Sejak mulai mencoba memelihara sidat di rumah dengan media aquarium saya jadi harus rajin memantau parameter² untuk syarat ideal sidat dipelihara dengan baik, salah¹ nya ya memantau kadar pH air.
Berdasarkan literatur dan pengalaman pembudidaya sidat, pH air itu harus dijaga dikisaran 8-9. Karena ikan sidat sebenarnya senang dikadar pH netral sebenarnya.
Katanya, pH ini berpengaruh pada nafsu makan si sidat itu sendiri, selain juga dipengaruhi faktor lain yaitu suhu air.
Saat ini pengecekan pH air yang saya lakukan masih manual, menggunakan kertas pH lakmus. Pengecekan pH bener² mengandalkan manual mata, mencocokan warna kertas lakmus yang sudah kena sampel air, dicocokan dengan warna standar pH.
Perlu diketahui ada 1-14 standar warna pH, dimulai dari asam - netral - basa. Masing² punya tingkatannya masing², kalian bisa lihat berdasarkan tabel pH manual ini.
Kertas pH lakmus yang saya punya ini model kertas sobek ala tiket gitu, tinggal sobek dan masukan ke dalam air sampel yang mau diuji.
Secara hasil sih ya masih sesuai sih, saya coba ke berbagai cairan random dan memang menunjukan kondisi sebenarnya sih. Ketika saya celupkan ke air mineral, jelas dia netral, warnanya yang dicocokan ke tabel pH ya juga sesuai.
Sebenarnya yang paling praktis menggunakan instrumen tools digital, dimana cukup mencelupkan sensor atau probe ke dalam cairan sampel, maka hasilnya akan keluar langsung dalam bentuk angka yang tidak perlu mengira-ngira, orang buta warna bisa membacanya, asal gak buta huruf saja.
Ini dia kertas lakmus yang saya miliki, sejak beli ya masih banyak stok kertas pH nya.
Merupakan produk dari China sepertinya. Dijual dengan harga sangat murah. Entah kalau dibuat di Indonesia pasti harganya mahal sekali.
Segitu saja sharing saya, ya buat nambah² post di sini dalam rangka berusaha jadi pemelihara sidat di rumah. -ngp
#onedayonepost
#kertasph
#budidayasidat
#produk
#teori
Ada cerita menarik peliharaan love birds saya bertelur ternyata. Ini juga sebenarnya saya ketahui baru² ini, mungkin seminggu belakangan.
Beberapa waktu yang lalu saya sempat mencarikan jodoh untuk love bird betina yang saya perlihara sebelumnya si Cuwit, sempet juga saya posting diblog Naturality Healing. Love bird jantan berwarna biru, tapi gak lama si jantan ini mati karena kehabisan makan tapi dia gak bisa bertahan.
Jantan ini saya beri nama Cuwat, namun sayangnya dia tidak 'secuwat' namanya, dia harus mati karena gak bisa nahan lapar. Padahal dia burung yang bagus warnanya, saya suka.
Alhasil si Cuwit jadi janda kembang. Entahlah mereka ini sudah sempet saling berhubungan atau tidak. Tapi dugaan saya sih belum, mereka baru tahap penjajakan.
Saya belikan rumah kayu tapi waktu itu mereka jarang mendiaminya, lebih sering tidur di luar. Malah si Cuwit gak pernah tidur di dalam rumah, selalu bertengger. Si jantan yang malah sering masuk ke rumah kayu ketika waktunya tidur.
Setelah itu saya mudik ke Cirebon, saya membawa seekor love bird lagi, tapi entah dia itu jantan atau betina. Tidak dan belum bisa dipastikan, tapi dugaan saya betina. Love bird yang saya bawa ini masih satu saudara, karena dulu sewaktu kecil mereka lahir dari kelompok telur yang sama, hanya saja si Cuwit diurus oleh adik saya langsung sedangkan saudaranya dipelihara teman ibu saya.
Kebetulan pas lebaran kemarin saya bilang butuh love bird untuk teman si Cuwit, berharap dia itu jantan, tapi ternyata tidak ada yang tahu pasti jenis kelaminnya.
