Saya dibuat tertarik pada sebuah post twit di aplikasi X milik Elon Musk, di sana divideokan tutorial membibitkan lemon jeruk untuk kemudian ditanam supaya jadi tanaman lagi. Kalau lihat divideo itu mudah sekali.

Tapi realita apa semudah itu?

Terkadang video atau konten² yang dibuat disosial media itu hanya sekedar konten, kadang dibuktikannya juga sulit, syukur² sulit masih bisa dibuktikan, repotnya itu hoax alias imajinasi si pembuat konten saja.



Bahan² yang diperlukan juga sederhana sekali kalau melihat video tersebut, yaitu buah jeruk lemon segar 🍋, pelepah lidah biaya, bawang merah, serta empat batang lidi tusuk sate.

Seperti tautan video yang saya relay dari X ya bisa dilihat di atas. Sederhana sekali bukan? Bukan!?!

Saya juga akan mencobanya di rumah, hanya saja kan kalau divideo ini instan, pertumbuhannya akar kan gak secepat itu, jadi video konten pastinya sudah dipercepat dan mengalami proses editing, sedangkan saya ini baru mengikuti proses yang awal, hasilnya apakah akan tumbuh akar, entahlah. Hanya konten kreator dan mba YouTube yang tahu.

#1 Tusuk itu si buah jeruk lemon 🍋 menyilang dengan empat buah lidi jadi seperti bentuk penyangga seperti yang kalian bisa lihat divideo.

#2 Kemudian bagian pantat jeruk diolesi getah dari pelepah lidah buaya.

#3 Siapkan air mineral dimangkok, lalu berikan rajangan bawang merah ke dalam air mineral tadi.

#4 Taruh si jeruk lemon dengan penyangga lidi tadi ke atas mangkok berisi air yang telah dicampur rajangan bawang merah.

#5 Lalu diamkan saja hingga si jeruk lemon 🍋 itu mulai tumbuh akar. Jika akar sudah memanjang bisa dipindahkan ke polibag dan tanam si buah lemon berakar itu ke dalam tanah dan biarkan tunas baru tumbuh di sana.

Jeruk lemon, menyegarkan sekali apakah bisa ya ditanam di rumah? Gambar diambil dari Google

Sesederhana itu proses pembibitan jeruk lemon. Keberhasilanya seperti apa, nanti akan saya update diblog ini, sementara saya akan siapkan bahannya dan membuktikan semudah Itukah membibitkan jeruk lemon?

Mudah-mudahan video yang direlay dari akun X ini tetap bertahan lama, karena tautan blog ini menggunakan direct video dari postingan X, jika video di X dihapus atau ditake down, pastinya video ditautan saya akan hilang juga.

Jadi akan saya buktikan dipost blog berikutnya. Happy planting. -ngp

#onedayonepost
#pengalaman
#review
#umum
Baru saja membaca post dari rekan blogger, mba Mreneyo kalau beliau ini kerepotan gara² PAM nya cuti memasok air ke rumahnya karena masalah kekeringan.

Baca juga: Air PAM Mati Lagi

Eh pas baca berita daring, Sungai Amazon, sungai yang membentang jauh di 'benua' Amerika Latin juga sampai kekeringan. Padahal kalau semua orang tahu, di sana kan gugusan hutan rimbanya luar biasa, bayangkan hutan selebat itu sampai bisa kekeringan, kemana tampungan airnya coba, diserap kemana?

Ilustrasi, ketika terik matahari tanpa hujan membuat lahan terbelah karena kering. Ternyata bukan cuma 'pemilu' saja yang buat kita terbelah, tapi kekeringan juga bisa buat tanah terbelah-belah. Gambar diambil dari Google

Masa iya orang² Amazon pada punya pompa sumur buat ambil air segitu banyak, kemudian hutan rimba itu apakah hewan² nya sudah modern sampai ngambil airnya segitu masifnya. Why?

Apa terjadi kerusakan ekosistem di bantaran sungai dan hutan alami di sana sudah mulai rusak? Apa juga emang hujannya yang berkurang sehingga pasokan air dari langit gak ada. Banyak faktor sih ya, saya gak paham di sana itu karena apa.

Ups, mba Mreneyo, kalau baca post ini ijin ya tak sebut² blognya 😁, lupa ijin didepan malah asyik nyerocos aja.

