Sejak saya mulai memahami konsep bagaimana alam me-recycle ekosistemnya, saya mencoba belajar memahaminya. Dimulai dari pertanyaan, kenapa tumbuhan yang tumbuh di alam bebas, di hutan misalnya jauh lebih subur daripada yang kita tanam di rumah, di pot misalnya.

Jawabannya ya tadi, bagaimana mekanisme alam secara alamiah me-recycle ekosistemnya itu guna nutrisi yang dibutuhkan untuk mereka juga. Prinsip demokrasi alam terjadi di sana, dari, oleh dan untuk alam itu sendiri.

Pada post yang lalu, tautannya bisa dibaca di bawah, saya tautkan. Jadi saya mencoba eksperimen, memindah tanamkan tanaman tomat. Yang mana bibit tomat itu saya peroleh dari tomat busuk yang tidak terpakai di dapur.


Ketika di tanam di pot ya dia berhasil tumbuh, hanya saja setelah masuk bulan kedua setelah tunas tumbuh, pertumbuhannya terhambat, lebih tepatnya stagnan.

Akhirnya dicobalah ditanam di tanah di sekitar rumah yang mana langsung ke tanah, tanpa pot. Kebetulan tanah yang saya manfaatkan adalah tanah dimana jalur buangan air cucian kandang burung. Salurannya alami, sehingga buangan air itu langsung ke tanah dan di sana saya tanam tanaman tomat.

Alhasil sejak pemindah tanaman itu sekitaran week II Agustus 2023 sampai ketika saya post postingan yang tautannya diberikan di atas tadi, sampai pas hari ini saya buat post ini, perkembangannya cukup signifikan lho.

Apa saja sih perubahan yang bisa saya catat?

✓ Daunnya yang sebelumnya menguning kini sudah menghijau. Emang bagian bawahnya masih nguning, tapi daun² baru yang ada di bagian atas itu menghijau, segar dan sehat, tidak mengkerut seperti saudara² nya yang lain.

✓ Pertumbuhannya lebih cepat dari ketika dia ditanam di pot.

✓ Sudah muncul bunga, hanya dalam waktu beberapa Minggu sejak pemindah tanaman. Sedangkan saudara² nya yang tumbuh bertunas bersama belum ada yang berbunga sama sekali.

Lihat itu bunga berwarna kuning, walau baru satu yang muncul. Tapi nampak tanaman ini jauh lebih sehat dan bahagia tumbuh ditanam di sini. Foto diambil tanggal 1 September 2023.

✓ Lebih sehat, saat ini belum ada hama yang datang, beda dengan saudaranya yang sudah dihinggapi hama serbuk berwarna putih².

✓ Daun² kuning dan kering kemudian saya potongin, supaya nutrisinya fokus ke pertumbuhan bagian atas. Jika nanti tumbuh makin tinggi, maka akan saya berikan kayu penyangga supaya tidak doyong atau tumbang.


Inilah yang jadi sumber semangat saya untuk terus berkebun dan bereksperimen, mencoba mengalami sendiri, bagaimana sih kita memelihara ekosistem seharusnya.

Di sebelahnya saya juga memindah tanamkan, tanaman tomat juga, masih saudara setunas. Nyaris mau mati sih, daun² nya sudah menguning, tumbuhnya juga 'osteoporosis' artinya tidak tegak ke atas.

Saya coba pindahkan dia dan berharap dia bisa sehat tumbuh seperti saudara di sebelahnya. Pemindahannya saya lakukan pada 31 Agustus 2023 yang lalu.

Foto dokumentasinya seperti yang kalian bisa dilihat di atas, begitulah penampilannya ketika awal dipindah tanamkan.

Ini dia tanaman pindahan kedua, kondisinya masih merana, masih menguning. Foto diambil tanggal 2 September 2023.

Progresnya akan saya bagikan pada postingan berikutnya ya. Saya akan terus membagikan eksperimen saya ini pada postingan blog saya.

Oh ya, jadi di tanah yang saya tanam ini akan saya biarkan alami seperti ekosistem alamiah, saya gak akan membersihkan tanah di sekitarnya dari apapun, biarlah tanaman² liar tumbuh di sana, saya bersihkan seperlunya, dan daun² hasil pembersihan akan saya biarkan kering dengan sendirinya di atas tanahnya, supaya mekanisme alam me-recycle ekosistemnya berjalan semestinya.

