Kalau tidak salah ya sudah jalan mau 2 minggu ini saya pelihara peliharaan baru (ikan sidat). Meski ada perbedaan sejak datang hingga saat ini, 10 ekor ikan yang saya pelihara ada pertumbuhannya, mereka tumbuh dengan baik.

Namun ya itu, sejak awal datang, saat feeding, selalu pakan tidak habis ludes. Saya hitung sekali saja pakan habis ludes, habis itu sampai saat ini saya buat post ini selalu saja nyisa.

Ini salah satu ikan yang agak besar dari kelompoknya, masih mencoba menikmati pakannya. Secara nafsu makan ada, tapi gak merata disemua ikan.

Time feedingnya ini bervariasi, tapi biasanya diatas 1 jam, range 1-2 jam time of feedingnya, tapi ya tadi masih selalu menyisakan pakannya.

Pakannya diadon atau diuleni jadi pasta, dimana adonannya ini terdiri dari tepung ikan, additional dan tepung kanji sebagai perekatnya supaya jadi pasta itu. Plus tambahan sebagai toping diberikan cacing darah di atasnya.

Namun belakangan, 1-3 hari ini saya amati nampaknya mereka lebih suka ke topingnya saja. Memang sih habis makan, saya amati perut ikan² ini gemuk² seperti kekenyangan, ada yang sampai nyangkut itu badannya pas lagi nyelap-nyelip di sela thermometer.

Gak mudah sih emang, tapi sebagai pemelihara kita harus sering mengamati dan belajar memahami bagaimana ikan ini maunya, nafsu makannya seperti apa, apa ada yang salah. Apakah terpengaruh dengan suhu air kah, pH air yang gak mendukung kah?

Perkembangan ikan peliharaan saya pada batch I ini bisa dilihat diQR code di bawah ini.


Saya sampai berpikir apakah dalam pengadonan atau menguleni adonan kurang kalis atau bagaimana ya. Sebagai pemula emang harus sering mencoba dan belajar memahami, itu pasti.

Ke depan saya akan coba selang-seling, dimana feeding pagi saya berikan tanpa toping, nanti pas feeding malam saya berikan dengan toping.

Kemudian saya sepertinya harus punya takaran tertentu supaya jelas, berapa gram sih pakan yang optimal dihabiskan, berapa gram pakan yang kelebihan, supaya gak banyak pakan terbuang percuma.

Saya mencoba mencatatnya diblog ini sebagai histori, proses yang saya jalani ketika awal. Karena gak mudah memang ketika memulai. Saya memulai ditahap kedua, belum ditahap awal dimana di sana bagian paling sulit.

Tahap awal gimana?

Tahap awal itu maksudnya memelihara sejak GE, kalau saya emang pemula, tapi memulainya untuk pertama saya dimulai dari elver, coba memulainya dari GE, itu yang sulit.

Tapi jika tahap awal memelihara dari GE berhasil, maka kedepannya pasti lebih bisa lah ya.

Ini juga sekalian sebagai gambaran bahwa rumah tangga² keluarga² di Indonesia bisa lho memelihara ikan ini sebagai sumber makanan bergizi, untuk mencegah stunting. Para ayah, bisa memelihara ini, daripada memelihara ikan² yang gak bisa dikonsumsi, hanya buat hobi dirinya sendiri. Boleh sih, tapi ada baiknya memelihara sesuatu buat asipan gizi terbaik keluarga, terutama untuk anak.

Segitu saja deh sharingnya, nanti saya lanjutkan pada cerita lainnya dalam proses saya memelihara ikan sidat ini. -ngp

#onedayonepost
#budidayasidat
#sidataquarium
#sidatuntukrumahtangga
#sidatelver
#sidatpandaan
#pengalaman


Hewan² terkadang nasibnya selalu jadi 'kelinci percobaan', nasibnya apa memang begitu ya, disamping mereka memang tidak sesempurna manusia yang punya akal budi.

Malah terkadang bukan cuma hewan yang nasibnya seperti itu, manusia juga terkadang ya sering dijadikan 'kelinci percobaan', hanya hal ini tidak terekspos, karena pasti akan kena masalah HAM.