Sebenarnya, apa yang terjadi di daerah Amazon sama juga ya terjadi di negeri kita. Kalau baca berita topik kekeringan banyak itu daerah² di nusantara ini tersebut namanya, warga kesulitan ambil air lah, sungai kering, pasokan air ke pertanian juga sulit.

Air sudah disadari punya peran vital dalam kehidupan kita makluk hidup.

Bahkan tanaman saya yang lupa 1-2 hari gak rutin saya siram saja, itu pada layu, kuyu dan tak bergairah. Seperti yang tampak didokumentasi, selain kurang air itu juga kurang nutrisi sih, iya maklum rencana mau saya benahi karena ada yang salah dengan cara saya menanam, rencana mau saya bongkar, ini lagi eksperimen kalau tanpa rutin disiram tahan berapa hari sampai dia nyaris mati si. Jahat sih, tapi saya harus tahu, karena kalau saya tinggal pergi, maksimal berapa lama. Back to topic.


Apa yang terjadi di banyak tempat, terutama di Amazon harusnya bisa jadi bahan cerminan. Bahwa hutan belantara rimba yang mana, kita semua tahu bahwa tumbuhan atau tanaman, apalagi pepohonan besar yang bergugus-gugus itu adalah alat untuk membantu air terserap dalam tanah, air diikat dalam tanah, tidak menggerojok begitu saja ke laut.

Tapi bayangkan hutan Amazon yang begitu lebatnya saja bisa terjadi kekeringan, lalu bagaimana kita yang bukannya menambah pepohonan, malah nebangim pohon saja, karena alasan estetika lah, peremajaan kota lah, takut tertimpa kayu pohon tumbang lah dll. Tapi kita saat ini itu butuh alat untuk bagaimana air itu tidak terbuang sia² ngalir ke pelimbahan begitu saja.

Berikut beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan guna menghadapi kekeringan yang saya kumpulkan dari berbagai sumber, saya sesuaikan dengan yang mungkin bisa kita lakukan sehari-hari (itu prioritas), karena nyata bisa langsung diterapkan.

#1 Mulai rajin menanam pepohonan jika di sekitar rumah terdapat lahan tanah kosong. Ini bermanfaat combo, sekalian bisa untuk mengikat air di tanah, bisa juga dipakai nanti saat kemarau jadi peneduh. Bisa dipilih vegetasi yang baik dalam menahan atau mengikat air.


#2 Mulai buat tampungan² air, tandon² air hujan di sekitar rumah. Hanya pastikan tandon ini tertutup rapat dari nyamuk. Jika nyamuk bisa bertelur di sana gak masalah, tapi dia gak bisa keluar, itu yang penting. "Bisa masuk tapi gak bisa keluar."

#3 Memperbanyak area resapan air, kurangi memplester semen area terbuka, minimal menggunakan paving blok jika ingin tetap menjaga kebersihan atau keamanan dari serangga tanah.

#4 Penggunaan air dengan hemat dan tepat guna.

#5 Pembangunan waduk atau penampungan air dengan debit besar jika memang di area tersebut memang relatif sulit terhadap pasokan air bersih dengan melihat pertimbangan² tertentu. Ini bisa diusahakan oleh pemerintah daerah. Minimal kolam tampung air hujan dengan debit yang cukup, setidaknya air hujan tidak terbuang sia² begitu saja, apalagi sampai jadi genenangan banjir.

Area ini bisa jadi area RTH (Ruang Terbuka Hijau) untuk hiburan warga, tentunya jika pemerintah daerah setempat memahami kebutuhan warga.

#6 Hal ini perlu didukung jalur irigasi yang baik, supaya aliran air hujan itu mengalir ke lokasi tampung yang memadai.

Kenyataan nya irigasi hanya sekedar proyek buat ngisi dompet pejabat terkait. Kalau denger kata 'proyek' pejabat terkait langsung gak bolot, "btw gw dapat apa ya". Inilah Indonesia.

#7 Ini sederhana tapi penting, yakni menjaga kemurnian air bersih, dengan tidak membuang limbah atau sampah sembarangan ke aliran air. Sehingga baku mutu air bisa tetap terjaga baik tidak terkontaminasi. Air terbatas jika kita cemari itu sama saja seperti bunuh diri.


