Saat ini bumi kita itu rasanya semakin panas saja. Saya rasakan perbedaannya, dari sejak kecil dan membandingkannya dengan masa sekarang.
Saya lahir ditahun 1980an, masa kecil saya ada pada tahun 90an. Masa itu suasana pagi, tepatnya matahari pagi itu masih layak dinikmati hingga pukul 10 pagi, saat itu hawa atau radiasi panas matahari itu masih hangat dan bisa menyehatkan atau bisa dinikmati.
Saat ini, hmm boro², bahkan Masih jam 8 pagi saja matahari rasanya sudah cukup panas dan menyengat, bahkan seperti menyayat kulit. Itu kenapa saya juga gak terlalu setuju dengan senam pagi diatas jam segini. Kalau mau senam pagi ya maksimal jam 8 sudah masuk ruangan, karena setelahnya sangat tidak begitu nyaman.
Apalagi nanti hari makin siang, panas matahari bisa sangat jahat. Itu rasa ke kulit kita. Jadi sangatlah wajar apabila banyak tumbuh²an kering, tanah² menjadi kering dan gersang. Panas tinggi ini membuat tingkat penguapan pun makin tinggi, alhasil adalah Kekeringan. Sudah siang panas, karena kemarau pasokan air jadi berkurang bahkan tidak ada, alhasil gak ada air baru yang masuk ke tanah, gak ada air baru yang bisa jadi sumber kesegaran bagi tumbuh²an. Mereka itu butuh air lho.
Saya membuktikan sendiri, tanaman peliharaan saya kalau tak rutin disiram setiap hari (pagi sore), maka jadi mudah layu. Tapi jika disiram dengan rutin pasti nampak lebih segar.
Ilustrasi, rumpun bambu yang tumbuh di sebuah lahan, gambar diambil dari Google
Oke itu di rumah kita. Bayangkan jika lingkungan, kita menjadi kering dan gersang, pasokan air berkurang karena gak ada yang menyimpan air, bayangkan hanya berapa lama kita bertahan Menghadapi Kekeringan? Sedangkan belakangan musik kemarau berlangsung lebih lama.
Apesnya ketika musim penghujan tiba dimana pasokan air relatif berlimpah, oleh karena gak ada mekanisme alamiah yang bisa menyerap air dengan baik, air hujan yang turun terbuang begitu saja, malah jadi bencana, banjir, longsor dll. Nantinya pada saat kemarau pasokan air gak cukup untuk menghadapi kemarau, begitu saja terus lingkaran setan yang tak bertepi, malah kian waktu lingkungan makin terdegradasi.
Ada banyak tumbuhan² yang punya manfaat mengikat air di dalam tanah dan bisa menyimpan air yang akan jadi cadangan air dikemudian hari.
Salah¹ nya adalah bambu. Tahukan tumbuhan bambu yang biasa tumbuh di ladang atau kebun belakang rumah atau di hutan² desa.
Orang² dulu sudah mengetahui hal ini, itu kenapa di pedesaan terpencil tanaman banyak tumbuh di sudut² desa, dibiarkan tumbuh rimbun. Malah bagi kebanyakan orang kota dianggap memberikan kesan angker dan mistis.
Hmm, karena memang bambu itu rimbun dan sejuk, maklum astral saja suka tinggal di sana, hal ini sebenarnya tanda bahwa bambu itu banyak menyimpan sesuatu yang 'berharga', itu kenapa dijaga maklum astral. Ini #bercyanda ya, jangan dianggap serius ✌️.
Bambu, buluh, atau aur adalah tumbuhan berbunga menahun hijau abadi dari subfamili Bambusoideae yang termasuk famili Poaceae. Bambu dikenal juga dengan istilah preng atau pring dalam bahasa Jawa, awi atau tamiang atau haur atau suluh dalam bahasa Sunda, tabatiko dalam bahasa Ternate, dan ute dalam bahasa Ambon.
Bambu punya karakter yang unik, dimana pertumbuhannya sangatlah cepat.
