam ini bisa menghubungi nomor ini 0851-0179-3407 (Musafik). Area distribusinya saat ini yang cepat ya untuk area Pasuruan, Jawa Timur ya. Tapi lebih pastinya hubungi saja nomor tersebut ya.

Segitu saja sharing produk yang bisa saya bagikan ya, semoga bisa membantu teman² yang ingin berkebun. Media tanam seperti ini banyak ragamnya, tinggal cari saja toko yang jual urusan tanam atau berkebun pasti ada, hanya mungkin merknya beragam. Karena sebenarnya kita bisa koq buat media tanam ala kita sendiri.

Selamat berkebun, happy planting. -ngp

#produk
#berkebundirumah
#umum
#produk
#pengalaman

Hampir lama juga saya vacuum untuk urusan berkebun ini. Dimenjelang akhir April tahun ini, kebetulan ada ayah datang berkunjung dari jauh, beliau mengisi waktu dengan memanfaatkan bahan² yang ada mau berkebun.


Wadah air mineral sekali pakai jadi sarana pengganti pot. Media tanamnya pakai tanah dari kebun depan rumah, lalu humusnya kebetulan pakai stok humus yang pernah saya beli beberapa bulan lalu.


Beberapa bulan terakhir memang saya sendiri, pulang kerja sudah lelah, ketika akhir pekan terkadang saya isi dengan aktivitas outdoor, akhirnya jadi jarang di rumah.

Beberapa tanaman peliharaan saya sebelumnya sempet terbengkalai, tanaman jeruk dihajar hama, akhirnya mati. Tanaman tomat yang ditanam di pinggir halaman rumah tertebas mesin potong rumput tetangga akhirnya mati.

Yang berhasil selamat dan panen itu ya cabai rawit yang ditanam tahun lalu (2023) pertengahan tahun. Hasilnya sudah bisa dinikmati saya dan tetangga.

Kali ini mau mencoba menanam beberapa tanaman, seperti kemangi, mindahin tanaman lidah buaya dan mencoba merawat tanaman yang diduga terung²an (tapi belum bisa dipastikan sih).

Persiapan awal ya menyediakan media tanamnya dulu. Pas kebetulan Minggu, jadi bisa bekerja bersama, berkebun bersama.


Sore harinya saya dan ayah saya coba ke Superindo untuk cari bibit tanaman yang bisa ditanam di sekitar halaman rumah, untuk mengisi waktu selama liburan di sini. Sekalian juga melakukan beberapa eksperimen, mencoba media tanam dari tanah yang berbeda.

Di Superindo, bibit ini dijual @10K

Tinggal nanti dilihat setelah proses persiapan ini, akankah bibit² tanaman ini bisa jadi tanaman yang menghasilkan?

Lokasi tanamnya ya kalau gak di pot ya di tanah di samping rumah. Jadi ada yang mengandalkan nutrisi alam dan ada yang via pot.

Ini bibit tomat dalam pot, ditanam 02-05-2024

Ini bibit cesim, ditanam 02-05-2024

Ini bibit kangkung, ya bisa buat makan love bird dan majikannya tumis², ditanam 02-05-2025

Untuk awal ini, saya mau sharing itu dulu. Perkembangan berikutnya saya akan update dipostingan berikutnya. Mudah-mudahan kedepan bisa mulai lagi mengisi post diblog ini. -ngp

#onedayonepost
#persiapantanam
#potdarigalonminerale
#pengalaman
#umum
#kebunrumahan
Air memang jadi sumber daya paling vital buat kehidupan manusia dimanapun rasanya. Bahkan ilmuwan yang tengah mencari planet lain untuk hunian baru saja pertama-tama mencari tanda keberadaan air.

Air itu sangatlah vital, karena dari air itulah awal kehidupan bisa dimulai, sumber penghidupan. Itu kenapa ketika menghadapi kekeringan banyak yang kerepotan.

Musim kemarau tahun ini saya alami di rumah, bukan di kos²an seperti tahun sebelumnya. Di rumah yang saya tinggali ini menggunakan atau memanfaatkan air dari sumber sumur bor.

Sumur bornya ada di halaman teras rumah. Digali atau dibor tidak terlalu dalam, hanya kurang lebih empat meteran saja. Entah apa alasannya, tapi sepertinya ya ketika digali sedalam itu sudah menemukan air. Tapi, kualitasnya sepertinya tidak diperhatikan.

Sumur ini digunakan untuk sumber air dua rumah, rumah saya dan rumah sebelah kiri. Karena dua rumah ini merupakan satu pemilik, dibuatkan satu sumur di halaman rumah saya ini.

Itu dia sumur yang berbentuk lingkaran, ditutup dengan sebuah cor beton, terdapat dua pompa sumur bor. Didekatnya ada keran air untuk siram² dan cuci².

Sekedar informasi, di belakang rumah ini ada sungai kecil, tidak besar juga, tapi gak terlalu kecil juga. Sungai ini aliran airnya cukup stabil, tidak melimpah ruah tapi stabil mengaliri air. Soalnya kan ada tuh sungai dengan dimensi besar tapi airnya gak sesuai dengan ukuran sungainya.

Kemudian, di sisi lain di depan kanan rumah (arah jam 2), terdapat sebuah kolam lele dumbo. Kolam lele ini kerap membawa aroma tidak sedap gitu. Tahulah bagaimana habitat hidup kolam lele ternak. Apalagi ikan lele di sini diberi makan bangkai ayam/bebek rutin, wajar jika airnya jadi pekat dan memberikan aroma yang tidak sedap.

Nah, belakangan ini kualitas air sumur di rumah seperti berbau. Dari sisi warna memang agak berwarna kekuningan kadang kehijauan, tapi masih bening, tidak keruh sekali.

Sejak awal memang saya menilai air sumur ini tidak begitu fresh airnya, jika dibandingkan rumah tetangga sebelah kanan (arah jam 3), dimana air mereka jernih dan bersih. Padahal dibor di sisi lebih dekat dengan kolam lele.

Saya menganalisa air sumur yang belakangan membau ini disebabkan beberapa hal, seperti:
(-) Oleh karena musim kemarau, debitnya terbatas, sehingga intensitas air dan pertumbuhan lumut atau alga atau kotoran atau hal² lain di sumur ini jadi meningkat. Jika musim penghujan tiba, setidaknya konsentrasi air tetap dan air baru itu bisa bercampur sehingga tidak lagi pekat.

(-) Dugaan lain adalah nampaknya kolam lele di seberang sana itu ada rembesan ke dalam tanah dan nampaknya ya alirannya itu mengarah ke sumber sumur yang saya gunakan ini.