Cara diatas efektif untuk pemukiman yang memang RTH nya relatif banyak. Jika pemukiman perkotaan dimana lahan RTH nyaris tidak ada, caranya adalah dengan tetap membuat tandon² resapan secara kolektif, intinya ketika musim penghujan datang air ini bisa dimanfaatkan.

Rumah² harus mulai menyediakan tandon² tampungan lebih dari satu, guna antisipasi.

Kelola air seperti kita kelola rejeki (baca: uang). Rejeki datang pasti jika kita bekerja, ada gajian, yang gak pasti kan banyak. Setiap musim hujan pasti hujan, tapi kapannya datang kita bisa perkirakan, nah gimana kita putar otak untuk mengelola rejeki itu, supaya disaat tertentu kita tidak kekurangan.

Sejauh ini rejeki (baca: air) masih dianggap sebelah mata, karena dianggap tak berharga ketika ada, jika sudah tidak ada baru dianggap berharga.


Sebagai penutup, barangkali ada yang bertanya, kenapa hutan Amazon yang dikenal sebagai hutan perawan bisa kekeringan?

Jawabnya karena dampak El-nino. Terjadi perubahan dalam suhu permukaan laut di Samudra Pasifik tengah dan timur memengaruhi pola cuaca global. El-nino dapat mempengaruhi berbagai aspek, mulai dari curah hujan hingga suhu udara, dan bahkan bisa menyebabkan bencana alam.

El-nino ekstrem mengakibatkan hutan Amazon di Amerika Selatan tidak mampu menyerap karbon dengan tingkat yang sama seperti sebelumnya. Sehingga tingkat kematian pohon lebih cepat daripada pertumbuhan pohon yang baru.

Faktor lain non alamiah yang mendukung proses degradasi hutan adalah peningkatan penebangan hutan dan kebakaran hutan.

Semakin lengkap bukan, alam sudah punya mekanisme rantai kehidupannya, eh ditambah manusia bikin ulah, makin hancurlah dunia ini. Alam punya keseimbangannya, manusia itu seperti dua bilah mata pisau, bisa merusak bisa juga mendukung. Tapi ternyata manusia lebih banyak merusak daripada menjaga keseimbangan alam, maka jadilah demikian.

Jadi kesimpulannya ratapilah ulah mu sendiri wahai manusia?


Semoga kita bisa lebih aware terhadap lingkungan. Perbanyak lah aktivitas outdoor bersama keluarga karena dari situ kita bisa merasakan pentingnya alam untuk kita.

Jika kita hanya asyik dengan hiburan di mall, pusat² keramaian non alam, maka kita gak akan dapat pelajaran mengenai perlunya keseimbangan. Apa yang ada diantara keramaian itu diambil dari alam, itu yang membuat alam gak seimbang, jadi di alam yang sudah gak seimbang ini kita harus bisa jadi penopang bukan jadi "dewa penghancur".

Bukan begitu adik² dan kakak², semoga jadi bahan instrospeksi bersama ya.

Tahun ini mudah²an saya bisa melewati masa kekeringan dengan aman sentosa sampai nanti musim hujan tiba dan air yang datang mudah² bisa dimanfaatkan setidaknya untuk acara siram² tanaman atau dibiarkan terserap kembali ke tanah untuk cadangan air.


Sampai jumpa disharing dan obrol² berikutnya, walau obrol satu arah tapi gak apa lah. Kalau ada yang mau ajak ngobrol bisa lanjut dikolom komentar ya.

Happy planting, make your world back to green again. -ngp

#onedayonepost
#umum
#teori
#amazonkering
#elnino
Blog NGP ini baru saya bangun, untuk akomodir hobi baru saya yang saat ini memang belum konsisten saya lakukan. Tapi semuanya saya jalankan pararel saja.

Saya juga mengelola beberapa blog lain, melihat ke semua blog, permasalahannya adalah traffic yang kurang, ya masih dibawah 'garis kemiskinan', ibaratnya begitu. Akhirnya saya sempet mengajukan keanggotaan ke sebuah komunitas blog: BloggerHub.


Ketika keanggotaannya di approval dan saya akhirnya bergabung ke dalamnya. Di sana saya dapat sesuatu yang menyenangkan, yakni link blog² lain yang bisa saya kunjungi, karena selama ini ketemu link blog yang kurang hidup, jadi agak malas berkunjung ke blog yang stagnan, sepi gak ada post baru.