Siang ini saya berkesempatan keliling, jalan² ke tempat proses pengolahan instalasi limbah cair, dimana dari proses pengolahan limbah cair, cairan yang telah terproses 'naturalisasi', itu istilah yang saya pakai saja y, jadi jangan dianggap serius. Harus menjadi air yang biasa sehingga layak untuk dilepas ke saluran air umum. Intinya adalah air itu tak lagi berbahaya, karena sudah dinetralisir, intinya begitulah.

Saya lihat ada sebuah kolam tampung, yang berukuran panjang 2-3 meter, lebar 50 cm dengan kedalaman mungkin 1-2 meter ya.

Tidak begitu jelas y, gak sempet videoin, tapi kalau diamati ikan² nya sih sehat dan segar².

Untuk memastikan apakah air yang ada di dalam itu sudah lolos baku mutu dengan apa?

Pengujian sih itu sudah pasti, uji laboratorium, itu pengunian secara fisika kimia. Nah perlu juga pengujian secara nyata, dengan apa?

Ya dengan menaruh ke dalamnya makluk hidup. Manusia? Oh tentu tidak, seperti yang saya sampaikan di awal, maka selalu butuh 'kelinci percobaan', hewan yang dipilih tentunya bukan kelinci, tapi sesuai dengan habitat, yaitu ikan.

Dimasukanlah ikan² untuk memastikan apakah air tersebut sudah layak hidup. Saya lihat ada beberapa ikan yang ada di sana, tapi rata² mujaer dan nila deh, jenis ikan serumpun.

Alhasil yang saya lihat sih ikannya hidup lho, tapi entah juga sudah berapa lama kolam ini ada, tapi nampak dinding kolam itu sudah ditumbuhi lumut hijau, artinya berarti untuk kehidupan air itu cukup memenuhi standar hidup minimal. Kalau saya perkirakan disekitaran April - Mei kolam itu ada dan mulai difungsikan.

Melihat periode waktu ini sepertinya air yang keluar ke kolam itu sudah cukup baik, memenuhi standar minimal layak hidup, terbukti ikan² dan vegetasi lumut di sana bisa tumbuh.

Hanya saja jika dikonsumsi ikannya pasti gak layak lah ya. Perlu peneletian dan pengujian lebih lanjut kandungan limbah B3 pada ikan sebesar berapa ppm.

Katanya ya, kalau buat kolam cek seperti ini ikan yang dipilih untuk dijadikan 'kelinci percobaan' jangan jenis ikan² yang kuat, seperti lele, ikan sapu², mujaer, nila dan sejenisnya, karena mereka pasti lebih kuat hidup di habitat dengan standar minimal. Ikan yang dipilih itu mininal ya ikan emas.

Tapi ya kadang kasihan juga sih, jadi bahan percobaan, tapi ya bagaimana lagi untuk membuktikan air itu layak gak jika dilepas ke saluran umum, toh nantinya kan akan bergabung dengan makluk hidup di sungai juga.

Itulah kewajiban para pemilik industri, memastikan limbah dari hasil produksi itu tidak mencemari lingkungan. Sederhana tapi penting sekali.

Tapi gak sesederhana itu juga sih, investasi untuk pembuatan instalasi limbah itu gak murah, ya itu para pengusaha manufaktur harus sadar itu, jangan mentang² punya uang, mau buat fasilitas produksinya saja, tapi giliran bahas soal instalasi pengolahan limbah seperti tutup mata.

Hmm, apakah manajemen tempat kalian bekerja peduli lingkungan? Terutama bagi yang bekerja di industri manufaktur ya, coba kalian jawab sendiri². -ngp

#onedayonepost
#umum
#kolamnaturalisasi
#kolamoutputipal

Hampir tepat seminggu saya pelihara sidat di aquarium. Ketika melakukan cleaning rutin saya selalu kesulitan membersihkan kotoran di dasar aquarium, karena karakter kotorannya itu melekat pada dasar aquarium.

Dari mencoba membersihkan dengan alat sedot siphon manual yang kurang sedotannya, sampai saya beli vacuum electric ternyata dirasa masih kurang, akhirnya saya coba datangkan alat bantu lainnya.

Saya beli 2 set, yang satu lebih kecil. Ya saya pikir saya mininal punya 2 set apabila nanti saya punya beberapa aquarium nantinya. Tapi di sini tidak akan saya share harga dan dimana belinya, karena gak sempet dokumentasi kemasannya.