Kemampuan itu dimampukan oleh karena akar memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.
Lagi kita menemukan, kekuatan terbaik tumbuhan adalah pada akar. Setelah kemarin kita mengenal tanaman putri malu yang punya akar yang unik.
Oleh karena sifatnya yang cepat dalam bertumbuh membuat bambu jadi salah satu tanaman endemik yang mudah tumbuh tanpa perawatan, dibiarkan begitu saja bisa tumbuh subur dan rimbun.
Sebagai informasi di Indonesia diperkirakan ada sekitar 174 spesies bambu tumbuh di Indonesia yang sekitar 88 jenisnya merupakan tanaman endemik. Seperti di daerah wilayah Sumatera Selatan, ada bambu selain betung, gombong (dabo), aur duri, ampel, juga beragam bambu aur. Bagi orang awam pastinya akan sulit membedakan jenis² bambu, kecuali yang memang akrab dengan tanaman ini dan sering memanfaatkan ya untuk dijual atau digunakan sebagai sumber bahan bangunan.
Jika dilihat ke depan, ketika bahan bangunan dari kayu pohon semakin berkurang karena pertumbuhannya tak bisa cepat, bambu bisa dimanfaatkan jadi komoditas ekonomi pengisi celah kekosongan pasokan bahan baku untuk komoditas bahan bangunan atau furniture jika tahu bagaimana memanfaatkannya. Namun sayangnya saat ini belum ada perhatian ke arah sana.
Kecepatan tumbuhnya 12”-36” per hari, lebih fleksibel dibanding kayu, dapat dipergunakan dalam umur tumbuh 3-5 tahun.
Sejak dahulu diketahui bahwa daerah atau area misalnya bantaran sungai yang mana banyak ditumbuhi tanaman bambu di sekitarnya terhindar dari bahaya banjir dan longsor saat musim penghujan. Tanah² yang dilintasi air dimana tanaman bambu tumbuh jauh lebih kuat strukturnya. Coba saja lihat tanah di bawah tanaman bambu, pasti terikat kuat.
Jalinan akar bambu, ini dia tumpukan kompos di bawah tanaman bambu, sumber kesuburan tersendiri untuknya tetap tumbuh subur dengan nutrisi yang terjaga alamiah. Tumpukan sisa dedaunan keringnya membuat kelembaban tanah tetap terjaga baik dari kekeringan. Gambar diambil dari Google
Namun sayangnya, manusia generasi baru yang datang di suatu tempat, membuka lahan untuk tujuan perkebunan menganggap bambu ini sebagai hama dan pengacau sehingga harus dihancurkan dan diganti dengan tanaman yang dianggap lebih produktif, padahal jika diatur dan dikelola, justru akan jadi pelengkap ekosistem, sehingga selain lahan bisa dimanfaatkan untuk tanaman produktif lain ekosistem alamiah masih bisa terjaga, sehingga bencana² kekeringan, longsor dan banjir ketika musim hujan tiba dengan debit air besar bisa diakomodasi oleh sifat tanaman bambu ini.
Fungsi tanaman bambu sudah terbukti mampu menjaga air tanah, dan akarnya mampu menahan longsor, serta daunnya mampu membelah angin atau peredam polusi suara dan debu. Tanaman bambu sangat baik sebagai tanaman konservasi.
China dikenal sebagai negara tirai bambu, tahu kan? Di sana ada sebuah penelitian, hutan bambu mampu meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah hingga 240% dibandingkan hutan pinus. Penghijauan dengan bambu pada bekas tambang batu bara di India mampu meningkatkan muka air tanah 6,3 meter hanya dalam 4 tahun. Berdasarkan laporan penelitian tentang hutan di China, dedaunan bambu yang berguguran di hutan bambu terbuka paling efisien di dalam menjaga kelembaban tanah dan memiliki indeks erosi paling rendah dibanding 14 jenis hutan yang lain.
Bambu memang bukan segalanya, tapi dengan bambu waktu yang dibutuhkan untuk konservasi lingkungan akan lebih cepat dibanding kayu.