Di BloggerHub ada program Jejakin Blog, dimana kita di sana diberi tugas untuk melist dan berkunjung ke blog² itu yang ada 30 blog, di sana kita bisa membaca postingannya, meninggalkan jejak dan mengklik iklan yang muncul di sana.

Buat saya ini menyenangkan sekali.

Kebetulan blog yang saya pilih untuk dimasukan ke dalam list adalah blog NGP ini. Alhasil, ada satu post diblog ini yang punya traffic tinggi, setidaknya ya dikunjungi 29 blogger yang ada di list itu.

Jadi jangan heran jika lihat ada post yang angka komentarnya sampai 30 up. Padahal sebelumnya hanya 1 up, itu dari pengunjung rutin, yang blognya saya sebutkan ini : Mreneyoo.


Sebenarnya bukan tidak suka si, 30 up pada satu post, harapannya bisa ada interaksi di semua post, jadi tidak berat disatu titik saja.

Tapi dari sini saya bisa melihat bagaimana karakter blogger pada umumnya. Ketika mereka berkunjung, y hanya sekedar berkunjung saja, ibarat hanya melongok. Jarang yang dengan iklas meninggalkan jejak. Ya itu karakter yang selama ini bisa dibaca, mereka lebih fokus kepada cuan dan timbal balik, iklan, adsense.

Ya wajar sih, mereka melakukan sesuatu pasti dengan harapan
Berbeda dengan blogger yang ngeblog karena kesenangan, dan hiburannya di sana. Tidak bermaksud menyalahkan juga sih, tapi dari sana saya bisa menarik kesimpulan mayoritas karakter blogger begitu.

Saya sendiri tipe yang ketika berkunjung ke blog baru, apalagi yang tiba² nemu, saya lihat ada ruang untuk meninggalkan jejak, pasti akan saya lakukan.

Apalagi kalau untuk meninggalkan jejak mudah, tidak perlu approval² itu senang sekali. Kalau yang approval itu, iya kalau si empunya blog rajin buka blog nya, itu komen ndekem aja si meja approval. Sedangkan saya berkunjung ke blog itu selalu menganggap hal baru, ketika belum ada komen saya di sana, pasti akan saya komentar lagi, akhirnya dobel². Itu yang buat tidak senang sih.

Itu juga kenapa komentar diblog saya selalu terbuka, karena saya memang rajin buka blog saya dan lihat, jika ada komen sampah, iklan judi dll., langsung saya hapus dan bersihkan. Kadang alasan mereka (baca: blogger) membuat komentar approval itu. Hmm tapi, jika rajin melihat blog nya saya pikir itu bisa dibersihkan, hanya kan rajin atau tidaknya gak tahu.

Saya sekedar berkomentar setelah melihat perjalanan beberapa hari, seminggu terakhir sejak bergabung dengan sebuah komunitas blogger ini, ya begitulah yang bisa saya nilai.

Tampak, angka 82 dan itu bisa bertambah terus seiring waktu sih, walau setelah tugas Jejakin Blog selesai ya sudah, maksimal ya 29 visitor baru di sana. Sisa nya tidak ada.

Seperti apa kalian menjadi seorang blogger itu pilihan masing² sih, gak ada pakemnya.

Tapi jika semua blogger itu bisa melakukan hal baik, meninggalkan jejak ketika berkunjung itu lebih baik, karena traffic kunjungan bisa dimulai dari sana.

Sama seperti saya yang menjadikan komen di blog saya jadi gerbang saya berkunjung balik ke blog mereka, disamping saya punya link list dari komunitas blog itu yang jadi tujuan alamat berkunjung.

Sebagai penutup, kalian memilih menjadi blogger yang seperti apa?
+ Orientasi cuan, adsense dan iklan atau endrors
+ Hobi untuk menyenangkan hati
+ Mencatat sejarah hidup
+ Menancapkan 'cakar' di dunia internet supaya banyak orang tahu tentang anda
+ Sekedar gaya² bisa punya website pribadi
+ Dll.

Jika berkenan sampaikan pendapat anda dikomentar, sekalian collect data, merevisi kesimpulan tadi atau memang memang benar hipotesa yang saya sampaikan tadi. Happy blogging. -ngp

#onedayonepost
#blog
#bloggerhub
#opini
#blogwalking
#bw

Saat ini bumi kita itu rasanya semakin panas saja. Saya rasakan perbedaannya, dari sejak kecil dan membandingkannya dengan masa sekarang.