Untuk alat yang pertama ini lebih kecil, ada beberapa aksesoris additionalnya, disertai gagang utama model ulir. Jadi tinggal copot pasang saja untuk aksesorisnya, seperti yang kalian lihat di dokumentasi di bawah ini.


Untuk aksesorisnya ada pembersih yang disertai kain sabut pembersih berbahan seperti karpet gitu, ini cocok buat membersihkan sidut² aquarium. Lalu ada yang model segitiga, ini cocok untuk membersihkan sudut sempit lainnya. Dan satu lagi itu model scraper untuk menggosok noda lengket di kaca. Kesemuanya itu model joint, jadi untuk geraknya lebih leluasa. Materialnya berbahan plastik ya.

Untuk alat yang kedua ini lebih panjang, punya aksesoris lebih banyak, disertai gagang utama model suction, dengan diameter gagang lebih besar 2x dari yang pertama, seperti dokumentasi di bawah ini.


Aksesoris yang kedua ini lebih banyak, tapi secara umum hampir sama, tapi dengan ukuran lebih besar saja, ditambah beberapa aksesoris tambahan. Tapi tidak model joint seperti alat sebelumnya.

Tambahannya itu ada seser kecil untuk membersihkan kotoran yang mengambang di permukaan air. Terus ada plant clamp ini sepertinya buat mengambil misalkan ada alga atau lumut yang sulit diambil bisa pakai aksesoris ini. Kemudian ada serokan yang biasa buat bersihkan kotoran pup pet, ini bisa dipakai jika dasar aquarium berpasir atau berbatuan.

Tools ini harapannya akan mempermudah dalam saya melakukan cleaning aquarium rutin. Ketika pembersihan kotoran² yang sudah terangkat tinggal disedot dengan vacuum electric yang sudah saya miliki sebelumnya.

Harapannya kualitas air bisa terjaga lebih baik dan peliharaan kita di dalamnya bisa lebih sehat dan bersih.

Segitu saja deh sharing saya kali ini, semoga bisa membantu menambah informasi buat kalian pemula hobi memelihara ikan di aquarium. -ngp

#onedayonepost
#produk
#umum
#cleaningtoolset
Pada awal Mei lalu, saya kan beli kangkung di pasar buat pakan tambahan love bird peliharaan saya, biasanya saya hanya ambil batangnya saja buat pakannya.

Waktu itu, bagian batangnya emang diambil untuk dipotong-potong buat pakan tambahan. Nah bagian akarnya waktu itu terpikirlah untuk ditanam, makanya di awal Mei itu batang bagian bawah yang ada akarnya saya tancapkan di tanah, di petak samping rumah, di sana kan ada aliran air parit buangan air cucian tai burung, air kurasan aquarium. Harapannya kan di sana tanah selalu lembab terjaga dan kangkung rasanya sanggup hidup di sana.

Setelah ditanam, ya rutin disiram dan dia tumbuh bersama tanaman lain yang ada dipetak itu. Eh pas Juni di awal Juni, tepat sebulan sih ya, ternyata tanaman² di sana tumbuh subur, termasuk kangkungnya.


Mereka menjalar bahkan ada yang sudah berbunga dan bertunas segala, artinya ini subur dan mereka bisa tumbuh lagi walau hanya tinggal batang dan akar saja waktu saya tanam.

Minggu ini sekalian bersihin tanaman liar, saya sekalian panen biar si kangkung ini gak menjalar kemana-mana, toh kebetulan butuh juga buat pakan tambahan si Love Birds. Batangnya saya pisahkan, saya petik potong batangnya, daunnya saya ambil untuk makan saya, saya buat tumis kangkung.


Jam 9 pagi saya sudah sarapan sayur dan protein dari telur kornet. Maknyoss

Meskipun ini kangkung tumbuh dari nutrisi kotoran burung dan air buangan aquarlum, tapi rasanya tetap kangkung sih, gak ada rasa yang aneh.

Hasil panen ini itu bisa buat makan love birds 2x, dan saya makan sarapan 1x, lumayan bukan, sebulan dapat hasil segitu, ya gak banyak emang tapi kan saya gak perlu beli kangkung di pasar, walaupun harganya murah, tapi butuh hanya sedikit ngapain beli kalau di kebun ada.