Mungkin juga akan saya tambahkan potongan daun² bambu kering di atasnya, intinya supaya 100% nutrisi yang mungkin diserap tanaman bisa dikembalikan lagi ke tanah dengan jumlah yang sama, sehingga pasokan nutrisi ke tanaman akan selalu terjaga baik.

Sekian dulu sharing saya kali ini, kita bertemu pada catatan berikutnya. Happy planting, go green in your home. -ngp

#onedayonepost
#pengalaman
#tomatalam
Jepang, walaupun negaranya kecil tapi negara ini bisa dikatakan pioneer dalam soal teknologi. Dari teknologi informasi hingga teknologi energi.

Jepang sudah cukup lama memanfaatkan energi nuklir sebagai energi pengganti energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara untuk mendukung aktivitas industri di negaranya.

Jepang sendiri memulai aktivitas pengelolaan energi nuklir sejak tahun 1954. Jepang mengalokasikan dana 230 juta yen untuk energi nuklir, menandai awalnya program nuklir di negara ini.

Jepang berbeda dengan negara lainnya yang memanfaatkan energi nuklir, dimana Jepang menggunakannya untuk tujuan damai, artinya tidak digunakan sebagai bahan senjata dalam aktivitas perang. Tapi Jepang full menggunakan energi nuklir hanya untuk energi.

Pembangkit listrik tenaga nuklir yang pertama di Jepang, dibangun oleh perusahaan Inggris GEC. Pada tahun 1970-an, Reaktor Air Ringan pertama dibangun dengan bantuan perusahaan Amerika. Pembangkit-pembangkit ini dibeli dari perusahaan macam General Electric atau Westinghouse.

Pembangunan pembangkit² energi nuklir di Jepang ternyata tidak mulus² begitu saja, meski tidak bermasalah seperti yang terjadi di Chernobyl, Rusia, tapi ada hal yang membuat masyarakat Jepang sempat kontra dengan pemanfaatan energi nuklir di Jepang, karena energi nuklir ini dimanfaatkan dengan resiko tertentu.

Kecelakaan nuklir di reaktor nuklir Tōkai, Ibaraki: pada 11 Maret 1997.


Dari tadi kita bahas nuklir, nuklir, lalu apa sih itu?

Tenaga nuklir adalah penggunaan terkendali reaksi nuklir guna menghasilkan energi panas, yang digunakan untuk pembangkit listrik. Penggunaan Tenaga nuklir guna kepentingan manusia saat ini masih terbatas pada reaksi fisi nuklir dan peluruhan radioaktif.

Kemudian ada istilah lainnya, yaitu reaktor nuklir, apakah itu?

Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat yang digunakan untuk membuat, mengatur, dan menjaga kesinambungan reaksi nuklir berantai pada laju yang tetap.

Apa saja yang ada di dalam reaktor nuklir?

Jadi dalam satu kesatuan yang namanya reaktor nuklir itu ada bagian² umum yang jadi bagian utama, diantaranya sbb.:
# Bahan bakar nuklir itu sendiri, berbentuk batang logam berisi bahan radioaktif yang berbentuk pelat.

# Moderator, berfungsi menyerap energi neutron.

# Reflektor, berfungsi memantulkan kembali neutron.

# Pendingin, berupa bahan gas atau logam cair untuk mengurangi energi panas dalam reaktor.

# Batang kendali, berfungsi menyerap neutron untuk mengatur reaksi fisi.

# Perisai, merupakan pelindung dari proses reaksi fisi yang berbahaya.


Dari beberapa komponen pendukung itu ada bagian pendingin, yang biasanya yang dipergunakan adalah cairan, guna mengurangi energi panas dalam reaktor tersebut. 

Dimana pendingin ini harus memenuhi berbagai persyaratan, antara lain sbb.:
✓ Penyerapan neutron direkomendasikan yang lemah (dalam reaktor termal) atau perlambatan yang lemah (dalam reaktor cepat).

✓ Ketahanan terhadap kimia dalam kondisi paparan radiasi yang intens.

✓ Tingkat korosif rendah dalam kaitannya dengan bahan struktural yang kontak dengan pendingin.

✓ Tinggi koefisien perpindahan panas.

✓ Kapasitas panas spesifik yang besar.

✓ Tekanan kerja rendah pada suhu tinggi.