Saya lahir ditahun 1980an, masa kecil saya ada pada tahun 90an. Masa itu suasana pagi, tepatnya matahari pagi itu masih layak dinikmati hingga pukul 10 pagi, saat itu hawa atau radiasi panas matahari itu masih hangat dan bisa menyehatkan atau bisa dinikmati.

Saat ini, hmm boro², bahkan Masih jam 8 pagi saja matahari rasanya sudah cukup panas dan menyengat, bahkan seperti menyayat kulit. Itu kenapa saya juga gak terlalu setuju dengan senam pagi diatas jam segini. Kalau mau senam pagi ya maksimal jam 8 sudah masuk ruangan, karena setelahnya sangat tidak begitu nyaman.

Apalagi nanti hari makin siang, panas matahari bisa sangat jahat. Itu rasa ke kulit kita. Jadi sangatlah wajar apabila banyak tumbuh²an kering, tanah² menjadi kering dan gersang. Panas tinggi ini membuat tingkat penguapan pun makin tinggi, alhasil adalah Kekeringan. Sudah siang panas, karena kemarau pasokan air jadi berkurang bahkan tidak ada, alhasil gak ada air baru yang masuk ke tanah, gak ada air baru yang bisa jadi sumber kesegaran bagi tumbuh²an. Mereka itu butuh air lho.

Saya membuktikan sendiri, tanaman peliharaan saya kalau tak rutin disiram setiap hari (pagi sore), maka jadi mudah layu. Tapi jika disiram dengan rutin pasti nampak lebih segar.

Ilustrasi, rumpun bambu yang tumbuh di sebuah lahan, gambar diambil dari Google

Oke itu di rumah kita. Bayangkan jika lingkungan, kita menjadi kering dan gersang, pasokan air berkurang karena gak ada yang menyimpan air, bayangkan hanya berapa lama kita bertahan Menghadapi Kekeringan? Sedangkan belakangan musik kemarau berlangsung lebih lama.

Apesnya ketika musim penghujan tiba dimana pasokan air relatif berlimpah, oleh karena gak ada mekanisme alamiah yang bisa menyerap air dengan baik, air hujan yang turun terbuang begitu saja, malah jadi bencana, banjir, longsor dll. Nantinya pada saat kemarau pasokan air gak cukup untuk menghadapi kemarau, begitu saja terus lingkaran setan yang tak bertepi, malah kian waktu lingkungan makin terdegradasi.

Ada banyak tumbuhan² yang punya manfaat mengikat air di dalam tanah dan bisa menyimpan air yang akan jadi cadangan air dikemudian hari.

Salah¹ nya adalah bambu. Tahukan tumbuhan bambu yang biasa tumbuh di ladang atau kebun belakang rumah atau di hutan² desa.

Orang² dulu sudah mengetahui hal ini, itu kenapa di pedesaan terpencil tanaman banyak tumbuh di sudut² desa, dibiarkan tumbuh rimbun. Malah bagi kebanyakan orang kota dianggap memberikan kesan angker dan mistis.

Hmm, karena memang bambu itu rimbun dan sejuk, maklum astral saja suka tinggal di sana, hal ini sebenarnya tanda bahwa bambu itu banyak menyimpan sesuatu yang 'berharga', itu kenapa dijaga maklum astral. Ini #bercyanda ya, jangan dianggap serius ✌️.


Bambu, buluh, atau aur adalah tumbuhan berbunga menahun hijau abadi dari subfamili Bambusoideae yang termasuk famili Poaceae. Bambu dikenal juga dengan istilah preng atau pring dalam bahasa Jawa, awi atau tamiang atau haur atau suluh dalam bahasa Sunda, tabatiko dalam bahasa Ternate, dan ute dalam bahasa Ambon.

Bambu punya karakter yang unik, dimana pertumbuhannya sangatlah cepat.

Kemampuan itu dimampukan oleh karena akar memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.

Lagi kita menemukan, kekuatan terbaik tumbuhan adalah pada akar. Setelah kemarin kita mengenal tanaman putri malu yang punya akar yang unik.


Oleh karena sifatnya yang cepat dalam bertumbuh membuat bambu jadi salah satu tanaman endemik yang mudah tumbuh tanpa perawatan, dibiarkan begitu saja bisa tumbuh subur dan rimbun.