Love bird baru ini saya bingung beri nama siapa, tapi saya namai dia si Mabro, karena saya bingung dia jantan atau betina. Nama Mabro ini artinya adalah 'maybe bro', mungkin dia brother (saudara laki²).
Cuwit dan Mabro lebih cepat akrab. Cuwit dan Mabro ya perlahan akrab dan jadi teman, terkadang mereka berantem, kadang ya akur kalau pas malam jam istirahat mereka ya tidur berdekatan, entah nangkring atau tidur di dalam rumah.
Sejak beberapa minggu saat saya tulis postingan ini, mereka sering tuh aktivitas di dalam rumah kayu. Entah ngapain mereka ini, sering sekali berdua bersama di sana. Kadang keluar gantian, untuk makan.
Suatu waktu saya penasaran apa yang mereka lakukan di sana, saya intip kandangnya dan saya lihat ada warna putih², eh ternyata itu telur.
Saya sempet senang waktu lihat telur itu. Tapi lama² saya mikir, ini telur itu datang dari mana, jika di Mabro ini betina, koq bisa bertelur. Ya syukur kalau Mabro ini betul² jantan.
Saya baca² dan nonton Youtube, ternyata bisa saja love bird betina itu bertelur tanpa jantan, tapi telurnya gak akan pernah bisa menetas, karena infertil, karena tidak dibuahi sel jantan.
Lho koq bisa bertelur?
Tentu bisa, ketika masa birahinya love bird betina bisa saja bertelur atau mengeluarkan telur, tapi telur itu gak bisa menetas.
Hal ini didukung karena makanan yang baik, sehingga ketika masanya birahi telur bisa saja keluar, yang seharusnya ketika ada jantan yang membuahi maka telur itu akan jadi telur fertil.
Memang saya sejak Mei, setelah si Mabro datang jadi rutin memberikan kangkung segar untuk makanan tambahan mereka berdua. Mungkin karena kangkung ini mendukung masa birahinya, dan pada saat waktunya bertelur, maka keluarlah telur itu.
Saya sempet baca literatur, bahwa love bird punya masa penetasan telur itu 21 hari. Nah, sekarang tinggal tunggu saja, apakah nanti setelah 21 hari berlalu ada love bird menetas? Jika tidak ada, berarti fixed bahwa kedua love bird yang saya pelihara adalah duo betina.
Untuk itu saya harus tetap mencari jodohnya, yaitu love bird jantan untuk kedepannya.
Walau pada akhirnya nanti akan ada 2 betina dan satu jantan, artinya adalah 'poligami' sistem yang terjadi disana. Akankah bisa akur kedua betina ini? Ya itu jika tadi, dugaan terbukti.
Nah, ayo tebak, menurut kalian apakah dugaan saya ini benar?
Jawaban soal ini akan saya posting pada postingan berikutnya. Untuk menebak² mungkin sulit ya, kalian gak cukup membaca postingan ini, karena bagi yang ngerti mesti harus mengamati Mabro secara langsung, untuk memastikan Mabro ini jantan atau betina.
Kalau si Cuwit jelas dia adalah betina, saya bisa pastikan itu, karena saya pernah mencatat dan membuat video ketika si Cuwit tengah birahi.
Baiklah segitu dulu, update soal catatan ini akan saya share dipostingan lain terpisah. Sampai jumpa dipostingan berikutnya. -cpr
#onedayonepost
#lovebird
#telurlovebird
#umum
#teori
Nikmatnya punya blog adalah jadi punya catatan masa lalu dan bisa dijadikan perbandingannya dengan saat ini. Blog juga jadi sarana merekam situasi dulu dibandingkan saat ini.
Melihat halaman rumah saya saat ini sedap dipandang, karena hijau² saat ini pemandangannya, ada sedikit warna dari buah² cabai yang tengah berubah warna ke merah.
Saya mencoba membandingkan kondisinya sekitar tahun 2023 bulan November.
