Kita sering dengar organik, organik, organik. Sayuran organik, buah organik, padi atau beras organik. Frase itu sering kita dengar. Katanya kalau mau hidup sehat kita harus mengkonsumsi sumber pakan organik.
Katanya kalau organik itu dalam proses tanamnya tidak menggunakan pupuk kimia, bahkan pertisida kimia. Itu yang sering kita dengar ketika merujuk kata organik. Tapi apakah benar seperti itu?
Pada postingan kali ini kita akan membahas hal tersebut. Kalau merujuk dari informasi pertanian yang saya peroleh, apa yang kita pahami diparagraf kedua itu memang ternyata ada benarnya. Namun ada hal² lain yang perlu kita ketahui bagaimana si suatu sistem pertanian dikatakan sebagai pertanian organik?
Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang berorientasi pada pemanfaatan pada bahan² alami, tanpa menggunakan bahan² kimia sintesis.
Pertanian organik itu punya prinsip² yang dipegang dan inilah yang sering jadi pedoman, bahwa pertanian atau hasil pertanian organik itu yang prosesnya seperti ini lho. Apa saja itu?
#1 Lahan bebas dari cemaran bahan kimia.
#2 Menghindari penggunaan benih/bibit dari hasil rekayasa genetik atau GMO (Genetically Modified Organism).
#3 Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh.
#4 Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis.
#5 Menghindari penggunaan hormon pertumbuhan dan bahan aditif sintetis, biasanya digunakan pada pakan ternak.
#6 Pengunaan cara alami untuk penanganan pasca panen.
Itulah dia prinsip² dari pertanian organik yang harus dipegang. Jadi begini, apabila nih prosesnya memang tanpa bahan² kimia, tapi ternyata penggunaan bibitnya adalah hasil rekayasa genetik, maka pertanian yang dilakukan bukan termasuk pertanian organik.
Jadi intinya adalah ketika ada prinsip tersebut dilanggar, kita harus menyadari bahwa yang kita lakukan berarti bukan murni organik.
Nah kalau dari ini, lalu labu madu yang saya tanam di pekarangan rumah apakah termasuk pertanian organik? Tapi ada satu ganjalan saya, yakni soal benih/bibit yang saya gunakan, apakah itu termasuk rekayasa genetik?
Sekian sharing yang bisa saya bagikan, semoga bisa menambah pemahaman soal pertanian organik. Sampai jumpa dipostingan lainnya masih tentang bercocok tanam dan budidaya. -cpr
#onedayonepost
#pertanianorganik
#teori
#umum
Akhirnya terealisasi juga dibulan Juli ini buat nambah aquarium lagi. Bulan ini memang investasi untuk memulai usaha agak tinggi dibandingkan sebelumnya. Tapi ini gak seberapa sebenarnya, karena saya memulai bener² dari gak punya apa², barang dan dana, alhasil harus sabar setapak demi setapak.
Dibantu teman saya Mr. G, dia yang aktif di Facebook membantu saya mencari unit aquarium bekas layak pakai. Soalnya saya gak mampu jika beli baru. Saya percaya di luar sana banyak orang siklus hobi orang, dimana sudah tak membutuhkan, daripada menuh-menuhin rumah mending dijual dengan harga yang murah, dan saya dapatkan itu juga akhirnya.
Walaupun ukuran aquariumnya gak besar, ukuran standar aquarium rumahan untuk ikan² kecil maksimal medium, tapi ini lumayan lah.
Rumah saya juga kecil, lahan buat budidaya pun memanfaatkan area ruang tengah rumah, masih serba terbatas. Jadi aquarium kecil sementara cukup.
Memang jika pakai aquarium kecil boros di pompa airnya dan chamber yang digunakan mesti ngikuti jumlah aquarium, sedangkan daya tampung sedikit.
Tapi ya kembali lagi, saat ini saya hanya punya ini, kalau menunggu punya dulu baru memulai rasanya rugi waktu yang terbuang. Waktu kan katanya adalah uang, walaupun gak punya uang untuk dibuang, minimal tidak membuang waktu.
Aquarium yang datang kali ini punya dua ukuran berbeda, yang pertama itu ukurannya (p x t x l) : 58,5 x 28 x 28,5 cm dan yang kedua ukurannya : 59 x 30 x 39 cm. Ini ukuran riil dari luasan isinya aquarium, jadi tinggal dikalikan saja jika diisi penuh berapa liter isinya.