Dalam reaktor termal, air yang digunakan (baik jenis air berat dan biasa), uap air, cairan organik, dan karbondioksida digunakan sebagai pendingin.

Dalam reaktor neutron cepat, menggunakan logam cair seperti Natrium dan  gas seperti uap air (H2O) dan gas Helium.

Ilustrasi, limbah nuklir padat yang biasanya disimpan didrum 500 liter. Gambar diambil dari Google

Nah baru² ini media internasional diramaikan soal pemberitaan bahwa Jepang tengah berencana membuang limbah reaktor nuklir mereka ke laut di sekitar perairan wilayah Jepang.

Hal ini menimbulkan pro kontra, karena semua orang tahu bahwa nuklir saja itu punya dampak yang negatif, yaitu pengaruh radioaktif. Dimana Jepang pernah merasakan bencana dari nuklir ketika jaman perang dunia ke-2, dimana kota besar di Jepang, Heroshima dan Nagasaki harus menerima dihujam bom atom oleh Amerika Serikat dan meluluhlantahkan kedua kota itu.

Dari kejadian itu banyak warga Jepang yang terkena dampak radioaktif dari bom nuklir itu.

Nah, kini dijaman modern seperti ini Jepang mau membuang limbah reaktor nuklirnya ke laut. Pertanyaannya, "gak bahaya ta?"


Jepang mulai membuang air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima yang hancur sejak Kamis (24/8/2023) pekan lalu.

PLTN Fukushima ini rusak akibat gempa Jepang 12 tahun yang lalu, PLTN yang rusak itu akhirnya dinonaktifkan dan limbahnya inilah yang baru akan dibuang ke laut saat ini. Lebih dari satu juta metrik ton air radioaktif yang telah diolah dari PLTN dialirkan ke laut Pasifik.

Air tersebut telah mengalami proses penyulingan setelah terkontaminasi akibat kontak dengan batang bahan bakar di reaktor, yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami tahun 2011. Tangki di lokasi tersebut menampung sekitar 1,3 juta ton air, cukup untuk mengisi 500 kolam renang ukuran olimpiade.

Perusahaan utilitas yang bertanggung jawab atas PLTN tersebut, Tokyo Electric Power (Tepco). Tepco menyaring air Fukushima melalui Sistem Pemrosesan Cairan Lanjutan (ALPS), yang mengurangi sebagian besar zat radioaktif hingga mencapai standar keamanan yang dapat diterima, selain tritium dan karbon-14. Mereka menyaring air yang terkontaminasi untuk menghilangkan isotop, hanya menyisakan tritium, yakni isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan.

Tritium dan karbon-14 masing-masing merupakan bentuk radioaktif dari hidrogen dan karbon, dan sulit dipisahkan dari air. Mereka banyak terdapat di lingkungan alam, air dan bahkan pada manusia, karena mereka terbentuk di atmosfer bumi dan dapat memasuki siklus air.

Keduanya memancarkan tingkat radiasi yang sangat rendah, namun dapat menimbulkan risiko jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Tepco juga akan mengencerkan air hingga kadar tritium turun di bawah batas peraturan sebelum memompanya ke laut dari lokasi di pantai utara Tokyo.

Menurut artikel dari Scientific American pada tahun 2014, tritium dianggap relatif tidak berbahaya karena dianggap radiasinya tidak cukup kuat untuk menembus kulit manusia. Namun apabila tertelan dalam kadar di atas kadar air yang dikeluarkan, hal ini dapat meningkatkan risiko kanker.


Sebagai pengetahuan saja, limbah nuklir itu butuh ratusan tahun untuk membusuk.

Limbah nuklir diartikan sebagai apapun yang dihasilkan dari tempat yang memiliki izin untuk menangani bahan nuklir yang tidak lagi berguna.

Sedangkan Limbah radioaktif adalah apapun yang tidak lagi berguna dan mengeluarkan radiasi ionisasi yang berbahaya.


Baiklah, mari kita kembali ke bahasan kali ini. Lalu, apakah setelah pembuangan limbah nuklir yang telah diolah terlebih dahulu ini aman untuk lingkungan?

Uji coba air laut di dekat pembangkit listrik tenaga air Fukushima Jepang tidak mendeteksi adanya radioaktivitas, menurut kementerian lingkungan hidup setempat.