Dalam waktu 2 bulan, dari awal November - akhir Desember 2023 itu terlihat perbedaan hijaunya, dimana pertumbuhan tanaman cabe sangat cepat, sebelumnya hanya dibawah tembok pagar, saat akhir Desember 2023 si cabe sudah tumbuh lebih tinggi dan mulai berbuah.
Kondisi ini terjadi karena musim penghujan tiba, beberapa hari sempet hujan, sehingga nutrisi air hujan mempercepat pertumbuhan.
Sewaktu saya membaca postingan tahun lalu, saya lihat ada foto yang mengarah ke halaman depan rumah, dimana di sana nampak tanaman² peliharaan saat itu masih kecil², warna hijaunya belum kelihatan mayoritas.
Jika dibandingkan dengan suasana saat ini jelas sekali berbeda. Sekarang banyak tanaman yang ditanam dan kesemuanya nampak subur.
Dulu tahun lalu, 2023, saya baru memulai memelihara tanaman, sehingga urusan pupuk belum terpikirkan, sehingga tanaman² dan tanahnya tidak sesubur saat ini.
Kalau saat ini penyiraman air sudah bisa dikatakan rutin, karena air buangan dari aquarium sidat ini saya manfaatkan sebagai pupuk cair untuk semua tanaman yang saya pelihara. Daripada air buangan terbuang begitu saja, ada baiknya air kotoran sidat dibuat pupuk untuk tanaman.
Soalnya, sidat dikatakan sebagai peliharaan budidaya yang 'zero waste'. Mungkin juga kotorannya punya kandungan nutrisi baik untuk tanah, sehingga bisa dimanfaatkan tanaman perliharaan saya, daripada air terbuang percuma begitu.
Kemudian buang cucian kotoran burung juga saya manfaatkan. Belum lagi cucian air beras. Kemudian rendaman dari cucian daging atau ikan ketika pembersihan sebelum masak. Larutan penyedap dari vetsin dll.
Inilah foto dokumentasi suasana halaman depan rumah, foto diambil pada pertengahan Juni 2024.
Ini foto diambil tanggal 18 Juni 2024, sore hari sepulang kantor.
Dari kesemua tanaman yang jadi penampil periode tanam batch #2 2024, yang paling menonjol ini ada terung dayak, labu kuning dan tanaman cabe taman peliharaan batch #1 2023 yang saat ini masih bertahan, masih produktif menghasilkan buah² cabai.
Terung dayak ini walau belum berbuah tapi tingginya sudah satu meter saja, hijau² daunnya bikin seger. Kemudian labu kuning itu awal benih ditanam di kebun petak mini samping rumah, karena dia menjalar, akhirnya mulai masuk ke dalam halaman rumah, dan merambat di pager depan.
Periode tanam batch #2 2024 ini soal pupuk semua organik, ya memanfaatkan yang ada, seperti yang disinggung di atas tadi.
Saya sengaja buat catatan ini untuk pengingat momen seperti ini pernah terjadi. Post ini juga terpikir setelah saya melihat dokumentasi tahun lalu, menjelang akhir tahun, suasananya beda dengan saat ini. Hal yang sama juga pasti terjadi tahun² ke depan, pasti ada suasana berbeda nanti. Setidaknya jika saya punya catatan sejarah saat ini, bisa dibandingkan kelak.
Sebenarnya banyak hal yang ingin saya catat seperti ini, senang ketika membandingkan suasana dulu dan saat ini, perbedaannya, vibesnya, serta cerita² dibaliknya itu yang jadi value sendiri.
Buat orang lain hal ini "apa seh", "nyampah", tapi tidak buat saya, apa yang dinilai gak berguna buat orang lain, berharga dimata saya.
Saya hanya orang biasa. Pahlawan selalu dicatat dalam sejarah oleh sejarahwan. Siapa lagi yang mau mencatat sejarah saya, kalau bukan ya diri saya sendiri.
Sebagai penutup, pernyataan yang selalu saya sampaikan diberbagai kesempatan, "saya hanya orang biasa, dimana pahlawan selalu dicatat dalam sejarah oleh sejarahwan, karena saya bukan siapa², siapa lagi yang mau mencatat sejarah kita kalau bukan diri kita sendiri."