Kalau mengukur dari tebal kaca sekalian sih ya ada lebih dari itu, soalnya tebal kaca saya tidak hitung sih, kan selisihnya sedikit paling hanya setengah centimeter saja.
Sabtu malam saya dan Mr. G ambil ke penjualnya, Minggu pagi saya bersihkan dulu, cuci bersih, sekalian cek kebocoran. Hasilnya semuanya aman, good. Btw, dulunya siempunya barang ini menggunakan untuk piara ikan chana, tapi mati katanya gak terurus jadi dijual saja, gak cari untung, daripada jadi barang tak terpakai di rumah.
Di rumah penjualnya juga pelihara ikan arwana dan beberapa ikan chana juga. Jika mereka sudah kenal budidaya sidat di rumah, saya pikir mereka akan kepincut dan gak akan jual aquariumnya dengan harga murah, malah gak akan mejualnya karena buat media budidaya.
Saat ini saya memang belum punya meja atau rak buat taruh aquarium ini. Sementara aquarium yang lebih kecil lebarnya akan saya taruh sebelah dengan aquarium eksisting, walau tempatnya gak proper, tapi coba saya taruh sana dulu.
Model penyimpannya adalah model T, seperti yang bisa dilihat didokumentasi. Gak bahaya ta? Ya bahaya sih, tapi mau bagaimana lagi, gak ada tempat. Ditakutkan kaca bisa stres karena tumpuannya kurang dan pada saatnya akan pecah.
Untuk sementara saya belum isikan air dulu di sana, sampai saya temukan cara yang lebih aman. Beginilah sulitnya mengakali dengan sumber daya yang terbatas. Tapi seru sih, memulai semuanya dari nol, intinya jangan menyerah dan terus melangkah.
Segitu saja sharing saya, saya mau lanjutkan beres² nya. Semoga catatan ini bisa jadi nostalgia dilain kesempatan dan saya nikmati prosesnya, biarlah sejarah ini dicatat dan disimpan di sini. -ngp
#onedayonepost
#pengalaman
#budidayasidat
#aquariumbekas
#facebookplace
Di daerah lain dan bahkan di negara lain, ikan sidat dipercaya memiliki khasiat dan manfaat gizi yang baik bagi tubuh manusia, dimana nilai gizinya jauh lebih baik daripada jenis ikan lainnya, termasuk ikan salmon sekalipun.
Di negara Jepang terkenal dengan olahan ikan sidat yang bernama unagi, kabayaki dan olahan ini terkenal dimana-mana.
Selain Jepang di negara Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Thailand juga mengenal olahan dari ikan sidat ini, termasuk di Indonesia juga gak asing, terutama untuk masyarakat kelas atas.
Namun untuk masyarakat biasa, ikan sidat masih asing. Malah dari mereka masih menyamakan ikan sidat sama seperti belut, padahal ini dua hal berbeda.
Secara morfologi meski bentuknya serupa tetapi sidat dan belut itu berbeda. Jelas itu dan gak bisa didebat.
Mungkin, istilah 'belut' akhirnya bergeser, untuk menyebut hewan air menyerupai reptil ular, dengan bentuk memanjang, licin, berlendir, hitam dan senang bermain di liang² yang basah atau berair, itu diistilahkan 'belut'. Jadi apapun yang dimaknai seperti ini, orang² mayoritas akan menganggap nya sebagai 'belut'.
Bahkan di Maluku saja, dimana di sana ikan sidat hidup berdampingan dengan masyarakat, mereka menyebutnya sebagai 'belut morea', padahal jelas berbeda belut dan ikan sidat, tidaklah sama, ini yang perlu dipahami banyak orang dan perlu diberikan pemahaman yang benar.
Perbedaan secara morfologi antara ikan sidat dan belut ada pada sirip insang atau orang sering sebut bertelinga (untuk ikan sidat) dan mempunyai sirip dorsal memanjang hingga ke ekor, sedangkan belut tidak punya itu.
Ikan sidat bisa hidup di dua perairan, air darat saat dewasa dan air laut ketika akan kawin dan menetas dari telur hingga larva, hingga menuju glass ell, sidat² junior ini akan berenang kembali ke perairan darat untuk membesarkan diri dan hidup di sana (perairan darat).