Sebagai informasi di Indonesia diperkirakan ada sekitar 174 spesies bambu tumbuh di Indonesia yang sekitar 88 jenisnya merupakan tanaman endemik. Seperti di daerah wilayah Sumatera Selatan, ada bambu selain betung, gombong (dabo), aur duri, ampel, juga beragam bambu aur. Bagi orang awam pastinya akan sulit membedakan jenis² bambu, kecuali yang memang akrab dengan tanaman ini dan sering memanfaatkan ya untuk dijual atau digunakan sebagai sumber bahan bangunan.

Jika dilihat ke depan, ketika bahan bangunan dari kayu pohon semakin berkurang karena pertumbuhannya tak bisa cepat, bambu bisa dimanfaatkan jadi komoditas ekonomi pengisi celah kekosongan pasokan bahan baku untuk komoditas bahan bangunan atau furniture jika tahu bagaimana memanfaatkannya. Namun sayangnya saat ini belum ada perhatian ke arah sana.

Kecepatan tumbuhnya 12”-36” per hari, lebih fleksibel dibanding kayu, dapat dipergunakan dalam umur tumbuh 3-5 tahun.

Sejak dahulu diketahui bahwa daerah atau area misalnya bantaran sungai yang mana banyak ditumbuhi tanaman bambu di sekitarnya terhindar dari bahaya banjir dan longsor saat musim penghujan. Tanah² yang dilintasi air dimana tanaman bambu tumbuh jauh lebih kuat strukturnya. Coba saja lihat tanah di bawah tanaman bambu, pasti terikat kuat.

Jalinan akar bambu, ini dia tumpukan kompos di bawah tanaman bambu, sumber kesuburan tersendiri untuknya tetap tumbuh subur dengan nutrisi yang terjaga alamiah. Tumpukan sisa dedaunan keringnya membuat kelembaban tanah tetap terjaga baik dari kekeringan. Gambar diambil dari Google

Namun sayangnya, manusia generasi baru yang datang di suatu tempat, membuka lahan untuk tujuan perkebunan menganggap bambu ini sebagai hama dan pengacau sehingga harus dihancurkan dan diganti dengan tanaman yang dianggap lebih produktif, padahal jika diatur dan dikelola, justru akan jadi pelengkap ekosistem, sehingga selain lahan bisa dimanfaatkan untuk tanaman produktif lain ekosistem alamiah masih bisa terjaga, sehingga bencana² kekeringan, longsor dan banjir ketika musim hujan tiba dengan debit air besar bisa diakomodasi oleh sifat tanaman bambu ini.


Fungsi tanaman bambu sudah terbukti mampu menjaga air tanah, dan akarnya mampu menahan longsor, serta daunnya mampu membelah angin atau peredam polusi suara dan debu. Tanaman bambu sangat baik sebagai tanaman konservasi.

China dikenal sebagai negara tirai bambu, tahu kan? Di sana ada sebuah penelitian, hutan bambu mampu meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah hingga 240% dibandingkan hutan pinus. Penghijauan dengan bambu pada bekas tambang batu bara di India mampu meningkatkan muka air tanah 6,3 meter hanya dalam 4 tahun. Berdasarkan laporan penelitian tentang hutan di China, dedaunan bambu yang berguguran di hutan bambu terbuka paling efisien di dalam menjaga kelembaban tanah dan memiliki indeks erosi paling rendah dibanding 14 jenis hutan yang lain.

Bambu memang bukan segalanya, tapi dengan bambu waktu yang dibutuhkan untuk konservasi lingkungan akan lebih cepat dibanding kayu.


Rumah saya tinggal saat ini di belakang ya merupakan sungai, dimana di sekitar sungai di belakang rumah saya kebetulan tumbuh tanaman bambu, cukup rimbun. Meski ada kekhawatiran di sana jadi banyak ular berkembang biak di sana, tapi saya berpikir hal (+) lain, dengan banyaknya bambu membantu mengikat tanah di sekitar dari erosi air sungai ketika musim penghujan.

Patut disadari di hulu ekosistem ya pasti sudah rusak sehingga air hujan yang turun di hulu tidak bisa optimal diserap tanah, sehingga debitnya pasti akan turun begitu saja ke hilir, jika tanah di sekitar aliran sungai (terutama di belakang rumah) tidak ada yang mengikat maka resiko longsor bisa saja terjadi. Untungnya di daerah rumah ini sepanjang aliran sungai terdekat bambu masih dipertahankan.