Baiklah segitu saja obrolan pagi ini, habis makan kenyang waktunya me time menikmati sunday yang sebentar lagi berakhir. Padahal masih pagi tetapi di kepala sudah terbayang keruwetan Senin. Sampai jumpa lagi dipostingan lainny. -ngp

#onedayonepost
#panen
#umum
#experience
Beberapa waktu yang lalu saya kan post soal tanaman² yang jadi peliharaan saya. Waktu itu mereka masih kecil, masih baru 'menetas' dari tunas². Terutama bibit yang ditanam di petak kecil samping halaman rumah tinggal saya saat ini.

Di sana ada labu madu, timun, tomat, kemangi dan kangkung, ada pula tanaman rimpang pindahan dari pot.

Waktu awal² petak kecil itu masih botak, kalian bisa lihat postingan saga sebelumnya.


Post di atas itu waktu awal², lalu seiring waktu saya coba dokumentasikan lagi dalam postingan lainnya, dan kalian bisa lihat perbedaannya. Walaupun sempet terserang hama alamiah, tapi pertumbuhan dan imun yang sehat membuatnya tetap survive hingga seperti sekarang ini.


Tapi lihatlah sekarang, rimbunnya, hijaunya. Terutama si tanaman labu madu yang daun besarnya mulai menjalar di sekitarnya. Tanaman² liar kebun juga tumbuh bersama mereka.

Nah lihat kan, tanaman liar tumbuh bersama dan subur bersama, namun ini kan jelas mengganggu pemandangan. Ini view ketika sebelum dipangkas dan dirapihkan.

Sabtu sore selesai saya kuras aquarium peliharaan sidat saya, saya coba bersihkan kebun petak mini yang ada, tanaman² liar yang ada saya pangkas, supaya gak mengganggu dan supaya nampak mana yang terpelihara mana yang alam.

Saya lihat ada kangkung yang tumbuh subur menjalar. Kangkung ini saya pikir harus segera saya panen. Kangkung ini saya tanam sebagai konsumsi pendamping love bird peliharaan, karena dia suka batang kangkung.

Sekalian saya rapihkan si kangkung supaya gak menjalar kemana-mana, supaya gak terkesan liar banget gitu.

Sangat menyenangkan sih melihat kebun petak mini ini, warna hijaunya buat segar mata. Hanya saja memang saya gak sepandai itu menyiangi atau memangkas tanaman² liar lain, supaya gak mengganggu pertumbuhan dan mengganggu pemandangan.

Di musim kemarau ini, mereka tumbuh cukup subur. Nutrisinya dari mana?
 
Kebun setelah saya pangkasin tanaman liarnya, jadi lebih sedep lah lihatnya.

Terlihat kan paritnya beda dengan foto pertama tadi di paling atas.

Saya hanya sesekali menggunakan air bilasan beras, air mecin dan yang paling rutin air dari cucian tai burung dan air kurasan aquarium peliharaan sidat saya. Saya pikir itu jadi nutrisi yang cukup untuk membuatnya subur.

Kini saya mencoba bersabar apakah labu kuning, timun dan tomatnya bisa berbuah dan bisa saya nikmati hasilnya?

Tanaman kangkungnya bisa saya panen, batangnya buat love bird, saya makan daunnya buat jadi tumis kangkung.

Love bird dapat bagiannya, tanpa harus beli sekarang bisa petik di kebun sendiri.

Majikannya makan tumisnya, jam 09 pagi sudah sarapan, itu super sekali, habis berkebun langsung sarapan #josss

Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya, yang jelas saya sudah bisa menikmati hasilnya dari tanaman kangkung. Love bird peliharaan saya yang menikmatinya.


Segitu dulu post saya soal petak kebun mini di sebelah rumah. Senang rasanya punya rumah dengan halaman kebun yang luas. Jadi mimpi saya punya tanah yang subur, dimana di sana akan saya dirikan rumah semi permanen ala cafe dan petak² kebun yang lebih luas, dimana ada tanaman² sayur dan buah kebutuhan dapur, jadi urusan dapur tercukupi dari rumah saja.

Jumpa lagi postingan lain masih membahas hal yang sama, perkembangan selanjutnya dari kebun saya. -ngp

#onedayonepost
#umum
#panen
#panenkangkung