Pemahaman dan pengetahuan ini harus dipahami banyak orang agar tidak lagi salah kaprah.
Mari kita bahas jenis sidat yang dianggap masyarakat Maluku sebagai hewan yang dikeramatkan.
Seperti yang disinggung sedikit di atas, ikan sidat bagi masyarakat di sana dianggap sebagai 'belut', mereka menyebutnya sebagai belut morea.
Ilustrasi, ikan sidat dewasa yang mungkin usianya sudah bertahun-tahun hidup berdampingan dengan masyarakat. Gambar diambil dari Google
Belut Raksasa atau Morea hidup di suatu tempat keramat bernama Kolam Waiselaka di Desa Waai, Kecamatan Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah berbatasan dengan Kota Ambon.
Ukuran hewan keramat ini sangatlah besar, panjangnya bisa sampai satu meter, bahkan ada yang mencapai 2 - 2,5 meter, dengan bobot 10 kg hingga 30 kg.
Masyarakat setempat sering memanggilnya dan memberikan makan telur ayam mentah. Hewan air keramat ini terkenal jinak dan masyarakat yang ingin menyentuhnya bisa melakukannya dengan mudah.
Hewan ini menjadi keramat dikarenakan kisah² dongeng masa lalu. Dikisahkan pada zaman dulu penduduk dari gunung ingin pindah ke pinggiran pantai. Kebutuhan hidup di sana dinilai lebih baik, seperti makanan dan lain-lainnya. Lalu, dilemparlah tombak dari jauh yang diyakini berkekuatan gaib dan tertancaplah di tanah yang sekarang di pinggirannya kolam. Dari sana keluarlah air dan ikan-ikan serta Morea. Kondisi ini adalah pertanda ada mahluk hidup di sana dan bisa menjadi tempat tinggal. Tapi tentu, mahluk-mahluk di dalam airnya termasuk Morea dilarang untuk dibunuh.
Saat ini di lokasi tersebut dijadikan tempat wisata, dimana wisatawan yang datang bisa melihat 'belut morea' ini. Jam potensial untuk melihat hewan keramat ini adalah jam 16:00, dipercaya pada jam tersebut jam makan biologis si hewan yang dinamai belut morea.
Belut morea ini dipercaya bisa hidup di dua air, yaitu air tawar sungai dan air laut, ketika akan kawin dan memijah morea ini akan menuju laut, kemudian larva telurnya akan pergi kembali ke perairan darat untuk berkembang menjadi dewasa.
Siapakah belut morea ini?
Jadi hewan yang dianggap keramat ini sebenarnya adalah ikan sidat. Dari mana tahunya? Jelas dari siklus hidupnya, sangat sesuai dengan siklus hidup ikan sidat serta ciri fisik dari sidat itu sendiri.
Karena jenis belut apapun tidak bisa hidup di dua perairan air tawar sungai dan air laut. Sedangkan ikan yang bisa melakukan ini hanya salmon dan sidat. Jika salmon gak mungkin, karena morfologinya berbeda, salmon lebih mirip dengan ikan pada umumnya. Sedangkan sidat bentuknya menyerupai dengan belut, tapi bukan belut.
Itu wajar jika masyarakat yang gak paham menyebutnya sebagai belut, karena hewan² seperti itu dipanggil dengan istilah belut, padahal bukan termasuk keluarga belut.
Lalu jenis sidat apa yang ada di sana?
Kita tahu bahwa terdapat 18 jenis spesies sidat di dunia. Terdapat 7 jenis di Indonesia. Namun yang populer adalah Anquila Marmorata dan Anquila Bicolor.
Lokasi hidup Anquila Bicolor umum di Kepulauan Mentawai: Sungai Muko-muko; Bengkulu : Sungai Ketau; Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Banten ; Perairan Donggala, Sulawesi.
Lokasi hidup Anquila Marmorata di Teluk Tomini Poso, Sulawesi Utara (Sungai Poigar, Amurang, Inobonto); Kalimantan Timur (Sungai Sangata).
Melihat lokasi hidup jenis sidat yang populer di Indonesia, jenis Anquila Marmorata ini hidup di perairan sekitar utara Indonesia. Wilayah Maluku dekat dengan Sulawesi Utara, jadi kemungkinan ikan sidat yang dianggap sebagai belut morea itu adalah ikan sidat jenis ini.
