Pernah kah kalian pelihara tanaman, urus dari bibit atau menanam dari setengah besar, tapi perkembangannya terasa lambat, padahal rajin disiram, diberi pupuk, dibagi nutrisi tapi koq tumbuhnya jauh dari ekspektasi.
Tumbuh lambat, nyaris seperti stagnan. Sedangkan tanaman yang dibiarkan tumbuh liar koq malah sepertinya lebih subur dan hidup lebih 'bahagia'.
Ilustrasi, Google
Pernah gak sih ngalamin begitu?
Seperti ada rasa kecewa, koq begitu ya, sepertinya apa yang kita lakukan itu sia², gak ada hasil dari apa yang dilakukan. Melihat tumbuhan liar justru malah hidup subur.
Ini saya alami, memang tanaman yang dibandingkan berbeda.
Jadi kalau kalian lihat postingan saya di NGP ini, saya ada pelihara beberapa tanaman, ada yang ditanam dari bibit alamiah (buah busuk, yang bertunas dan tumbuh) ini adalah tomat, ada yang ditanam dari setengah jadi seperti cabai dan jeruk. Ada yang saya pelihara karena dia tumbuh dengan sendirinya, saya hanya lakukan penyiraman tanaman saja rutin, adalah tanaman rambusa.
Namun melihat dari beberapa tanaman itu, saya lihat rambusa yang saya tidak urus khusus malah sudah bisa menghasilkan sesuatu (baca: buah). Sedangkan yang lainnya, minimal si cabe ini ya gak berbuah, boro² berbunga saja tidak. Sempet dulu muncul bunga tapi mati karena hama serangga (semut). Setelah itu tidak ada perkembangan signifikan, tidak ada lagi berbunga (lagi), lalu bagaimana dengan buahnya, kapan akan berbuah coba.
Rimbun sekali tanaman cabe ini, sudah berbuah lebat. Foto diambil pada 29 Agustus 2023.
Melihat tanaman cabe di kantor, ditanam di halaman office, ada tanaman cabe yang rimbun dengan buah cabe dimana-mana, padahal ya hanya disiram saja, itu pun belum tentu rutin setiap hari, tapi jadi subur lho. Sedangkan saya yang mengurusnya dan berikan pupuk untuk nutrisi eh hasilnya nihil.
Ada lagi tanaman tomat, jadi tomat ini saya tidak niat menanam sebenarnya. Saya sudah pernah cerita soal ini dipostingan tentang tanaman tomat. Jadi ada tomat busuk, lalu saya buang di tanah polibag, jadi di sana saya buang juga jahe atau kunyit yang sudah tak layak konsumsi. Eh selang beberapa waktu ternyata yang dibuang itu menjadi bibit tanaman dan tumbuh, karena makin besar dan tumbuh desak-desakan dalam satu polibag makanya saya pindahkan, eh ternyata tumbuhnya jadi kerdil tidak tumbuh cepat sewaktu ada di polibag sebelumnya. Jadi sempet menyesal juga memindahkannya.
Mungkin dan bisa jadi itu karena tanah yang baru itu kurang subur makanya tanaman yang ditanam di sana kurang nutrisi. Itu sih kemungkinan yang benar, untuk menjawab kenapa tanaman saya kerdil. Meski saya rajin siram dan memberikan siraman pupuk organik cair tapi bisa saja apa yang saya berikan tidak mencukupi standar nutrisi yang tanaman² itu butuhkan. Alhasil ya jadi seperti stagnan gitu² aja.
Kalau tanaman jeruk peliharaan saya masih mending, saya masih bisa menghasilkan atau menumbuhkan buah walau cuma sebutir dari tanaman jeruk yang saya beli sudah 'jadi', saya beruntung bisa berhasil membuat si tanaman jeruk ini menumbuhkan buah baru walau masih pentil.