Itu dia kolam lele dumbo (arah jam 2), sebelahnya ada percis rumah tetangga yang airnya sumurnya lebih bersih.

Kenapa saya menduga ke arah sana?

Karena baunya itu hampir serupa, seperti bau comberan gitu, mirip² aroma semriwing yang tercium dari arah kolam jika terbawa angin. Lalu kemudian, ketika saya menggunakan air di rumah untuk cuci kaki saja, efek setelahnya dari cuci kaki ini bukannya bersih malah bikin berbau, layaknya seperti kaki kita habis tercebur ke air comberan gitu, baunya sampai tercium lho. Nah lho, ini kan parah. Berarti kan sumber air bersihnya memang gak layak pakai.

(-) Dugaan lain adalah ada rembesan dari cucian air di atas teras saya. Saya kan sering cuci² di teras, dimana teras saya ada keran air dan dekat sekali dengan lubang sumur. Nah ini ditakutkan ada rembesan yang bisa saja turun ke sumur. Kan saya sering mencuci kandang burung, ditakutkan air cucian kandang burung yang berisi kotoran burung juga ikut merembas ke dalam.


Semua itu hanya dugaan yang belum tentu kebenarannya. Tapi kita kan hidup bukan cuma menduga, perlu ada solusi.

Kemarin sore saya sempat diskusi dengan tetangga sebelah rumah percis, membahas air ini dan beliau juga merasakan apa yang saya rasakan, yakni kualitas air yang buruk.

Kebetulan ya kami sepakat berencana memberikan chemical penjernih air, entah itu kaporit atau sejenisnya. Kebetulan tetangga saya juga menggunakannya di tempat kerjanya. Dalam waktu dekat akan diujicobakan untuk memberikannya ke dalam sumur ini.

Nah kita lihat saja perkembangan selanjutnya bagaimana kualitas air sumur ini, lebih baik, lebih buruk atau malah sama saja tidak ada perubahan.


Sedih rasanya, habis mandi bukannya fresh tapi berasa kaya belum mandi, sesekali tercium bau² yang kurang sedap. Sabun mandi seakan-akan hanya memberikan efek netral saja.

Kamar mandi juga mudah berlumut dan kotor, membuat aroma kamar mandi jadi tidak sedap.

Ini dia view kamar mandi, yang jadi gak fresh dan berbau.

Sayang memang beberapa kali saya tinggal di kos dulu selalu saja bermasalah dengan kualitas air dan stok debit airnya. Kos terakhir sebelum saya tinggal rumahan ini juga sama, meski jernih kualitas airnya itu mengandung lumpur lumut yang mudah sekali ngendap dan menghitam, agak berbau juga.

Apa yang saya alami ini masih jauh lebih baik, bayangkan saudara² kita di daerah lain yang mengalami kekeringan parah, malah tidak dapat air sama sekali, jika pun dapat kualitas airnya lebih buruk bahkan gak layak sama sekali.

Segitu saja deh catatan sharing saya. Air itu sangatlah penting dan berharga, sehingga jika mungkin jagalah kelangsungan ketersediaannya dengan memberikan ruang pada air yang datang ketika musim penghujan kembali ke dalam tanah, mengisi celah² ceruk lubang untuk air itu kembali bersarang di sana.

Keep fresh water for future and for give live together. -ngp

#onedayonepost
#opini
#umum
#teori
#pengalaman
#freshwater
#sumurkotorbau
Saya dibuat tertarik pada sebuah post twit di aplikasi X milik Elon Musk, di sana divideokan tutorial membibitkan lemon jeruk untuk kemudian ditanam supaya jadi tanaman lagi. Kalau lihat divideo itu mudah sekali.

Tapi realita apa semudah itu?

Terkadang video atau konten² yang dibuat disosial media itu hanya sekedar konten, kadang dibuktikannya juga sulit, syukur² sulit masih bisa dibuktikan, repotnya itu hoax alias imajinasi si pembuat konten saja.



Bahan² yang diperlukan juga sederhana sekali kalau melihat video tersebut, yaitu buah jeruk lemon segar 🍋, pelepah lidah biaya, bawang merah, serta empat batang lidi tusuk sate.

Seperti tautan video yang saya relay dari X ya bisa dilihat di atas. Sederhana sekali bukan? Bukan!?!

Saya juga akan mencobanya di rumah, hanya saja kan kalau divideo ini instan, pertumbuhannya akar kan gak secepat itu, jadi video konten pastinya sudah dipercepat dan mengalami proses editing, sedangkan saya ini baru mengikuti proses yang awal, hasilnya apakah akan tumbuh akar, entahlah. Hanya konten kreator dan mba YouTube yang tahu.

#1 Tusuk itu si buah jeruk lemon 🍋 menyilang dengan empat buah lidi jadi seperti bentuk penyangga seperti yang kalian bisa lihat divideo.

#2 Kemudian bagian pantat jeruk diolesi getah dari pelepah lidah buaya.

#3 Siapkan air mineral dimangkok, lalu berikan rajangan bawang merah ke dalam air mineral tadi.

#4 Taruh si jeruk lemon dengan penyangga lidi tadi ke atas mangkok berisi air yang telah dicampur rajangan bawang merah.

#5 Lalu diamkan saja hingga si jeruk lemon 🍋 itu mulai tumbuh akar. Jika akar sudah memanjang bisa dipindahkan ke polibag dan tanam si buah lemon berakar itu ke dalam tanah dan biarkan tunas baru tumbuh di sana.

Jeruk lemon, menyegarkan sekali apakah bisa ya ditanam di rumah? Gambar diambil dari Google

Sesederhana itu proses pembibitan jeruk lemon. Keberhasilanya seperti apa, nanti akan saya update diblog ini, sementara saya akan siapkan bahannya dan membuktikan semudah Itukah membibitkan jeruk lemon?

Mudah-mudahan video yang direlay dari akun X ini tetap bertahan lama, karena tautan blog ini menggunakan direct video dari postingan X, jika video di X dihapus atau ditake down, pastinya video ditautan saya akan hilang juga.

Jadi akan saya buktikan dipost blog berikutnya. Happy planting. -ngp

#onedayonepost
#pengalaman
#review
#umum
Akhirnya setelah menunggu dan nyaris frustasi menganggap tanaman cabe liar yang tumbuh di halaman belakang gak akan pernah menghasilkan, pada akhirnya dia (baca: cabe liar) bisa juga membuktikan.