Melihat dari morfologi tubuh belut morea ini pun cocok dengan fisik dari Anquila Marmorata.
Bagi pembudidaya sidat, Anquila Marmorata dikenal sebagai sidat batik, karena pada kulit sidat ini ada seperti loreng batik. Sering juga disebut sidat kembang, moa raksasa.
Tubuh sidat jenis ini di alam liar bisa mencapai ukuran yang sangat besar, seperti yang sudah dibahas di atas tadi. Sidat betina mempunyai variasi panjang 2 meter, dan sidat jantan mempunyai variasi panjang 1,5 meter.
Nah jadi sudah jelaskan, belut morea adalah ikan sidat, bukan belut, sekali lagi bukan belut. Jenis sidatnya adalah A. Marmorata.
Kondisi ini sangatlah positif sebenarnya untuk prospek budidaya sidat. Karena indukan sidat dewasa yang memang sudah besar di alam tidaklah diambil untuk dikonsumsi.
Sehingga peluang mereka untuk memijah ke palung laut, dan menghasilkan larva² sidat yang jumlahnya ribuan akan potensial dan menghasilkan siklus hidup sidat² baru.
Nah para pembudidaya sidat hendaknya memproses budidayanya di rumah atau di lahan budidaya adalah dari larva sidat atau GE, bukan yang sudah berukuran besar.
Pembudidaya instan macam begini saya katakan sebagai pembudidaya tolol!
Karena apa, daging sidat konsumsi untuk pasar restoran atau layak konsumsi adalah sidat² hasil pembudidayaan sejak GE ke usia 2 tahun maksimal, selepas itu ikan sidat tidak enak untuk dikonsumsi.
Para pembudiaya pun pada akhir wajib melepasliarkan sidat² yang telah melewati masa layak konsumsi itu kembali ke alam, bukan memaksakannya untuk dijual dan dikonsumsi, karena memang dagingnya sudah tidak enak.
Tekstur dagingnya menjadi alot, tidak lumer ketika disantap, kemudian kulitnya tebal dan keras, intinya sangat tidak layak untuk dikonsumsi.
Jadi sebenarnya siklus hidup sidat akan tetap terjaga baik jika pembudidaya cerdas saling bersinergi mendukung kembali ekosistem. Karena sidat² yang sudah lepas masa pembudiayan layak konsumsi hendaklah bisa dilepasliarkan sebagai bentuk CSR mereka kepada lingkungan.
Masalahnya, budaya dan kelakuan manusia di Indonesia ini berbeda. Orang Ambon, Maluku di sana punya kisah² keramat yang ini positif untuk kelangsungan hidup sidat. Tapi tidak di Jawa atau daerah lain, dimana manusia² perusak banyak tersebar.
Coba ya, ini di Jawa, orang² tolol liat ikan atau 'belut' macam ini langsung dijarah, dipancing dan dibawa pulang dengan kebanggaan, "dapat ikan tangkapan besar". Kelakuan ini bukan 1-2 orang, tapi mayoritas orang² nya begitu.
Jadi sangat wajar di daerah lain ikan sidat ini gak bisa hidup berdampingan dengan masyarakatnya ditambah ekosistem sungai dan muara di daerah lain di Indonesia sudah tidak layak, karena kotor dengan limbah² berbahayanya.
Kembali lagi, bagi pembudidaya walaupun mengambil benih dari alam, tetapi mereka pun juga harus mengingat dan jadi agen penyeimbang ekosistem, dan tidak jadi pembudidaya serakah.
Satu hal yang lagi dan terus dikampanyekan, bahwa hentikan mengambil sidat ukuran besar dari alam untuk alasan budidaya atau hanya kesenangan semata (memancing). Jika dipelihara okelah, tapi tidak untuk diperjual belikan.
Jika mau dipelihara untuk hiasan di rumah, belilah sidat hasil budidaya yang usianya lebih dari dua tahun, tapi bukan yang dari alam. Dan apabila nanti sudah tidak mau pelihara lepas liarkan kembali ke muara, supaya bisa memijah dan bertelur menghasilkan sidat² junior yang baru.
Jangan pernah ambil sidat alam berukuran besar, atau sidat ukuran elver, fingerling dan dewasa dari alam untuk budidaya atau diperjualbelikan ke pasar konsumsi!