Sampai jumpa dicatatan serupa pada postingan berikutnya atau lainnya. -ngp
#onedayonepost
#umum
#pengalaman
Selain feeding dipagi dan malam hari, yang gak luput harus dilakukan adalah cleaning aquarium, bersih² aquarium tujuannya supaya kualitas air untuk media hidup sidat terjaga.
Selain pakan, soal menjaga kualitas air itu penting, karena dari air yang baik itu bisa meminimalisir penyakit dan menjaga nafsu makan si ikan juga.
Ketika penggantian air ini juga pengaruhnya ke suhu dan pH air. Kebetulan beberapa hari ini suhu ambient lagi drop, jadi ketika mau nguras saya lihat sikon kali ini. Supaya suhunya gak drop, masa kemarin suhu ditermometer itu sampai angka 26°C, saking terpengaruh suhu sekitar.
Suhu ditoren penampung air bisa dibawah itu, karena satu toren disimpan di luar, kemudian sumber air dari mata air menambah semakin drop suhu air.
Alhasil saya sempet menunda cleaning, barulah malam ini saya lakukan cleaning karena sudah gak bisa ditunda, sudah kotor sekali. Dasar aquarium sudah banyak endapan kotoran sisa pakan dan kotoran sidat itu sendiri.
Kalau suhu normal, air bisa menjadi panas ketika siang hari, panas terik ikut naik juga suhu airnya ketika proses penggantian air, bisa sampai 30°C.
Saya mencoba menjaga suhu air dikisaran 28°C - 30°C, ya diantara itu lah.
Memilih waktu cleaning juga jadi trik sendiri. Meski belum pernah sih nampak efek secara langsung jika tak melakukan diluar kebiasaan itu. Saya menjaga apa yang biasa dilakukan di Olivia Farm. Kebiasaan yang biasa dilakukan di sana.
Apa saja yang saya lakukan ketika proses cleaning?
Pertama ya saya mulai menggosok dan membersihkan dinding kaca, baik kaca tegak maupun kaca dasar aquarium untuk mengangkat kotoran yang mengendap di sana.
Kedua, setelah kotoran terangkat, saya coba kumpulkan di sudut aquarium walau gak mudah karena seringnya kotoran terangkat, mengambang, hal ini mempersulit membersihkan semua kotoran.
Ketiga adalah proses penyedotan air sekaligus kotoran yang tadi sudah dikumpulkan, saya gunakan vacuum pump yang pernah saya beli sebelumnya. Air dibuang itu maksimal 50%-60%.
Keempat adalah pengisian air baru ke aquarium. Saya menggunakan air mata air yang ditampung ke toren air, ini air baku yang saya gunakan untuk keperluan dapur juga, masak memasak hingga mandi. Saat ini saya belum punya penampung air sendiri khusus air supplay ke aquarium.
Kelima adalah penggantian filter busa yang telah kotor dengan yang masih bersih, sehingga proses penyerapan dan penyaringan kotoran lebih optimal.
Terakhir ya pengecekan suhu air dan pH untuk catatan pribadi saya.
Sejak awal, periodik untuk cleaning 2 hari sekali, tapi melihat sikon juga. Satu hal, jangan menunda membersihkan, karena bisa fatal kalau menunda, takutnya nanti air kotor sumber penyakit dan mengganggu kehidupan si ikan.
Kalau dilihat dua minggu ini, kesulitan yang saya hadapi ketika cleaning antara lain:
- tidak bisa maksimal dalam membersihkan kotoran;
- kotoran di rumah persembunyian si ikan tidak bisa bersih maksimal;
- water pump utama bagian saringan penyedotnya sering luput dari pembersihan;
- kesulitan menjangkau sudut² aquarium karena terhalang media filter yang ada di atas aquarium;
- kemudian ketakutan saja sidatnya ikut tersedot, padahal sih ada pengaman saringannya, tapi saya memperlakukannya seperti mengurus bayi, jadi terlalu takut. Soalnya sidat ini justru penasaran dengan benda yang masuk, cenderung mendekati ke benda asing yang masuk ke air.