Lihat kuncup bunga telah berubah menjadi buah, satu kuncup bunga menghasilkan satu buah cabai yang masih piyik. Foto diambil pada 20 September 2023.

Sebelumnya pada post saya yang lain, saya juga sempet menyinggung tanaman cabe liar ini. Ada juga cuplikan video singkat yang menampilkan tanaman cabe ini masih kecil.


Pada prosesnya cabai yang tumbuh liar ini pernah saya pangkas semua, saya potong semua tanaman yang tumbuhnya, karena tanaman daun yang paling atas itu banyak hamanya. Saya sudah coba pakai pestisida alami dari larutan bawang yang saya buat sendiri, kemudian pestisida alamiah yang beli hasilnya juga sama tidak berpengaruh sama sekali


Dicatatan saya di bawah ini nampak video tanaman cabe liar yang masih kecil, saat itu belum ada bayangan apakah tanaman cabai liar ini bisa menghasilkan atau tidak, cek di sana tanggal kapan, jadi bisa dilihat proses tumbuhnya hingga saat ini, berapa lama. Jika lihat tanggal post saat itu sampai hari ini saya post, 96 hari total 3 bulan dia (baca: cabai liar) berproses tumbuh.


Untungnya setiap perkembangan tanaman yang saya pelihara selalu dituliskan diblog ini, sehingga saya bisa mengetahui perkembangannya, walaupun tidak begitu mendetail.

Meski berhasil sampai berbunga dan berbuah, cabai liar ini juga tetap diserang hama, hama serangga 'putih salju', begitu saja menyebutnya masih sering hinggap dan bersembunyi dibalik daun. Ketika disemprot air, baru itu serangga pada beterbangan seperti serbuk debu putih.

Tampak hijau dan ada bunga² mekar dari si cabai liar ini, foto ini diambil pada 14 September 2023.

Hama lainnya adalah serangga semut merah besar, bukan jenis rang-rang ya. Semut ini juga mengganggu dengan buat sarang putih² di ketiak tangkai dan daun, ini juga mengganggu.

Selain itu ada pula serangga lain yaitu laba-laba, entah dari spesies yang apa, tapi laba-laba juga kerap saya temukan membuat sarang di daun² hijau.

Karena pestisida alami yang sudah disemprotkan tidak efektif, ketika saya kesal saya kadang menyemprotkan semprotan hama seperti Baygon/Hit, tapi sebelumnya saya sudah semprotkan air terlebih dahulu agar daunan basah air, baru saya semprot pestisida rumahan, baru setelah beberapa saat saya semprotkan lagi air untuk membuang residu pestisida tersebut.

Terkait kesehatan tumbuhannya juga gak melulu sehat, meski tumbuh tegak meninggi sekitar 120 cm dari tanah, dan daun² nya menghijau, tapi tampak ada yang gak sehat karena kurang nutrisi tertentu.

Tapi beruntung cabai liar ini bisa tumbuh hingga berbuah sampai saat ini. Saya akan coba ikuti perkembangannya, semoga bisa juga sampai panen pada akhirnya nanti.

Tanaman cabai lain yang saya beli bibit dan saya lanjutkan tanam di depan rumah saat ini juga sudah mulai tumbuh ke atas. Tadinya tingginya masih dibawah batas tembok dinding pagar, tapi sekarang sudah melampauinya, seperti yang kalian bisa lihat didokumentasi.


Ini dia bibit cabai yang sekitaran awal Juni 2023 dibeli lalu kemudian di tanam di pekarangan rumah, saat ini sudah mulai tumbuh tinggi, namun belum ada tanda bunga apalagi buah baru. Foto diambil pada 20 September 2023.

Sejauh ini cabai liar yang tumbuh begitu saja hanya saya rutin sirami dengan air, beberapa waktu sekali saya berikan air dari rendaman kulit pisang, kemudian ketika saya mencuci beras air cuciannya juga saya bagikan disiramkan di paving blok yang langsunge ke tanah di bawang tangkai yang muncul ke permukaan. Selama masih ada pupuk daun saya juga sesekali memberikannya.

Hanya itu perawatan yang dilakukan terhadap cabai liar ini. Kita lihat saja apakah akan tumbuh seperti apa dan bagaimana dengan hasil buah cabai nya nanti.

Untuk sementara begitu dulu update yang bisa saya bagikan di NGP, sampai jumpa dipost berikutnya. Happy planting, mari tanam tanaman yang hasilnya bisa digunakan di dapurmu. -ngp

#onedayonepost
#pengalaman
#cabailiar
Awal bulan September saya kan sedang melakukan percobaan menanam tomat dengan bibit yang sama keluar polibag atau saya anggap media tanam itu pot ke tanah bebas di halaman luar rumah.


Sejak penanaman itu perkembangan dan pertumbuhan tanaman tomat saya ini mengalami kemajuan, saya amati per hari ketika menyiram tanaman pagi dan sore, tumbuhnya sehat. Itu untuk tanaman tomat yang pertama saya tanam di tanah bebas.

Tanaman tomat kedua ini saya mencoba menyelamatkan kondisinya nyaris suram, mati gak, tapi sehat juga gak, pertumbuhannya saya anggap mengalami 'osteopororis'.

Memang setelah ditanam diluar ini secara umum perkembangan dan pertumbuhannya positif. Ditandai apa?

Kalau saya menandai dengan beberapa hal, yang penting adalah tumbuhnya bunga, dimana bunga ini adalah kan awal atau bisa jadi potensi untuk munculnya buah kelak.

Hal lain ya soal tumbuh daun² hijau baru yang segar dengan warna yang khas tumbuhan sehat, tidak menguning atau mengkerut.

Hanya saja untuk tanaman tomat kedua saya ini masih saja dapat serangan hama, hama serbuk putih, seperti sarang semut yang mana dia menghuni  tangkai daun dan membuat tangkai dan daun jadi mengkerut, seperti dipaksa dibuat sarang gitu sama semutnya. Semutnya gak banyak tapi serbuk² putih itu seperti membuat pucuk² daun itu jadi gak sehat tumbuhnya.

Saya selalu membersihkannya ketika menyiram tanaman, dan menyemprotkannya dengan air supaya serbuk putih ini luruh, tapi ya kerap datang lagi.


Saya akan coba lihat perbedaan dua tanaman ini, akan seperti apa hasilnya, yang sehat dan yang terjangkit penyakit dan saya hanya akan lakukan perawatan normal dan standar, saya akan coba senatural mungkin buat ngusir hama ini.