Rumah saya tinggal saat ini di belakang ya merupakan sungai, dimana di sekitar sungai di belakang rumah saya kebetulan tumbuh tanaman bambu, cukup rimbun. Meski ada kekhawatiran di sana jadi banyak ular berkembang biak di sana, tapi saya berpikir hal (+) lain, dengan banyaknya bambu membantu mengikat tanah di sekitar dari erosi air sungai ketika musim penghujan.
Patut disadari di hulu ekosistem ya pasti sudah rusak sehingga air hujan yang turun di hulu tidak bisa optimal diserap tanah, sehingga debitnya pasti akan turun begitu saja ke hilir, jika tanah di sekitar aliran sungai (terutama di belakang rumah) tidak ada yang mengikat maka resiko longsor bisa saja terjadi. Untungnya di daerah rumah ini sepanjang aliran sungai terdekat bambu masih dipertahankan.
Daun² kering dari bambu juga bisa dimanfaatkan sebagai kompos yang bisa juga menyuburkan tanah di sekitarnya, karena seperti postingan saya sebelumnya soal 100% alam harus kembali ke alam juga yang membuat ekosistem setempat jadi subur pula.
Hal positif lainnya, bambu² yang rimbun juga membantu menyaring udara dari debu misalkan ada potensi angin besar, walaupun ada resiko bambu rebah menyimpan rumah kita, tapi saya pikir mekanisme alamiah alam jika masih terjaga pastinya tapi tidak akan menjadikan bencana untuk kita, justru malah akan melindungi.
Ya itulah kira² pembahasan soal bambu yang bisa dimanfaatkan untuk menghadapi Kekeringan ketika musim kemarau, jadi saat musim penghujan nyaris tiba, peliharaan tanaman bambu di sekitar lahan kosong yang ada, daripada tidak dimanfaatkan, lebih baik tanamilah bambu, terutama di sekitar wilayah aliran sungai. Ekosistem alamiah juga akan terbentuk dengan baik. Tapi ya harus siap, jika nanti banyak reptil seperti ular, biawak yang alam hidup subur di sana.
Kembali ke kita, sudah siapkah hidup berdampingan dengan alam?
Saya sendiri masih mencoba belajar menyesuaikan diri, bagaimana menghadapi reptil² ini ketika populasinya mulai meresahkan. Tapi untungnya saat ini masih dalam tahap terkendali, walaupun sudah ada beberapa ekor biawak bersarang di atap rumah menggantikan tikus yang suka berlarian di atas plafon.
Segitu saja deh sharing² informasi seputar hal² hijau di sekitar kita, sekalian menambah Wawasan kita, supaya pola pikir kita tidak salah dan belajar kembali bersahabat dengan alam dan ekosistem alamiah, agar untuk bisa dinikmati generasi selanjutnya. -ngp
#onedayonepost
#bambu
#bamboo
#teori
#umum
Ternyata tanaman bambu banyak gunanya...yg saya tau ya sebatas pemanfaatan atau batangnya yg berguna buat segala macem bangunan dll, atau rebung nya yg di makan, tapi ternyata berguna untuk penyerapan air tanah juga ya, gak kepikiran sama sekali, pantesan di kampung "masih banyak tanaman bambu,di belakang rumah mertua sayapun di kampung masih banyak pohon bambu mas, rimbun gitu,barangkali buat mencegah banjir dan sebagainya yaa., Di belakang rumah saya ada dua ekor anak biawak maseh suka berendam,karena panas mungkin ya
BalasHapusWah seru tuh, bisa ngeliat biawak berendem. Di sini kadang suka jalan² di iritasi air, harapan sy sih jangan dibunug, biarkan saja hidup, yang perlu dipelajari adalah bagaimana menangani jika ketemu hewan ini. Biar hidup berdampingan. Kalau biawak sih sudah sedikit berkawan, cuma ular yang belum bisa bersahabat. Soal nya bambu ini juga sering jadi sarang ular.
HapusBack to nature 🏕️