Dimana pengujian sampel dilakukan kementerian dari 11 titik di dekat pabrik dan menunjukkan konsentrasi tritium dibawah batas bawah deteksi - 7 hingga 8 becquerel tritium per liter.

Kementrian terkait Jepang akan terus menerbitkan laporan² pengujian dari aktivitas ini, untuk melihat tingkat kecemaran radioaktif terhadap lingkungan, meskipun tahap awal ini masih dibatas aman yang ditentukan lembaga dunia (WHO).


Bagaimana menurut saya sebagai orang awam yang melihat hal ini?

Saya sendiri memang gak begitu paham ilmiahnya seperti apa. Tapi saya melihatnya begini, terkadang 'racun' tidak akan bereaksi dalam waktu singkat, biasanya akan terakumulasi dan itu sebenarnya bahayanya.

Hewan² laut di sana bisa saja mengendapkan radioaktif dalam tubuhnya, lalu cemaran itu akan meluas ke daerah² lain, karena ini dibuang ke laut, dimana laut itu akan bercampur kemana-mana.

Kita berharap saja tidak terjadi hal yang terburuk, dimana alam kita ini akan rusak jika itu terjadi. Dan cerita² fiksi film² Hollywood akan terjadi di dunia nyata. Masa iya mau seperti itu?

Lingkungan kita saat ini sebenarnya adalah warisan kita yang harus dijaga untuk generasi selanjutnya. Jadi sangat amat disayangkan jika kita merusaknya, apa yang mau kamu tinggalkan kelak jika saat ini sudah kita rusak?

Nah, kalau menurut pendapat kalian bagaimana? -ngp

#onedayonepost
#opini
#umum
Setelah saya menonton video YouTube tentang mekanisme alam, tentang jawaban bagaimana sih koq tumbuhan yang hidup di alam liar justru tumbuh lebih subur daripada yang dirawat di rumah kita sendiri.

Jawabannya adalah soal kesinambungan. Di alam liar, mekanisme yang terjadi adalah 'demokrasi' artinya dari, oleh dan untuk alam. Jadi tumbuhan hidup mendapatkan nutrisi dari tanah dimana dia tumbuh, kemudian tumbuhan yang tumbuh ini akan mengalami proses siklus hidup, dimana daun, ranting yang kering dan mati akan jatuh ke tanah dan terdegradasi dan menjadi bakal calon nutrisi baru untuk tanah. Jika tumbuhan mengambil nutrisi dari alam sebanyak 50% maka sebanyak 50% akan kembali ke tanah itu, sehingga nutrisi di tanah itu akan tetap terjaga 100%. Kecuali jika tumbuhan itu diambil keluar dari ekosistem tersebut, maka 50% yang harusnya kembali ke tanah justru dibawa keluar, maka tanah di ekosistem tersebut kekurangan 50% pasokan nutrisi.

Itu diatas adalah jawaban pertanyaan saya pada postingan sebelumnya.

Nah, kali ini saya mau bahas soal tumbuhan yang namanya putri malu. Kalian pasti mengenal tumbuhan satu ini. Di beberapa negara tanaman ini punya beberapa sebutan berbeda seperti makahiya (Filipina, berarti "malu"); mori vivi (Hindia Barat); nidikumba (Sinhala, berarti "tidur"); mate-loi (Tonga, berarti "pura-pura mati").

Ilustrasi, Google

Sewaktu kecil saya sering memainkan tanaman ini ketika tengah berada di lapangan dan ditemukan tanaman ini merambat di tanah. Tanaman ini punya keunikan, dimana ketika menyentuh daunnya, maka daun yang tadi terbuka akan menguncup. Itu kenapa muncul istilah 'putri malu'.

Tanaman putri malu punya nama ilmiah Mimosa Pudica, merupakan tanaman asal Amerika di wilayah tropis dan juga tersebar di wilayah Asia. Persebarannya ada di beberapa negara Asia, kemudian Amerika Serikat, Australia, dan Afrika, di sana putri malu dianggap sebagai tumbuhan Invasif.

Merupakan tanaman perdu pendek suku polong–polongan, hidup di ketinggian hingga 1.200 meter diatas permukaan laut. Tanaman putri malu termasuk saudara jauh dari kedelai, kacang tanah dan kacang hijau.