Hal yang menarik dari tanaman yang pertama, selain bungka yang muncul, kini sudah ada kuncup bunga atau buah warna hijau. Saya masih belum tahu itu apa, atau kuncup bunga yang menutupi buah atau emang itu buah.



Akan saya amati dan saya lihat perkembangannya kedepan. Walaupun tumbuh 1-2 butir buah itu sudah sangat menyenangkan buat saya dan saya akan coba bereksperimen dan mengamati pertumbuhannya, dengan dan tanpa pupuk² tambahan. Kalaupun saya berikan pupuk, ya pupuk seadanya yang saya buat sebelumnya, yaitu dari rendaman kulit pisang.

Itu bisa dilihat kan ada bulat² dari bekas kuncup bunga yang mekar, apakah itu buah?

Dokumentasinya seperti apa ya seperti yang bisa kalian liat didokumentasi foto dan video pada postingan ini.


Segitu saja update share yang bisa saya bagikan saat ini soal tanaman tomat yang saya lepas tumbuhkan di tanah bebas, bukan ditanah pot atau media lain, dia bebas tumbuh dengan nutrisi dari alami sekitar ekosistemnya.

Sampai jumpa dipostingan saya lainnya membahas hal yang sama atau yang lain, ikuti perkembangannya. Happy planting, happy farming by experience. -ngp

#onedayonepost
#tomattanamliar
#tanahbebas
#tomatdaribibit
#pengalaman
Sejak saya mulai memahami konsep bagaimana alam me-recycle ekosistemnya, saya mencoba belajar memahaminya. Dimulai dari pertanyaan, kenapa tumbuhan yang tumbuh di alam bebas, di hutan misalnya jauh lebih subur daripada yang kita tanam di rumah, di pot misalnya.

Jawabannya ya tadi, bagaimana mekanisme alam secara alamiah me-recycle ekosistemnya itu guna nutrisi yang dibutuhkan untuk mereka juga. Prinsip demokrasi alam terjadi di sana, dari, oleh dan untuk alam itu sendiri.

Pada post yang lalu, tautannya bisa dibaca di bawah, saya tautkan. Jadi saya mencoba eksperimen, memindah tanamkan tanaman tomat. Yang mana bibit tomat itu saya peroleh dari tomat busuk yang tidak terpakai di dapur.


Ketika di tanam di pot ya dia berhasil tumbuh, hanya saja setelah masuk bulan kedua setelah tunas tumbuh, pertumbuhannya terhambat, lebih tepatnya stagnan.

Akhirnya dicobalah ditanam di tanah di sekitar rumah yang mana langsung ke tanah, tanpa pot. Kebetulan tanah yang saya manfaatkan adalah tanah dimana jalur buangan air cucian kandang burung. Salurannya alami, sehingga buangan air itu langsung ke tanah dan di sana saya tanam tanaman tomat.

Alhasil sejak pemindah tanaman itu sekitaran week II Agustus 2023 sampai ketika saya post postingan yang tautannya diberikan di atas tadi, sampai pas hari ini saya buat post ini, perkembangannya cukup signifikan lho.

Apa saja sih perubahan yang bisa saya catat?

✓ Daunnya yang sebelumnya menguning kini sudah menghijau. Emang bagian bawahnya masih nguning, tapi daun² baru yang ada di bagian atas itu menghijau, segar dan sehat, tidak mengkerut seperti saudara² nya yang lain.

✓ Pertumbuhannya lebih cepat dari ketika dia ditanam di pot.

✓ Sudah muncul bunga, hanya dalam waktu beberapa Minggu sejak pemindah tanaman. Sedangkan saudara² nya yang tumbuh bertunas bersama belum ada yang berbunga sama sekali.

Lihat itu bunga berwarna kuning, walau baru satu yang muncul. Tapi nampak tanaman ini jauh lebih sehat dan bahagia tumbuh ditanam di sini. Foto diambil tanggal 1 September 2023.

✓ Lebih sehat, saat ini belum ada hama yang datang, beda dengan saudaranya yang sudah dihinggapi hama serbuk berwarna putih².

✓ Daun² kuning dan kering kemudian saya potongin, supaya nutrisinya fokus ke pertumbuhan bagian atas. Jika nanti tumbuh makin tinggi, maka akan saya berikan kayu penyangga supaya tidak doyong atau tumbang.


Inilah yang jadi sumber semangat saya untuk terus berkebun dan bereksperimen, mencoba mengalami sendiri, bagaimana sih kita memelihara ekosistem seharusnya.

Di sebelahnya saya juga memindah tanamkan, tanaman tomat juga, masih saudara setunas. Nyaris mau mati sih, daun² nya sudah menguning, tumbuhnya juga 'osteoporosis' artinya tidak tegak ke atas.

Saya coba pindahkan dia dan berharap dia bisa sehat tumbuh seperti saudara di sebelahnya. Pemindahannya saya lakukan pada 31 Agustus 2023 yang lalu.

Foto dokumentasinya seperti yang kalian bisa dilihat di atas, begitulah penampilannya ketika awal dipindah tanamkan.

Ini dia tanaman pindahan kedua, kondisinya masih merana, masih menguning. Foto diambil tanggal 2 September 2023.

Progresnya akan saya bagikan pada postingan berikutnya ya. Saya akan terus membagikan eksperimen saya ini pada postingan blog saya.

Oh ya, jadi di tanah yang saya tanam ini akan saya biarkan alami seperti ekosistem alamiah, saya gak akan membersihkan tanah di sekitarnya dari apapun, biarlah tanaman² liar tumbuh di sana, saya bersihkan seperlunya, dan daun² hasil pembersihan akan saya biarkan kering dengan sendirinya di atas tanahnya, supaya mekanisme alam me-recycle ekosistemnya berjalan semestinya.

Mungkin juga akan saya tambahkan potongan daun² bambu kering di atasnya, intinya supaya 100% nutrisi yang mungkin diserap tanaman bisa dikembalikan lagi ke tanah dengan jumlah yang sama, sehingga pasokan nutrisi ke tanaman akan selalu terjaga baik.

Sekian dulu sharing saya kali ini, kita bertemu pada catatan berikutnya. Happy planting, go green in your home. -ngp

#onedayonepost
#pengalaman
#tomatalam
Pernah kah kalian pelihara tanaman, urus dari bibit atau menanam dari setengah besar, tapi perkembangannya terasa lambat, padahal rajin disiram, diberi pupuk, dibagi nutrisi tapi koq tumbuhnya jauh dari ekspektasi.

Tumbuh lambat, nyaris seperti stagnan. Sedangkan tanaman yang dibiarkan tumbuh liar koq malah sepertinya lebih subur dan hidup lebih 'bahagia'.