Melihat perbedaan antara yang dirawat dan yang tumbuh alami itu, koq ya yang tidak dapat support malah justru lebih mandiri, bisa tumbuh sendiri dan jauh lebih baik daripada yang dirawat, aneh kan. Ya gak si? Atau hanya saya saja yang mengalami hal ini.
Akhirnya saya coba eksperimen lain:
Saya mencoba memindahkan salah¹ tanaman tomat yang saya tanam stagnan tadi, di tanam di halaman samping rumah, ke tanah langsung, jadi bukan pot. Di tanah itu juga jadi saluran buang cucian/bilasan dari bersih² kandang burung, otomatis pasti banyak kotoran burung yang larut dalam air buangan. Cuciannya tanpa sabun ya, jadi murni hanya air bilasan saja. Ingin tahu bagaimana hasilnya, apakah akan lebih baik daripada yang ditanam dipolibag?
Ini dia tanaman tomat yang ditanam di samping rumah. Sudah dua minggu ditanam, kelihatan efeknya dibagian atas tumbuh daun² hijau segar, bagian bawah daun² lama yang masih menguning. Tanaman ini jarang saya siram, tak seperti tanaman lainnya yang lebih rutin saya siram. Kita lihat perkembangannya.
Eksperimen lainnya, saya menyiapkan lubang tanaman yang dilubangi di tanah di halaman rumah. Lubang itu tidak langsung saya tanami, tapi lubang itu saya biarkan dulu, saya masukan sisa² ampas teh, kopi dan seduhan minuman wedang khas Jawa, begitu juga dedaunan bambu kering saya masukan ke dalam lubang itu dan saya berharap membiarkannya membusuk alami, sebagai kompos.
Dibagian tengah itu ada lubang yang saya rencana jadi tempat tanaman baru, hanya sebelumnya saya taruh kompos di dalamnya, supaya jadi asupan nutrisi alami untuk tanaman yang kelak ditanam di sana. Sebelah kiri ada tanaman cabe yang saya beli Juni 2023 lalu, yang paling kanan ada tanaman tomat yang masih merana.
Pada akhirnya nanti ketika saya sudah ada waktu beli tanah media tanam, saya akan menanam tomat pindahan dari polibag yang statusnya stagnan, saya ingin tahu apakah ada perubahan berarti?
Karena sebenarnya, ada gak sih manfaat dari merawat tanaman bagi tanamanmya itu sendiri, atau lebih baik mereka tumbuh liar begitu saja?
Kalau lihat mereka yang menanam di YouTube, kayanya mudah sekali menanam tanaman buah dan sayur hingga panen, tapi koq saya ini sulit ya.
Tapi meski begitu, walau ada rasa kecewa, tapi saya tetap menikmatinya. Karena ternyata lebih baik memelihara mereka daripada manusia. Karena melihat manusia yang ada adalah rasa dendam dan rasa ingin menghancurkannya, karena yang terbayang adalah wajahnya dan segala ucapannya.
Tapi melihat tanaman dan binatang sedikit terselimurkan, mereka lebih baik daripada manusia 'badjingan' yang masih ada di kepala.
la saya, seumur hidup akan saya ingat nama manusia ini dan segala antek² nya.
la saya, seumur hidup akan saya ingat nama manusia ini dan segala antek² nya.
Tinggal akan saya lihat perkembangan selanjutnya. Namun pertanyaannya sampai saat ini saya belum bisa menjawabnya, kenapa tumbuhan yang justru dirawat malah tidak lebih subur daripada yang tumbuh dibiarkan begitu saja.
Tapi mungkin hal ini bisa menjawab pertanyaan saya. Pernah tahu, sebuah lahan kosong sudah bersih, tidak ada tanaman tumbuh di sana, tapi tanpa kita menanam, tiba² di tanah yang kosong itu tumbuh suatu tanaman, entah rumput atau tanaman liar lain. Nah lalu siapa yang menanam coba, malah tanaman ini tumbuh lebih subur dari tanaman yang kita pelihara. Dari manakah benih tanaman ini?