Seperti yang saya jelaskan di atas tadi, keunikannya adalah gerakan menguncup ketika disentuh atau ada getaran terhadap tanaman ini, tanaman ini akan merespon dengan menguncup. Gerakan ini punya sebutan ilmiah yaitu disebut gerak seismonasti (tigmonasti), artinya daun tanaman akan menguncup ketika disentuh. Gerakan ini berfungsi untuk melindungi diri dari serangan hewan herbivora (pemakan tumbuhan) disekitarnya.

Hal lainnya, tanaman ini punya duri² dibagian batangnya, sehingga hati² ketika di lapangan ada tanaman ini janganlah kamu menginjak atau menyepaknya, kalau iya maka kali mu akan tertancap duri² dari tanaman ini.

Tanaman ini punya sifat invasif, artinya dia bisa tumbuh lebih cepat daripada populasi tanaman lain dalam satu ekosistem. Sehingga disebut tanaman invasif.

Tanaman ini juga kuat terhadap kekurangan air, sehingga ketika musim kemarau tanaman ini akan tetap tampak hijau. Hal ini pasti ada rahasianya. Apa itu?

Rahasianya terdapat pada akarnya. Kenapa sih dengan akarnya?

Jadi pada bagian akar tumbuhan putri malu ini memiliki pabrik pupuk berupa bintil-bintil akar. Dalam bintil-bintil akar tersebut bermiliar-miliar konsorsium koloni mikroba bersimbiosis mutualisme  dengan akar putri malu.

Berikut ini beberapa jenis mikroba yang dikenal ada pada akar tanaman putri malu, sbb.:
#1 Rhizobium bakteri gram negatif aerob.

#2 Bacillus sp adalah jenis bakteri yang “numpang hidup” pada rizosfer akar. Salah satu manfaat bakteri ini adalah kemampuannya untuk melarutkan fosfat dan kalium serta menghasilkan zpt pemacu pertumbuhan tanaman, juga menekan perkembangan mikroba patogen.

#3 Pseudomonas putida adalah salah satu strain bakteri Pseudomonas sp. yang biasa menghuni rizosfer akar. Pseudomonas putida yang disolasi dari perakaran putri malu mampu menekan serangan penyakit layu bakteri akibat bakteri Ralstonia Solanacearum.

#4 Actinomycetes adalah bakteri yang dikenal memiliki kemampuan menghasilkan antibiotik terhadap  beberapa  jenis bakteri pathogen.


Itulah dia tanaman liar yang punya karakteristik unik di alam, punya kemampuan bertahan hidup yang tinggi karena banyak mikroba² (+) yang bersimbiosis pada akarnya, sehingga jika tumbuhan lain akarnya biasa saja, tanaman putri malu ini akarnya gak biasa.

Segitu saja sharing informasi kali ini soal tanaman putri malu ini. Semoga kita bisa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang tumbuhan lain yang punya kelebihan dibandingkan tanaman lain soal kemampuan bertahan hidupnya, dimana akar jadi kunci ternyata. Meski begitu belum tentu hal yang sama bisa juga diterapkan pada tanaman lain. Sama seperti manusia, masing² punya talentanya masing²

Talenta ini bisa dimanfaatkan sebagai 'pupuk alami' bagi tumbuhan lain di ekosistem, walaupun pertumbuhannya lebih invasif dari tanaman lain.

Sampai jumpa dipostingan yang lainnya, masih di Naturality Green Plant, happy planting in your house. -ngp

#onedayonepost
#umum
#putrimalu
Pernah kah kalian pelihara tanaman, urus dari bibit atau menanam dari setengah besar, tapi perkembangannya terasa lambat, padahal rajin disiram, diberi pupuk, dibagi nutrisi tapi koq tumbuhnya jauh dari ekspektasi.

Tumbuh lambat, nyaris seperti stagnan. Sedangkan tanaman yang dibiarkan tumbuh liar koq malah sepertinya lebih subur dan hidup lebih 'bahagia'.

Ilustrasi, Google

Pernah gak sih ngalamin begitu?

Seperti ada rasa kecewa, koq begitu ya, sepertinya apa yang kita lakukan itu sia², gak ada hasil dari apa yang dilakukan. Melihat tumbuhan liar justru malah hidup subur.

Ini saya alami, memang tanaman yang dibandingkan berbeda.