Ilustrasi, Google

Pernah gak sih ngalamin begitu?

Seperti ada rasa kecewa, koq begitu ya, sepertinya apa yang kita lakukan itu sia², gak ada hasil dari apa yang dilakukan. Melihat tumbuhan liar justru malah hidup subur.

Ini saya alami, memang tanaman yang dibandingkan berbeda.

Jadi kalau kalian lihat postingan saya di NGP ini, saya ada pelihara beberapa tanaman, ada yang ditanam dari bibit alamiah (buah busuk, yang bertunas dan tumbuh) ini adalah tomat, ada yang ditanam dari setengah jadi seperti cabai dan jeruk. Ada yang saya pelihara karena dia tumbuh dengan sendirinya, saya hanya lakukan penyiraman tanaman saja rutin, adalah tanaman rambusa.

Namun melihat dari beberapa tanaman itu, saya lihat rambusa yang saya tidak urus khusus malah sudah bisa menghasilkan sesuatu (baca: buah). Sedangkan yang lainnya, minimal si cabe ini ya gak berbuah, boro² berbunga saja tidak. Sempet dulu muncul bunga tapi mati karena hama serangga (semut). Setelah itu tidak ada perkembangan signifikan, tidak ada lagi berbunga (lagi), lalu bagaimana dengan buahnya, kapan akan berbuah coba.

Rimbun sekali tanaman cabe ini, sudah berbuah lebat. Foto diambil pada 29 Agustus 2023.

Melihat tanaman cabe di kantor, ditanam di halaman office, ada tanaman cabe yang rimbun dengan buah cabe dimana-mana, padahal ya hanya disiram saja, itu pun belum tentu rutin setiap hari, tapi jadi subur lho. Sedangkan saya yang mengurusnya dan berikan pupuk untuk nutrisi eh hasilnya nihil.

Ada lagi tanaman tomat, jadi tomat ini saya tidak niat menanam sebenarnya. Saya sudah pernah cerita soal ini dipostingan tentang tanaman tomat. Jadi ada tomat busuk, lalu saya buang di tanah polibag, jadi di sana saya buang juga jahe atau kunyit yang sudah tak layak konsumsi. Eh selang beberapa waktu ternyata yang dibuang itu menjadi bibit tanaman dan tumbuh, karena makin besar dan tumbuh desak-desakan dalam satu polibag makanya saya pindahkan, eh ternyata tumbuhnya jadi kerdil tidak tumbuh cepat sewaktu ada di polibag sebelumnya. Jadi sempet menyesal juga memindahkannya.

Mungkin dan bisa jadi itu karena tanah yang baru itu kurang subur makanya tanaman yang ditanam di sana kurang nutrisi. Itu sih kemungkinan yang benar, untuk menjawab kenapa tanaman saya kerdil. Meski saya rajin siram dan memberikan siraman pupuk organik cair tapi bisa saja apa yang saya berikan tidak mencukupi standar nutrisi yang tanaman² itu butuhkan. Alhasil ya jadi seperti stagnan gitu² aja.

Kalau tanaman jeruk peliharaan saya masih mending, saya masih bisa menghasilkan atau menumbuhkan buah walau cuma sebutir dari tanaman jeruk yang saya beli sudah 'jadi', saya beruntung bisa berhasil membuat si tanaman jeruk ini menumbuhkan buah baru walau masih pentil.

Melihat perbedaan antara yang dirawat dan yang tumbuh alami itu, koq ya yang tidak dapat support malah justru lebih mandiri, bisa tumbuh sendiri dan jauh lebih baik daripada yang dirawat, aneh kan. Ya gak si? Atau hanya saya saja yang mengalami hal ini.

Akhirnya saya coba eksperimen lain:

Saya mencoba memindahkan salah¹ tanaman tomat yang saya tanam stagnan tadi, di tanam di halaman samping rumah, ke tanah langsung, jadi bukan pot. Di tanah itu juga jadi saluran buang cucian/bilasan dari bersih² kandang burung, otomatis pasti banyak kotoran burung yang larut dalam air buangan. Cuciannya tanpa sabun ya, jadi murni hanya air bilasan saja. Ingin tahu bagaimana hasilnya, apakah akan lebih baik daripada yang ditanam dipolibag?

Ini dia tanaman tomat yang ditanam di samping rumah. Sudah dua minggu ditanam, kelihatan efeknya dibagian atas tumbuh daun² hijau segar, bagian bawah daun² lama yang masih menguning. Tanaman ini jarang saya siram, tak seperti tanaman lainnya yang lebih rutin saya siram. Kita lihat perkembangannya.

Eksperimen lainnya, saya menyiapkan lubang tanaman yang dilubangi di tanah di halaman rumah. Lubang itu tidak langsung saya tanami, tapi lubang itu saya biarkan dulu, saya masukan sisa² ampas teh, kopi dan seduhan minuman wedang khas Jawa, begitu juga dedaunan bambu kering saya masukan ke dalam lubang itu dan saya berharap membiarkannya membusuk alami, sebagai kompos.

Dibagian tengah itu ada lubang yang saya rencana jadi tempat tanaman baru, hanya sebelumnya saya taruh kompos di dalamnya, supaya jadi asupan nutrisi alami untuk tanaman yang kelak ditanam di sana. Sebelah kiri ada tanaman cabe yang saya beli Juni 2023 lalu, yang paling kanan ada tanaman tomat yang masih merana.

Pada akhirnya nanti ketika saya sudah ada waktu beli tanah media tanam, saya akan menanam tomat pindahan dari polibag yang statusnya stagnan, saya ingin tahu apakah ada perubahan berarti?

Karena sebenarnya, ada gak sih manfaat dari merawat tanaman bagi tanamanmya itu sendiri, atau lebih baik mereka tumbuh liar begitu saja?


Kalau lihat mereka yang menanam di YouTube, kayanya mudah sekali menanam tanaman buah dan sayur hingga panen, tapi koq saya ini sulit ya.

Tapi meski begitu, walau ada rasa kecewa, tapi saya tetap menikmatinya. Karena ternyata lebih baik memelihara mereka daripada manusia. Karena melihat manusia yang ada adalah rasa dendam dan rasa ingin menghancurkannya, karena yang terbayang adalah wajahnya dan segala ucapannya.

Tapi melihat tanaman dan binatang sedikit terselimurkan, mereka lebih baik daripada manusia 'badjingan' yang masih ada di kepala.

la saya, seumur hidup akan saya ingat nama manusia ini dan segala antek² nya.