Daun² kering dari bambu juga bisa dimanfaatkan sebagai kompos yang bisa juga menyuburkan tanah di sekitarnya, karena seperti postingan saya sebelumnya soal 100% alam harus kembali ke alam juga yang membuat ekosistem setempat jadi subur pula.


Hal positif lainnya, bambu² yang rimbun juga membantu menyaring udara dari debu misalkan ada potensi angin besar, walaupun ada resiko bambu rebah menyimpan rumah kita, tapi saya pikir mekanisme alamiah alam jika masih terjaga pastinya tapi tidak akan menjadikan bencana untuk kita, justru malah akan melindungi.


Ya itulah kira² pembahasan soal bambu yang bisa dimanfaatkan untuk menghadapi Kekeringan ketika musim kemarau, jadi saat musim penghujan nyaris tiba, peliharaan tanaman bambu di sekitar lahan kosong yang ada, daripada tidak dimanfaatkan, lebih baik tanamilah bambu, terutama di sekitar wilayah aliran sungai. Ekosistem alamiah juga akan terbentuk dengan baik. Tapi ya harus siap, jika nanti banyak reptil seperti ular, biawak yang alam hidup subur di sana.

Kembali ke kita, sudah siapkah hidup berdampingan dengan alam?

Saya sendiri masih mencoba belajar menyesuaikan diri, bagaimana menghadapi reptil² ini ketika populasinya mulai meresahkan. Tapi untungnya saat ini masih dalam tahap terkendali, walaupun sudah ada beberapa ekor biawak bersarang di atap rumah menggantikan tikus yang suka berlarian di atas plafon.

Segitu saja deh sharing² informasi seputar hal² hijau di sekitar kita, sekalian menambah Wawasan kita, supaya pola pikir kita tidak salah dan belajar kembali bersahabat dengan alam dan ekosistem alamiah, agar untuk bisa dinikmati generasi selanjutnya. -ngp

#onedayonepost
#bambu
#bamboo
#teori
#umum
Jadi saya membaca sebuah artikel bahwa sering ada penolakan dari masyarakat dimana perkebunan sawit berada, dimana tanaman sawit seperti 'dikambing hitamkan' sebagai oknum penguras cadangan air bersih.

Hmm, apakah benar begitu?

Ilustrasi, tanaman kelapa sawit dalam kavling perkebunan. Gambar diambil dari Google

Air merupakan faktor paling utama dalam pendukung kehidupan, semua makluk hidup itu membutuhkan air untuk kehidupan.

Lalu, apakah benar sih tanaman sawit ini menghabiskan persediaan air tanah? Sehingga sumber air bersih untuk masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan sawit terdampak kekeringan ketika musim kemarau. Padahal dulu ketika belum ada tanaman sawit di sana, ketika musim kemarau mereka tidak mengalami kesulitan air bersih.

Tentang Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman atau tumbuhan dari keluarga palmae dulu, sekarang Arecaceae. Merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Jika tidak memiliki akar tunggang berarti akarnya serabut.

Radikula (bakal akar) pada tanaman ini terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 meter.

Di Indonesia sendiri tanaman ini tersebar di 26 provinsi di Indonesia. Provinsi Riau memiliki areal perkebunan kelapa sawit terluas dengan 2,89 juta hektar berdasarkan data tahun 2021 atau 19,16% dari total luas areal perkebunan kelapa sawit di Nusantara.


Untuk menjawab kelapa sawit ini jadi kambing hitam sebagai perampas air bersih di area perkebunan.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, semua makluk hidup ya butuh air, termasuk ya tanaman ini. Istilah konsumtif tanaman atau tumbuhan terhadap air dinilai dari nilai evapotranspirasi.

Nilai evapotranspirasi adalah nilai yang mencerminkan jumlah air yang diserap tanaman untuk diuapkan melalui daun.

Kalau melihat hasil penelitian terhadap nilai evapotranspirasi terhadap beberapa tanaman, bisa diperoleh angka yang bisa untuk dibandingkan.

Nilai evapotranspirasi dari tanaman kelapa sawit ini adalah  berkisar antara 1.100 – 1.700 mm/tahun.