Jadilah pembudidaya yang cerdas, memahami apa yang mau dipelihara dan jangan jadi pembudidaya yang serakah.
Yang suka mancing, kalau dapat ikan seperti ini, jangan dibawa pulang, lepas liarkan kembali, gunakan sistem catch and release, supaya mereka bisa bersiklus dengan normal.
Segitu saja sharing dan bahasan soal sidat keramat di Maluku, semoga bisa memberikan pencerahan buat kita semua. -ngp
#onedonepost
#budidayasidat
#teori
#umum
#anguilamarmorata
#sidatmorea
#morea
#bukanbelu
#sidatbukanbelut
Pada periode cocok tanam ke-2 (2024) ini ada salah satu bibit tanaman labu madu yang saya tanam, dimana benihnya ini saya peroleh beli di Superindo.
Bibit labu madu tergolong cukup mahal dibandingkan bibit yang lain. Isian bibitnya dalam satu kemasan pun gak banyak, setidaknya bisa dihitung jari, dan ukurannya yang relatif besar dibandingkan bibit lainnya.
Saat ini bibit yang ditanam diawal Mei lalu sudah tumbuh cukup signifikan. Kebetulan entah yang ditanam di luar halaman cuma satu benih. Karena bingung lahan terbatas. Tadinya saya mau menanamnya di pot, tapi katanya tanaman labu adalah tanaman yang tumbuh merambat di tanah.
Saya tidak cukup mengenal profil tanaman ini, untuk itu pada post kali ini saya mencoba membuat resumenya di sini, supaya menambah pengetahuan saya juga.
Tanaman labu madu termasuk kedalam jenis tumbuhan semak berkayu, dan dikelompokan kedalam keluarga Cucurbitaceae.
Labu madu adalah kultivar labu musim dingin. Labu madu merupakan kultivar murni yang berasal dari persilangan antara labu kuning (Cucurbita moschata) dan labu buttercup (C. maxima).
Labu ini memiliki bentuk dan rasa yang mirip dengan labu kuning tetapi ukurannya hanya setengah dari labu kuning dan secara signifikan lebih manis dari labu tersebut.
Labu madu muda berwarna hijau tua ketika dalam proses pematangan delapan minggunya (menyerupai warna zucchini), dan berubah warna menjadi madu pada kulitnya dalam beberapa minggu terakhir. Membutuhkan waktu sekitar 105 hingga 110 hari dari biji hingga matang.
Saat matang, warnanya berubah dari hijau menjadi jingga tua dan rasanya menjadi lebih manis. Labu ini memiliki lebih banyak beta-karoten hingga dua sampai tiga kali lipat daripada labu kuning.
Labu madu ini pertama kali dikembangkan pada 1980-an oleh Richard W. Robinson, seorang profesor emeritus di Universitas Cornell.
Nah kalian perlu tahu, ternyata ada lima jenis spesies dari tanaman labu ini, yaitu:
Cucurbita maxima,
Cucurbita ficifolia,
Cucurbita mixta,
Cucubita moschata,
Cucurbita pipo.
Lalu untuk jenis spesies yang ditanam di rumah saya termasuk jenis yang mana?
Sudah dijawab di atas tadi, karena merupakan persilangan dari dua jenis labu yang umum.
Labu madu tumbuh subur di daerah beriklim tropis, dengan suhu ideal berkisar 20°C sampai dengan 27°C. Dan kelembaban udara pada kisaran 60% sampai dengan 75%.
Situasi ini cocok dengan kondisi di rumah saya, dimana suhu dan kelembabannya berada pada kisaran itu. Ditambah sinar matahari bersinar menerangi area penanaman dengan cukup baik.
Kondisi tanah yang ideal adalah pada pH 5 sampai pH 6,5 untuk mendapatkan kualitas pertumbuhan yang bagus. Kemudian juga pastikan melihat kondisi fisik lahan tanam yaitu gembur dan subur.
Penanaman budidaya labu madu disarankan pada akhir musim hujan/saat kemarau. Ini bertujuan agar labu madu tidak berpotensi terserang penyakit busuk akar.
Pas kebetulan penanaman batch #2 bercocok tanam yang saya lakukan tahun ini dimulai pada pertengahan tahun, ketika memasuki musim kemarau.
Meski begitu, penyiraman tanaman secara rutin juga perlu dilakukan, mengingat tanaman ini butuh kelembaban yang cukup untuk membuat tanah tumbuhnya tetap gembur.