Tinggal akan saya lihat perkembangan selanjutnya. Namun pertanyaannya sampai saat ini saya belum bisa menjawabnya, kenapa tumbuhan yang justru dirawat malah tidak lebih subur daripada yang tumbuh dibiarkan begitu saja.

Tapi mungkin hal ini bisa menjawab pertanyaan saya. Pernah tahu, sebuah lahan kosong sudah bersih, tidak ada tanaman tumbuh di sana, tapi tanpa kita menanam, tiba² di tanah yang kosong itu tumbuh suatu tanaman, entah rumput atau tanaman liar lain. Nah lalu siapa yang menanam coba, malah tanaman ini tumbuh lebih subur dari tanaman yang kita pelihara. Dari manakah benih tanaman ini?

Jawabannya begini, jadi diluar sana bibit tanaman itu tidak hanya sekedar biji yang tampak oleh mata. Tapi banyak juga biji yang fisiknya mikroskopis, yang baru terlihat oleh mikroskop, entah dalam bentuk spora atau bijian. Bibit atau benih ini bisa saya terbawa angin, terbawa serangga, menempel pada baju kita atau pada barang lain hingga terbawa ke tempat kita (dalam hal ini lahan kosong yang tadi diceritakan di atas). Pada suatu kondisi yang memenuhi syarat tumbuh, maka tumbuhlah benih bibit itu tadi. Misalnya pas musim hujan, benih² mikroskopis itu tumbuh subur.

Begitulah kira² logikanya, sehingga jangan heran jika tiba² tumbuh tanaman atau tumbuhan yang kita gak pernah menanamnya.

Nah ini logika saya saja, kenapa mereka lebih subur nampaknya dengan nutrisi yang seadanya, tanpa bantuan nutrisi tambahan dari kita manusia yang merawat. Itu karena ukuran bibit mereka yang mikroskopis sehingga kebutuhannya juga lebih simpel, sehingga gak neko² kebutuhan nutrisinya, dibandingkan dengan tanaman yang umum dengan ukuran bibit lebih besar, jadi lebih kompleks. Ini logika saya, bukan ilmiah jadi jangan dijadikan pegangan ya!


Nah, apa yang saya pertanyakan terjawab oleh video di bawah ini, di sini semua kegelisahan saya terjawab, semoga kalian yang punya kegelisahan yang sama juga terjawab melalui video ini ya.


Jadi logikanya cukup sederhana untuk memahami ya. Di alam semuanya yang mati kembali ke alam, jika tidak ada yang mengambilnya, jadi alam menyediakannya lagi untuk diri mereka, sedangkan pada pot atau tanah yang kita pelihara, tidak ada siklus alamiah kesuburan tanah, nutrisi yang sudah diambil tanaman dari tanah membuat tanah itu jadi kekurangan nutrisi.

Jadi jika ingin tanaman kita subur seperti apa yang dialami tanaman² di hutan atau di alam liar, maka kondisikanlah siklus daur hidup tanah dengan sebaik mungkin, harapan ya asupan nutrisi tanaman tetap terjaga terus dan apa yang diharapkan bisa tercapai.

Postingan ini dibuat tidak sekali selesai, saya membuatnya dalam beberapa hari, mencari ilham jawaban dari pertanyaan saya sebelumnya. Sebelumnya saya masih belum bisa menjawab apa yang jadi kegelisahan saya, tapi pada akhirnya saya tercerahkan dari video yang saya bagikan di atas.


Baiklah, eksperimen yang tengah saya lakukan seperti catatan saya tadi akan tetap saya lakukan dan ditambah mencoba mengkondisikan tanah dalam media tanam (baca: pot/ polibag) seperti tanah yang ada di hutan.  Menjadikannya tanah jadi sumber humus atau kompos seperti layaknya apa yang terjadi di hutan atau alam liar.

Segitu saja catatan saya kali ini, semoga bisa menjawab kebingungan seperti yang saya alami sebelumnya, happy planting and growth up with your ☘️. -ngp

#onedayonepost
#umum
#opini
#pengalaman
Sudah lama juga saya gak membahas soal bawang prei yang pernah saya tanam, saya sudah jarang update lagi. Meski saya gak update dipostingan blog, namun saya masih tetap rajin menyiramnya setiap hari, memberinya pupuk daun dan pupuk organik lainnya.

Memang saya hanya menanamnya di dalam pot kecil, itu juga yang membuatnya tak tumbuh seperti yang saya bayangkan. Meski begitu ada hal yang saya sukai itu bawang prei peliharaan ini tumbuh terus bercabang.

Awalnya ketika saya tanam itu hanya batang berakar yang terpenggal. Kemudian saya tancapkan ke tanah, dan ternyata dia tetap tumbuh hingga saat ini dia banyak cabang.


Dokumentasi pribadi, foto ini diambil tanggal 7 Augustus 2023, sore hari.

Saat ini bawang prei yang saya pelihara ini sudah punya beberapa cabang, seperti yang kalian lihat difoto didokumentasi di atas.

Nampak ada 4 daun memanjang menjulur ke atas, dan satu lagi daun kecil yang tengah tumbuh dari bagian batang bawah dekat tanah. Padahal kalau lihat awal² saya tanam itu ya hanya sebuah batang berakar yang terpenggal, eh sekarang sudah tumbuh menjadi beberapa daun menjulur ke atas.

Sempat pada awal bulan lalu itu ada satu daun yang menjulur yang kering, gosong dibagian tengah, lama² menjalar kepucuk, akhirnya saya potong saja supaya tumbuh daun baru.

Kalau dihitung dari sejak saya menanamnya, sudah ada sekitar mau dua bulan nanti tanggal 10 genap dua bulan. Saya ada rencana mencari batang bawang prei lainnya untuk saya tanam, jadi saya punya stok bawang prei yang mencukupi untuk kebutuhan dapur masak sesekali yang membutuhkan bawang prei. Tapi kalau sehari-hari diambil lama² habis juga, bisa gundul dan jadi batang terpenggal lagi deh.

Jika saya membutuhkannya sedikit untuk menambah toping pada masakan, tinggal saya gunting salah satu daun yang menjulur itu.

Di dalam pot kecil ada beberapa bibit tanaman yang saya tanam, ada cabe dan beberapa bibit lain, tapi ya tumbuhnya kerdil. Ya buat hijau² sementara saya biarkan dulu mereka di sana. 

Segitu saja sementara cerita dan sekaligus update soal peliharaan saya yang saya tanam dua bulan lalu. SiJeruk saja sudah ada updatenya, dimana dia mulai lahir buah baru walau masih pentil dan rawan rontok.