Kalau berdasarkan penelitian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Subunit Kalianta Kabun, Riau selama tiga tahun terhadap tanaman kelapa sawit ditemukan bahwa jumlah rata-rata evapotranspirasi di kebanyakan perkebunan kelapa sawit adalah 1.104,5 mm/tahun.

Lalu, untuk menjawab sekaligus membuktikan tuduhan bahwa kelapa sawit ini rakus akan air kita harus membandingkannya dengan evapotranspirasi pada tanaman lain seperti apa, berapa nilainya.

Misalnya pada tanaman tebu, yang juga sama² ditanam dalam konsep yang sama yakni perkebunan, mempunyai nilai evapotranspirasi sebesar 1.000–1.500 mm/ tahun.

Kemudian lihat lagi pada tanaman pisang, yang ini kalau tumbuh juga bisa banyak di ladang², bahkan juga ada pisang yang dibudidayakan secara perkebunan, itu mempunyai nilai evapotranspirasi sebesar 700–1.700 mm/tahun.

Ada lagi yang masih sesaudara dengan kelapa sawit, yakni tanaman kelapa yang biasa tumbuh di area pesisir dan beberapa wilayah perbukitan yang sesuai dengan habitatnya, mempunyai nilai evapotranspirasi sebesar 1980 mm/tahun.

Kalau melihat dari nilai evapotranspirasi itu, tanaman kelapa sawit justru masih berada di rentang kewajaran jika dibandingkan tanaman lain, misalnya tanaman tebu saja. Lalu kenapa si tanaman kelapa sawit masih dikambing hitamkan sebagai si rakus akan air?

Air dari dalam tanah diambil oleh akar. Seperti yang dijelaskan di atas, akar dari tanaman kelapa sawit merupakan akar serabut, dimana akar serabut ini sangat dangkal, berbeda dengan akar tunggang yang kuat dan panjang.

Akar serabut tanaman kelapa sawit sangat sedikit dalam menyimpan air seperti tanaman lainnya, sehingga sangat rentan mengalami kekeringan. Kondisi ini menyebabkan tanaman kelapa sawit membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun agar dapat berproduksi secara maksimum.

Ketika musim penghujan datang, ketika air melimpah dan turun ke tanah, air hujan akan cenderung mengalir begitu saja tanpa bisa terserap maksimal sebagai cadangan air di tanah. Karena kembali ke sifat akar dari tanaman kelapa sawit tadi.

Sifat dan karakter dari tanaman kelapa sawit ini hendaknya dipahami oleh pengelola perkebunan sehingga dalam pengelolaan perkebunan tata kelola air itu harus diperhatikan.

Apabila di suatu perkebunan kelapa sawit terjadi kelangkaan air bersih ketika musim kemarau itu menunjukan bahwa tata kelola air di daerah dimana terdapat perkebunan sawit itu tidaklah baik, bahkan tidak dikelola dengan baik dan pengelola dianggap tidak memahami apa yang mereka budidaya. Karena pada dasarnya tanaman kelapa sawit sangat hemat air, tidak boros seperti yang dituduhkan.

Jadi solusinya untuk mengatasi masalah kekeringan di area perkebunan kelapa sawit tentunya pihak pengelola perkebunan harus memperbaiki tata kelola air dengan baik, sehingga ketika musim penghujan air yang melimpah bisa dikelola dengan baik.

Sekali lagi, tanaman kelapa sawit bukan tanaman yang rakus akan air, jika pun begitu hal ini akan sulit dicari solusinya namun jika hanya soal bagaimana mengelola air dengan baik tentunya itu bisa diusahakan, tinggal mau atau tidak, atau memang pengelola perkebunan sawit hanya sebagai eksploitator saja.

Jadi, stop untuk mengkambing hitamkan tanaman kelapa sawit, jadi tunjuklah hidung pengelola perkebunan jika di daerah mu mengalami kekeringan, karena mereka tidak menjalankan perkebunan dengan cara yang baik dan benar.

Dari sini saya juga jadi paham memahami bagaimana karakter tanaman kelapa sawit, atau tanaman apapun pun karakter dan sifatnya dan kita perlu memahaminya untuk mencari solusi terbaik atas dampak lain yang (-), yang mungkin saja dirasakan.

Baiklah segitu saja, semoga informasi ini bisa membuka mata dan pikiran kita soal akar masalah dari permasalahan yang terjadi. -ngp

#onedayonepost
#umum
#teori