Jawabannya begini, jadi diluar sana bibit tanaman itu tidak hanya sekedar biji yang tampak oleh mata. Tapi banyak juga biji yang fisiknya mikroskopis, yang baru terlihat oleh mikroskop, entah dalam bentuk spora atau bijian. Bibit atau benih ini bisa saya terbawa angin, terbawa serangga, menempel pada baju kita atau pada barang lain hingga terbawa ke tempat kita (dalam hal ini lahan kosong yang tadi diceritakan di atas). Pada suatu kondisi yang memenuhi syarat tumbuh, maka tumbuhlah benih bibit itu tadi. Misalnya pas musim hujan, benih² mikroskopis itu tumbuh subur.
Begitulah kira² logikanya, sehingga jangan heran jika tiba² tumbuh tanaman atau tumbuhan yang kita gak pernah menanamnya.
Nah ini logika saya saja, kenapa mereka lebih subur nampaknya dengan nutrisi yang seadanya, tanpa bantuan nutrisi tambahan dari kita manusia yang merawat. Itu karena ukuran bibit mereka yang mikroskopis sehingga kebutuhannya juga lebih simpel, sehingga gak neko² kebutuhan nutrisinya, dibandingkan dengan tanaman yang umum dengan ukuran bibit lebih besar, jadi lebih kompleks. Ini logika saya, bukan ilmiah jadi jangan dijadikan pegangan ya!
Nah, apa yang saya pertanyakan terjawab oleh video di bawah ini, di sini semua kegelisahan saya terjawab, semoga kalian yang punya kegelisahan yang sama juga terjawab melalui video ini ya.
Jadi logikanya cukup sederhana untuk memahami ya. Di alam semuanya yang mati kembali ke alam, jika tidak ada yang mengambilnya, jadi alam menyediakannya lagi untuk diri mereka, sedangkan pada pot atau tanah yang kita pelihara, tidak ada siklus alamiah kesuburan tanah, nutrisi yang sudah diambil tanaman dari tanah membuat tanah itu jadi kekurangan nutrisi.
Jadi jika ingin tanaman kita subur seperti apa yang dialami tanaman² di hutan atau di alam liar, maka kondisikanlah siklus daur hidup tanah dengan sebaik mungkin, harapan ya asupan nutrisi tanaman tetap terjaga terus dan apa yang diharapkan bisa tercapai.
Postingan ini dibuat tidak sekali selesai, saya membuatnya dalam beberapa hari, mencari ilham jawaban dari pertanyaan saya sebelumnya. Sebelumnya saya masih belum bisa menjawab apa yang jadi kegelisahan saya, tapi pada akhirnya saya tercerahkan dari video yang saya bagikan di atas.
Baiklah, eksperimen yang tengah saya lakukan seperti catatan saya tadi akan tetap saya lakukan dan ditambah mencoba mengkondisikan tanah dalam media tanam (baca: pot/ polibag) seperti tanah yang ada di hutan. Menjadikannya tanah jadi sumber humus atau kompos seperti layaknya apa yang terjadi di hutan atau alam liar.
Segitu saja catatan saya kali ini, semoga bisa menjawab kebingungan seperti yang saya alami sebelumnya, happy planting and growth up with your ☘️. -ngp
#onedayonepost
#umum
#opini
#pengalaman
Iya juga sih kalo di amati koq yg di biarkan liar malahan tumbuh subur, yg di jaga dan di rawat sedemikian rupa malahan ga idup atau ga subur..sama kayak anak"di desa koq lebih sehat di banding anak kota yg makan segala macem yaa🤔
BalasHapusLogikanya ada pada 'demokrasi alam', dari oleh dan untuk ala, itu sendiri.
HapusManusia hanya agen yang bisa jadi penjaga atau perusak keseimbangan alam itu sendiri.