Jadi kalau kalian lihat postingan saya di NGP ini, saya ada pelihara beberapa tanaman, ada yang ditanam dari bibit alamiah (buah busuk, yang bertunas dan tumbuh) ini adalah tomat, ada yang ditanam dari setengah jadi seperti cabai dan jeruk. Ada yang saya pelihara karena dia tumbuh dengan sendirinya, saya hanya lakukan penyiraman tanaman saja rutin, adalah tanaman rambusa.

Namun melihat dari beberapa tanaman itu, saya lihat rambusa yang saya tidak urus khusus malah sudah bisa menghasilkan sesuatu (baca: buah). Sedangkan yang lainnya, minimal si cabe ini ya gak berbuah, boro² berbunga saja tidak. Sempet dulu muncul bunga tapi mati karena hama serangga (semut). Setelah itu tidak ada perkembangan signifikan, tidak ada lagi berbunga (lagi), lalu bagaimana dengan buahnya, kapan akan berbuah coba.

Rimbun sekali tanaman cabe ini, sudah berbuah lebat. Foto diambil pada 29 Agustus 2023.

Melihat tanaman cabe di kantor, ditanam di halaman office, ada tanaman cabe yang rimbun dengan buah cabe dimana-mana, padahal ya hanya disiram saja, itu pun belum tentu rutin setiap hari, tapi jadi subur lho. Sedangkan saya yang mengurusnya dan berikan pupuk untuk nutrisi eh hasilnya nihil.

Ada lagi tanaman tomat, jadi tomat ini saya tidak niat menanam sebenarnya. Saya sudah pernah cerita soal ini dipostingan tentang tanaman tomat. Jadi ada tomat busuk, lalu saya buang di tanah polibag, jadi di sana saya buang juga jahe atau kunyit yang sudah tak layak konsumsi. Eh selang beberapa waktu ternyata yang dibuang itu menjadi bibit tanaman dan tumbuh, karena makin besar dan tumbuh desak-desakan dalam satu polibag makanya saya pindahkan, eh ternyata tumbuhnya jadi kerdil tidak tumbuh cepat sewaktu ada di polibag sebelumnya. Jadi sempet menyesal juga memindahkannya.

Mungkin dan bisa jadi itu karena tanah yang baru itu kurang subur makanya tanaman yang ditanam di sana kurang nutrisi. Itu sih kemungkinan yang benar, untuk menjawab kenapa tanaman saya kerdil. Meski saya rajin siram dan memberikan siraman pupuk organik cair tapi bisa saja apa yang saya berikan tidak mencukupi standar nutrisi yang tanaman² itu butuhkan. Alhasil ya jadi seperti stagnan gitu² aja.

Kalau tanaman jeruk peliharaan saya masih mending, saya masih bisa menghasilkan atau menumbuhkan buah walau cuma sebutir dari tanaman jeruk yang saya beli sudah 'jadi', saya beruntung bisa berhasil membuat si tanaman jeruk ini menumbuhkan buah baru walau masih pentil.

Melihat perbedaan antara yang dirawat dan yang tumbuh alami itu, koq ya yang tidak dapat support malah justru lebih mandiri, bisa tumbuh sendiri dan jauh lebih baik daripada yang dirawat, aneh kan. Ya gak si? Atau hanya saya saja yang mengalami hal ini.

Akhirnya saya coba eksperimen lain:

Saya mencoba memindahkan salah¹ tanaman tomat yang saya tanam stagnan tadi, di tanam di halaman samping rumah, ke tanah langsung, jadi bukan pot. Di tanah itu juga jadi saluran buang cucian/bilasan dari bersih² kandang burung, otomatis pasti banyak kotoran burung yang larut dalam air buangan. Cuciannya tanpa sabun ya, jadi murni hanya air bilasan saja. Ingin tahu bagaimana hasilnya, apakah akan lebih baik daripada yang ditanam dipolibag?

Ini dia tanaman tomat yang ditanam di samping rumah. Sudah dua minggu ditanam, kelihatan efeknya dibagian atas tumbuh daun² hijau segar, bagian bawah daun² lama yang masih menguning. Tanaman ini jarang saya siram, tak seperti tanaman lainnya yang lebih rutin saya siram. Kita lihat perkembangannya.