Sampai jumpai dipostingan berikutnya membahas soal yang hijau² yang berhubungan dengan tanaman/tumbuhan, masih di Naturality Green Plant. -ngp

#pengalaman
#umum
#onedayonepost
#bawangprei
Hari minggu ini saya berkesempatan panen (lagi) buah rambusa atau permot atau markisa mini yang kedua kalinya. Panen kali ini saya ambil/ petik buah rambusa yang telah berwarna jingga sebanyak 11 butir. Sebenarnya ada 2 butir jatuh dan pecah karena terhimpit, 1 butir jatuh ke sungai belakang karena jatuh, ada 1 butir yang masih mengantung dan akhirnya jatuh juga karena sulit mengambilnya.


Sebelumnya saya panen perdana sebanyak 5 butir, dan saya post pada postingan sebelumnya, tautan ceritanya kalian bisa baca ditautan terlampir.

Sebenarnya masih banyak calon buah yang bisa dipanen beberapa hari ke depan, ada yang warnanya menjelang kejingga, namun tidak saya petik karena menunggu matang jingga di pohon saja.


Kulit buah rambusa ini sangat tipis jadi ketika jatuh ya pecah kulitnya, meski empuk tapi mudah pecah kulitnya. Bukan seperti kulit telur, tapi ya seperti kulit jeruk yang sangat tipis, kalau kulit jeruk tebal, kalau ini tipis, lebih tebal sedikit daripada kulit anggur. Anggur itu tampak tak berkulit padahal ada kulitnya tapi bisa dimakam, kalau rambusa ini agak tebal lagi dan tidak bisa dimakam sepertinya ya. Entah sih kalau ada yang pernah memakannya, saya belum mengetahuinya. Barangkali ada yang tahu boleh share dikolom komentar ya.

Buah ini ketika dipetik itu seperti berminyak, lengket² gitu. Jika memetik buahnya dan Masih ada serabut halusnya itu juga seperti berminyak dan lengket, menandakan kandungan gula alaminya cukup banyak ya.

Saya sekedar share saja panen rambusa kedua ini, untuk sebagai catatan dan sekaligus pengingat, juga sekalian histori soal perkembangan dari tanaman liar rambusa yang tumbuh di halaman belakang rumah.

Baiklah segitu saja catatan panen kedua dari tanaman rambusa yang saya pelihara. Sampai jumpai pada catatan lainnya.


Selengkapnya bagaimana review buah Rambusa bisa dibaca dipostingan panen yang pertama, tautannya ada di atas. Happy planting on weekend, mengawali pekan dengan yang hijau². -ngp

#pengalaman
#panen
#onedayonepost
#review
#panen
#kebunsendiri
Kemarin sore saya menemukan hal yang menyenangkan ketika saya melihat tanaman SiJeruk peliharaan saya. Beberapa hari ini, mungkin sudah menginjak 2-3 Minggu saya gak begitu intens rewel terhadap binatang/serangga yang main² ke tanaman saya.


Biasanya ketika ada laba², semut, ulat atau serangga lain pasti saya bantai, tapi belakangan saya abaikan dan cuek. Saya amati ada semut, ulat, hingga laba² asyik membuat sarang di sana.

Eh ternyata hal itu ada baiknya, ternyata tanaman SiJeruk ini berbuah baru. Ya buah baru, dimana buah eksisting yang sudah ada sejak saya beli tanaman ini memang sudah ada 3 butir buah.

Saya menduga sih, serangga yang saya biarkan hidup ini membantu dalam proses penyerbukan atau pembuahan, sehingga akhirnya membuat si tanaman ini berbuah. Karena sebelum² nya saya selalu mengusir serangga² ini, makanya agak terhambat pembuahannya.

Seperti yang kita ketahui dalam pelajaran sekolah dulu, serangga merupakan salah¹ agen pembantu dalam proses penyerbukan. Tapi kebetulan saya benci serangga jadinya saya bantai, tapi ketika tidak saya bantai eh ternyata ada hasilnya. Mungkin ke depan serangga ini perlu ada tapi perlu juga dikendalikan.

Nah setelah saya rawat sampai saat ini munculah buah baru, masih pentil kecil berwarna hijau.

Perhatikan dengan saksama ada buah jeruk kecil yang saya namai dia pentil jeruk.

Memang beberapa waktu yang lalu saya pernah cerita, SiJeruk sempat berbunga beberapa, namun bunganya hilang dan akhirnya tidak ada kelanjutannya, saya lihat sepertinya tanaman SiJeruk ini tidak begitu sehat, walaupun dia tumbuh segar dan hijau.

Eh ternyata setelah itu, saya masih rutin menyiram pagi sore, kemudian pemberian pupuk daun, pupuk kopi, teh, hingga air cucian beras pertama dan ternyata saya melihat apa yang saya lakukan itu gak sia² lho. Ada tumbuh satu butir/ pentil buah jeruk.

Suatu kebahagiaan walaupun hanya sebutir saja, tapi ini pertama kalinya saya merawat tanaman sendiri, dan dia berbuah. Tahu sendiri memang apa yang saya lakukan belum maksimal, tapi dengan ini saya jadi semakin bersemangat.

Butuh ketekunan dan konsistensi ditengah kesibukan kerja, rasa lelah dan capek, mood yang sering berubah karena masalah dendam yang belum tuntas membuat rutinitas saya merawat tanaman ini jadi ya sekedar biasa saja. Satu hal yang saya berusaha tidak melupakan, yakni menyiramnya setiap pagi dan sore hari, karena itu kunci minimal merawat tanaman.

Perkembangan selanjutnya akan saya share diblog ini. Harapannya sih si pentil kecil ini bisa membesar seperti buah² yang sudah besar sebelumnya.

Tiga buah sebelumnya belum saya panen, dan masih tergantung dipohon, saya sengaja belum petik karena belum ada kebutuhan di dapur, jadi saya biarkan.

Sekian share perkembangan SiJeruk yang bisa saya bagikan untuk saat ini. Sampai jumpa dipostingan lainnya. -ngp

#pengalaman
#onedayonepost
Akhirnya sore ini saya memutuskan untuk memetik butir² buah rambusa yang sudah berubah warna dari hijau ke kuning jingga, seperti yang bisa dilihat didokumentasi di bawah ini.

Tampak beberapa butir rambusa yang sudah menguning jingga tanda sudah masak pohon.