Penyiraman harus dilakukan secara rutin setiap hari, utamanya saat tanaman labu madu masih berumur muda. Jika pada puncak kemarau disarankan menyiramnya pagi dan sore.
Menanam labu madu ini melewati 2 tahap, yaitu penyemaian benih dan penanaman di lahan budidaya. Tujuannya agar benih yang dipersiapkan bisa tumbuh optimal, pertumbuhannya seragam.
Masa penanaman hingga panen labu madu membutuhkan waktu 110 hari, atau kisaran 3 bulan lebih.
Berikut ini ciri² buah labu madu yang memasuki masa panen, yaitu:
- Tangkai buah sudah berubah warna, dari hijau menuju ke coklat.
- Warna buah mulai menguning dan kecoklatan serta mengkilap
- Saat buah dipukul, maka akan berbunyi dengan lebih nyaring/berdenting.
Saat panen usahakan untuk menggunakan alat potong yang proper untuk memotong tangkai buah labu, agar tidak mengenai buah dan menyebabkan luka pada kulit buah.
Buah labu madu yang sudah disimpan memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan yang fresh. Labu madu yang sudah disimpan selama sekitar 2 bulan, maka daging buahnya menjadi lebih manis dan lezat.
Itulah dia catatan singkat mengenai profil buah labu madu. Tidak banyak yang mengenalnya dan pasti orang bertanya-tanya ketika melihat buah labu madu masih hijau. "Ini buah apa? Labu koq bentuknya begitu?"
Setidaknya resume profil soal buah labu yang saya buat diatas bisa menambah sedikit pemahaman, supaya tahu oh ada toh buah labu dengan bentuk unik seperti ini.
Pengalaman Menanam Labu Madu Batch #1 di Halaman Samping Rumah
Sedikit tambahan informasi, bibit buah labu madu yang saya gunakan dipenanaman batch #1 kali ini adalah jenis Labu Madu F1. Ada juga orang yang menyebutnya sebagai butternut squash.
Sebelum disemai, bibit perlu dilakukan seed treatment dengan perendaman air panas untuk mempercepat proses perkecambahan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 1-2 minggu
Informasi soal lahan yang saya tanam pada batch #1 ini berada pada ketinggian 222 mdpl. Suhu ambient area penanaman sekitar 26°C sampai dengan 39°C ketika siang hari, bahkan lebih dari itu ketika terik. Kelembaban udara berada pada kisaran 65% hingga 80%.
Metode penanaman yang saya lakukan adalah murni organik dengan menggunakan pupuk organik cair dari air kurasan ikan sidat dan kotoran burung, dalam hal ini burung yang digunakan adalah dari burung lovebird dan perkutut Jawa. Saya tidak menggunakan takaran tertentu untuk POC yang digunakan.
Kemudian untuk insektisida Saya tidak menggunakannya, saya hanya melakukan pengusiran serangga secara manual. Untuk saat ini serangga yang ada saya anggap untuk membantu dalam proses penyerbukan, penyerbukan manual atau polinasi saya lakukan juga.
Diketahui bahwa kotoran ikan sidat yang bercampur dalam air kurasan akuarium mengandung NH³ atau amonia yang mengandung unsur nitrogen di dalamnya, diketahui unsur nitrogen juga diperlukan dalam tanah sebagai nutrisi hara. Kemudian kotoran lain yang tercampur dalam air akuarium kurasan juga mengandung sisa-sisa makanan berupa pasta halus yang di dalamnya terkandung nutrisi protein yang digunakan untuk nutrisi konsumsi ikan sidat untuk tumnuh namun terbuang karena tidak termakan oleh ikan sidat.
Pupuk dari kotoran burung sering disebut dengan guano. Pupuk dari jenis ini termasuk ke dalam pupuk organik. Di mana pupuk dari kotoran burung banyak mengandung nutrisi atau manfaat antara lain kaya akan unsur fosfor dan nitrogen, memiliki daya kapasitas tukar kation yang baik, kondisi ini membuat tanaman lebih mudah dalam menyerap unsur bermanfaat, mengandung bakteria dan mikrobiotik flora yang memiliki manfaat untuk pertumbuhan tanaman, dan menguatkan batang serta dapat mengoptimalkan pertumbuhan daun baru.