Eksperimen lainnya, saya menyiapkan lubang tanaman yang dilubangi di tanah di halaman rumah. Lubang itu tidak langsung saya tanami, tapi lubang itu saya biarkan dulu, saya masukan sisa² ampas teh, kopi dan seduhan minuman wedang khas Jawa, begitu juga dedaunan bambu kering saya masukan ke dalam lubang itu dan saya berharap membiarkannya membusuk alami, sebagai kompos.

Dibagian tengah itu ada lubang yang saya rencana jadi tempat tanaman baru, hanya sebelumnya saya taruh kompos di dalamnya, supaya jadi asupan nutrisi alami untuk tanaman yang kelak ditanam di sana. Sebelah kiri ada tanaman cabe yang saya beli Juni 2023 lalu, yang paling kanan ada tanaman tomat yang masih merana.

Pada akhirnya nanti ketika saya sudah ada waktu beli tanah media tanam, saya akan menanam tomat pindahan dari polibag yang statusnya stagnan, saya ingin tahu apakah ada perubahan berarti?

Karena sebenarnya, ada gak sih manfaat dari merawat tanaman bagi tanamanmya itu sendiri, atau lebih baik mereka tumbuh liar begitu saja?


Kalau lihat mereka yang menanam di YouTube, kayanya mudah sekali menanam tanaman buah dan sayur hingga panen, tapi koq saya ini sulit ya.

Tapi meski begitu, walau ada rasa kecewa, tapi saya tetap menikmatinya. Karena ternyata lebih baik memelihara mereka daripada manusia. Karena melihat manusia yang ada adalah rasa dendam dan rasa ingin menghancurkannya, karena yang terbayang adalah wajahnya dan segala ucapannya.

Tapi melihat tanaman dan binatang sedikit terselimurkan, mereka lebih baik daripada manusia 'badjingan' yang masih ada di kepala.

la saya, seumur hidup akan saya ingat nama manusia ini dan segala antek² nya.


Tinggal akan saya lihat perkembangan selanjutnya. Namun pertanyaannya sampai saat ini saya belum bisa menjawabnya, kenapa tumbuhan yang justru dirawat malah tidak lebih subur daripada yang tumbuh dibiarkan begitu saja.

Tapi mungkin hal ini bisa menjawab pertanyaan saya. Pernah tahu, sebuah lahan kosong sudah bersih, tidak ada tanaman tumbuh di sana, tapi tanpa kita menanam, tiba² di tanah yang kosong itu tumbuh suatu tanaman, entah rumput atau tanaman liar lain. Nah lalu siapa yang menanam coba, malah tanaman ini tumbuh lebih subur dari tanaman yang kita pelihara. Dari manakah benih tanaman ini?

Jawabannya begini, jadi diluar sana bibit tanaman itu tidak hanya sekedar biji yang tampak oleh mata. Tapi banyak juga biji yang fisiknya mikroskopis, yang baru terlihat oleh mikroskop, entah dalam bentuk spora atau bijian. Bibit atau benih ini bisa saya terbawa angin, terbawa serangga, menempel pada baju kita atau pada barang lain hingga terbawa ke tempat kita (dalam hal ini lahan kosong yang tadi diceritakan di atas). Pada suatu kondisi yang memenuhi syarat tumbuh, maka tumbuhlah benih bibit itu tadi. Misalnya pas musim hujan, benih² mikroskopis itu tumbuh subur.

Begitulah kira² logikanya, sehingga jangan heran jika tiba² tumbuh tanaman atau tumbuhan yang kita gak pernah menanamnya.

Nah ini logika saya saja, kenapa mereka lebih subur nampaknya dengan nutrisi yang seadanya, tanpa bantuan nutrisi tambahan dari kita manusia yang merawat. Itu karena ukuran bibit mereka yang mikroskopis sehingga kebutuhannya juga lebih simpel, sehingga gak neko² kebutuhan nutrisinya, dibandingkan dengan tanaman yang umum dengan ukuran bibit lebih besar, jadi lebih kompleks. Ini logika saya, bukan ilmiah jadi jangan dijadikan pegangan ya!


Nah, apa yang saya pertanyakan terjawab oleh video di bawah ini, di sini semua kegelisahan saya terjawab, semoga kalian yang punya kegelisahan yang sama juga terjawab melalui video ini ya.