Beberapa waktu yang lalu saya pernah membahas tanaman rambusa liar yang ada di halaman belakang rumah, dia tumbuh sendiri tanpa saya pernah menanam bibitnya, bahkan saya tidak tahu dari mana tanaman ini tumbuh karena tidak tampak tumbuh dari tanah. Jadi tanaman ini tumbuh merambat di tembok halaman belakang rumah.

Postingan sebelumnya kalian bisa baca pada tautan link di bawah ini, di sana saya bahas juga soal tanaman rambusa itu seperti apa, tentang profil dari tanaman ini.


Sebenarnya saya sudah lihat beberapa butir buah rambusa itu mulai berubah warna menuju jingga dan itu menandakan buah akan segera masak di pohon, itu bagus pikir saya, dan dalam beberapa hari lagi akan saya panen deh, dan itu terjadi hari ini, tepatnya sore ini.

Post yang lalu tercatat tanggal 9 Juli 2023, kalau dihitung sampai hari ini sebenarnya belum genap 30 hari lho, tapi sudah menguning, entah apakah sebenarnya saat ini sudah ideal untuk panen? Saya juga kurang tahu. Maka dari itu sebagai percobaan akan saya review dan bahas pada post kali ini.

Saya lihat hanya ada lima butir buah yang warnanya kuning jingga, jadi panen pertama ini saya hanya ambil lima butir itu saja, lainnya saya tunggu hingga masak pohon. Sepertinya buah rambusa ini termasuk ke dalam jenis buah yang harus masak di pohon, tidak bisa diperam, kalau bahasa istilahnya itu adalah jenis buah non klimaterik.

Bahasan soal jenis buah non klimaterik itu apa, kalian bisa baca pada tautan di bawah ini, saya pernah bahas pada postingan sebelumnya.


Lalu seperti apa review dari buah rambusa ini? Buah yang pertama kali saya konsumsi dari hasil panen kebun sendiri, walaupun dia tumbuh liar begitu saja, tanpa saya harus menanamnya, saya hanya melakukan perawatan menyiramnya tiap pagi dan sore. Sesekali saya menyemprotkan pupuk daun agarndia tumbuh subur, hanya itu saja perawatannya.

Saya akui bahwa tanaman liar malah justru lebih simple dan tidak perlu dirawat ekstra, tapi dia malah lebih kuat daya tahan tumbuhnya dan mampu tumbuh hingga panen, berbunga hingga berbuah dan bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi.

Rasanya seperti apa?


Rasanya itu manis, bener katanya mirip markisa. Tapi ada rasa lain menurut saya, rasanya ada mirip seperti sari dari pisang.

Cara memakannya sebenarnya hanya bisa dengan menghisap sarinya saja, karena daging buahnya sedikit, seperti selaput lendir yang menyelubungi bijinya. Oh ya, agak mirip biji selasih ya.

Saya sendiri sempet bingung, ini bijinya bisa dimakan apa gak. Kalau kata teman, rasa bijinya itu kecut ada asam² nya. Saya hanya takut saja, jika bijinya kemakan jadi bikin usus buntu deh.

Kalau membandingkan dengan markisa, hampir mirip, hanya markisa lebih banyak selaput yang mengelilingi bijinya dan bijinya bisa dimakan sekalian, walaupun ada kandungan sianida alaminya tapi tenang tidak akan berbahaya koq bagi tubuh, masih level aman.

Begitulah kira² review after panen rambusa liar yang tumbuh dari pekarangan belakang rumah. Kita lihat panen berikutnya terjadi kapan lagi. Akan saya bahas dikolom komentar saja. -ngp


#onedayonepost
#pengalaman
#review
#panen
#kebunsendiri
#tumbuhanliar
#rambusa
Saya dibuat sebal dan sekaligus kesal dengan hama, dalam hal ini semut. Tanaman cabe peliharaan saya yang sempet panen beberapa waktu lalu hidupnya merana.

Telah sempat muncul bunga cabe sebagai awal untuk numbuh calon buah baru eh harus gagal kembang gara² tanaman cabe peliharaan saya ini tiap saat harus jadi tempat bermain semut².

Memang sih mereka gak membuat sarang, tapi adanya mereka itu selalu membuat tanaman cabe jadi merana, sampai akhirnya saya beruntung masih bisa memanen dua buah cabe.


Saat ini tanaman cabenya masih hidup, masih tumbuh hijau, hanya saja jika dilihat agak merana, kurang sehat dan kurang segar.

Padahal setiap hari saya tetap rutin menyiramnya dan 3-4 hari sekali untuk pupuk daun. Dan pupuk organik cairnya 2 minggu sekali. Sesekali kalau ada air cucian beras juga saya siramkan ke tanah dimana tanaman cabe itu tumbuh.

Sampai ketika saya membaca artikel bahwa kopi bisa digunakan untuk pupuk tanaman dan punya khasiat baik untuk tanaman, daripada dibuang sia².

Saya saat itu belum detail, hanya saja terpikir juga eman² membuang ampas kopi begitu saja, akhirnya saya mulai membuang ampas kopi ini ke tanah dimana tanaman cabe saya ini tumbuh.

Ilustrasi pemberian bubuk ampas kopi ke tanaman peliharaan. Gambar diambil dari Google

Efeknya setelah beberapa hari, saya koq mulai jarang melihat ada semut main² di tanaman cabe kesayangan saya ini.

Artinya kopi jadi pengusir hama it's work!

Bagus lagi ketika saya lakukan proses fermentasi dan menjadikannya sebagai pupuk organik cair. Hanya saja saya tidak cukup mengumpulkan segitu banyak ampas kopi, karena frekuensi ngopi saya tidak setiap hari juga, takut lambung saya jebol malah.

Nah itu jadi pengalaman sederhana saya memanfaatkan kopi sebagai pengusir hama dengan cara paling simpel dan sederhana. Entah apa yang saya lakukan ini tepat atau tidak menurut pakar tanaman, saya hanya melakukan apa yang jadi insting bahwa ternyata si semut ini seperti ya ogah main² dekat² bubuk kopi yang ada di bawah tanaman cabe peliharaan saya ini.

Ingat ya, ampas kopinya jangan yang sudah tercampur gula, kalau itu sih sama saja bohong. Ampas kopinya adalah yang murni kopi habis dibrewing V60, vietnam drip, espresso, mokapot dll. Asal ampasnya itu masih murni bubuk kopi tanpa campuran bisa digunakan.

Segitu saja deh share pengalaman dari saya, jika ada yang tidak sesuai boleh dikoreksi dikolom komentar ya, supaya sama² belajar untuk pembaca yang lain. -ngp

#onedayonepost
#pengalaman
#pupuk
#umum