Untuk POC lainnya saya tambahkan air cucian beras dan air kaldu dari vetsin Ajinomoto, sebagai variasi untuk POC.
Mungkin hanya segitu saja yang bisa saya bagikan untuk pengalaman saya merawat perkembangan tanaman labu madu pada batch #1.
Bunga betina muncul 8 hari lebih awal dari bunga jantan. Dimana bunga jantan muncul pada kisaran 38 - 44 hst (hari setelah tanam) atau 64 - 80 hss (hari setelah semai).
Mungkin informasi mengenai profil mengenai lampu madu bisa menambah pengetahuan kalian bahwa labu tidak hanya bulat ada juga buah labu yang bentuknya unik yaitu buah labu madu ini. Buah ini punya banyak khasiat dan akan saya bahas pada postingan terpisah mengenai manfaat atau khasiat dari mengkonsumsi buah labu madu.
Terus pantengin blog ini untuk mendapatkan informasi seputar hobi berkebun atau budidaya entah tanaman atau hewan. Jika ada yang mampir ke blog ini bisa berkomentar di bawah, terima kasih. -ngp
#onedayonepost
#pengalaman
#teori
#labumadu
#labumaduorgani
Saya memulai post kali ini dengan sebuah pertanyaan, yang sebelumnya belum terpikirkan. Pagi ini ketika melalukan pengamatan pagi, saya mendapatkan temuan dan lahirlah pertanyaan ini.
Jawabannya adalah bisa, bisa gagal!
Proses penyerbukan bantuan manusia ini bisa gagal, walau nampaknya kita merasa yakin sudah dibantu proses perkawinannya.
Jadi ada hal yang perlu saya catat dan sekalian flashback ke belakang, beberapa hari sebelumnya.
Foto pengamatan diambil tanggal 23-07-2024.
Case ini terjadi pada pengamatan labu madu 5, yups lokasi tumbuh labu madu 5 ini ada di dekat labu madu 2 dan 3 yang tumbuh subur dari hari ke hari.
Ini foto tanggal 19-07-2024 pagi saat setelah penyerbukan.
Labu madu 5 ini saya mulai lakukan pengamatan pada tanggal 19-07-2024, dan pada hari itu pula ketika saya temukan saya lakukan penyerbukan. Tapi ternyata pada tanggal 23-07-2024 saya cek ternyata busuk.
Lalu saya mencoba menganalisa kenapa?
Labu madu 5 ini saya temukan ketika bunga jantan yang ada tidaklah banyak. Kebetulan pas bunga betina ini masih mekar, stok bunga jantan tidak banyak.
Ada bunga jantan yang saya temukan teryata bunga jantan yang tidak segar, benang sarinya itu sudah meleleh. Memang waktu saya akan melakukan penyerbukan ini kondisinya seperti itu. Jadi dugaan, penyerbukan yang sudah dilakukan menjadi tidak efektif, sel jantan tak cukup kuat membuahi sel betina.
Ini foto diambil tanggal 19-07-2024 ketika sebelum penyerbukan, hari itu hanya ditemukan satu bunga jantan tapi kondisi sudah meleleh serbuk sarinya .
Patut dicatat, bunga jantan yang baik adalah bunga jantan yang kondisinya masih segar, tidak meleleh benang sarinya, sehingga ketika mencoba mengawinkan bunga jantan dengan kondisi tak prima membuat peluang keberhasilan penyerbukan kecil.
Itulah perkiraan analisa kenapa bakal buah labu madu 5 ini mengalami pembusukan dan gagal tumbuh menjadi buah siap panen.
Tetapi jika kalian ada pada kondisi seperti saya, ada baiknya tetap mencoba proses penyerbukan manual, karena namanya juga berusaha, kecuali stok bunga jantan tidak ada, jadi tidak ada cara lain mau gak mau bakal buah labu madu itu pasti akan busuk dan mati, artinya bunga betina tidak dibuahi.
Segitu saja sharing² dari saya, di Google saya tidak menemukan catatan yang bahas ini, siapa tahu bisa membantu newbe pembudidaya tanaman labu madu di rumah yang menemukan masalah serupa.
Sampai jumpa diupdate catatan berikutnya soal tanaman labu madu, membahas hal lain atau perkembangan selanjutnya dari budidaya labu madu di pekarangan rumah. -ngp