Jadi logikanya cukup sederhana untuk memahami ya. Di alam semuanya yang mati kembali ke alam, jika tidak ada yang mengambilnya, jadi alam menyediakannya lagi untuk diri mereka, sedangkan pada pot atau tanah yang kita pelihara, tidak ada siklus alamiah kesuburan tanah, nutrisi yang sudah diambil tanaman dari tanah membuat tanah itu jadi kekurangan nutrisi.

Jadi jika ingin tanaman kita subur seperti apa yang dialami tanaman² di hutan atau di alam liar, maka kondisikanlah siklus daur hidup tanah dengan sebaik mungkin, harapan ya asupan nutrisi tanaman tetap terjaga terus dan apa yang diharapkan bisa tercapai.

Postingan ini dibuat tidak sekali selesai, saya membuatnya dalam beberapa hari, mencari ilham jawaban dari pertanyaan saya sebelumnya. Sebelumnya saya masih belum bisa menjawab apa yang jadi kegelisahan saya, tapi pada akhirnya saya tercerahkan dari video yang saya bagikan di atas.


Baiklah, eksperimen yang tengah saya lakukan seperti catatan saya tadi akan tetap saya lakukan dan ditambah mencoba mengkondisikan tanah dalam media tanam (baca: pot/ polibag) seperti tanah yang ada di hutan.  Menjadikannya tanah jadi sumber humus atau kompos seperti layaknya apa yang terjadi di hutan atau alam liar.

Segitu saja catatan saya kali ini, semoga bisa menjawab kebingungan seperti yang saya alami sebelumnya, happy planting and growth up with your ☘️. -ngp

#onedayonepost
#umum
#opini
#pengalaman
Sudah lama juga saya gak membahas soal bawang prei yang pernah saya tanam, saya sudah jarang update lagi. Meski saya gak update dipostingan blog, namun saya masih tetap rajin menyiramnya setiap hari, memberinya pupuk daun dan pupuk organik lainnya.

Memang saya hanya menanamnya di dalam pot kecil, itu juga yang membuatnya tak tumbuh seperti yang saya bayangkan. Meski begitu ada hal yang saya sukai itu bawang prei peliharaan ini tumbuh terus bercabang.

Awalnya ketika saya tanam itu hanya batang berakar yang terpenggal. Kemudian saya tancapkan ke tanah, dan ternyata dia tetap tumbuh hingga saat ini dia banyak cabang.


Dokumentasi pribadi, foto ini diambil tanggal 7 Augustus 2023, sore hari.

Saat ini bawang prei yang saya pelihara ini sudah punya beberapa cabang, seperti yang kalian lihat difoto didokumentasi di atas.

Nampak ada 4 daun memanjang menjulur ke atas, dan satu lagi daun kecil yang tengah tumbuh dari bagian batang bawah dekat tanah. Padahal kalau lihat awal² saya tanam itu ya hanya sebuah batang berakar yang terpenggal, eh sekarang sudah tumbuh menjadi beberapa daun menjulur ke atas.

Sempat pada awal bulan lalu itu ada satu daun yang menjulur yang kering, gosong dibagian tengah, lama² menjalar kepucuk, akhirnya saya potong saja supaya tumbuh daun baru.

Kalau dihitung dari sejak saya menanamnya, sudah ada sekitar mau dua bulan nanti tanggal 10 genap dua bulan. Saya ada rencana mencari batang bawang prei lainnya untuk saya tanam, jadi saya punya stok bawang prei yang mencukupi untuk kebutuhan dapur masak sesekali yang membutuhkan bawang prei. Tapi kalau sehari-hari diambil lama² habis juga, bisa gundul dan jadi batang terpenggal lagi deh.

Jika saya membutuhkannya sedikit untuk menambah toping pada masakan, tinggal saya gunting salah satu daun yang menjulur itu.

Di dalam pot kecil ada beberapa bibit tanaman yang saya tanam, ada cabe dan beberapa bibit lain, tapi ya tumbuhnya kerdil. Ya buat hijau² sementara saya biarkan dulu mereka di sana. 

Segitu saja sementara cerita dan sekaligus update soal peliharaan saya yang saya tanam dua bulan lalu. SiJeruk saja sudah ada updatenya, dimana dia mulai lahir buah baru walau masih pentil dan rawan rontok.


Sampai jumpai dipostingan berikutnya membahas soal yang hijau² yang berhubungan dengan tanaman/tumbuhan, masih di Naturality Green Plant. -ngp

#pengalaman
#umum
#onedayonepost
#bawangprei