Sejauh ini kesulitan yang saya hadapi diminggu awal pemeliharaan ya seperti yang tersebut di atas.
Segitu saja deh sharing saya ketika proses cleaning media budidaya sidat saya, walau sementara baru satu aquarium, saya berharap kedepannya bisa berkembang, dimulai dari satu ini untuk membiasakan saya mengurus tambahannya diwaktu yang akan datang.
Kondisi setelah pengurasan maksimal seperti ini. Media filternya kurang maksimal menyaring kotoran sehingga ya maksimal 2 hari sekali harus pembersihan.
Sampai jumpa dipostingan saya membahas soal hobi baru saya ini, memelihara sidat di aquarium ala rumah tangga Indonesia, sekalian menunjukan bahwa memelihara sidat di rumah itu bisa lho, sebagai sumber pakan untuk lauk keluarga yang punya gizi terbaik. -ngp
#onedayonepost
#budidayasidat
#cleaningrutin
#pengalaman
Sudah dua hari ini suhu ambient relatif dingin, karena dua hari lalu diguyur hujan yang relatif lama dan merata, sehingga membuat hawanya menjadi sejuk.
Kondisi ini akhirnya mempengaruhi suhu air yang ada di aquarium, yang padahal ada di dalam sebuah wadah kaca, tapi ternyata ikut terpengaruh lho.
Berdasarkan data yang saya catat tiap harinya, suhunya biasa ada dikisaran 29°C rata² tapi kini berubah dikisaran 27,5°C sampai dengan 28°C. Bahkan sempet menyentuh 26,5°C.
Nah yang repot ini karena saya kan menggunakan air dari sumber mata air yang dipipanisasi, alhasil ketika air dari sumber itu kan dari dataran lebih tinggi, misalkan di sana hujan dan suhu udara di sana dingin, maka air yang dibawa jadi ikut dingin, ditambah suhu ambient lingkungan juga dingin.
Pas penggantian air dengan air baru, karena air langsung dari sumber maka air yang masuk aquarium jadi ikutan dingin, suhunya pasti drop, 0,5°C sampai 1°C. Ya memang gak ekstrim, tapi jika membaca literatur suhu ideal pemeliharaan sidat itu ada dikisaran 28,5°C sampai dengan 30°C.
Saya juga sempet baca di literatur lain, suhu pemeliharaan sidat dibeberapa segment pertumbuhannya sbb.:
#1 Pada tingkat Glass Eel (GE) : 28°C - 31°C
#2 Pada tingkat Elver : 29°C - 32°C
#3 Pada tingkat Fingerling dan pembesaran : 28°C - 32°C
Nah tinggal kalian lihat dan kondisikan dirange ya, berarti kan tidak dibawah atau di atas suhu yang jadi acuan.
Perhatikan yang bercetak tebal ya, jika kalian mau memelihara sidat, itu suhu ideal yang perlu dijaga.
Saya sempet jadi bingung ya mau melakukan penggantian air dengan kondisi ini, sekarang saja saat saya membuat post ini, suhu air ada di 26,5°C. Bagaimana kalau saya ganti air, bisa makin turun lagi deh.
Kalau kata Olivia Farm, yang jadi mentor saya dalam merintis budidaya sidat ini, suhu air itu mempengaruhi nafsu makan si ikan.
Ketika proses feeding saya selalu amati sih, sejauh ini ketika suhu air tidak stabil cenderung rendah begini, nafsu makannya masih stabil. Memang tidak selalu pakan habis ketika feeding, tercatat baru 3x saja pakan itu habis, itu pun tidak ludes bersih, tapi lebih habis dari biasanya. Namun melihat fisik mereka yang setelah feeding perutnya pada gendut², artinya nafsu makan mereka masih relatif baik.
Sepertinya suhu yang ada saat ini adalah suhu maksimal terendah, usahakan sih jangan sampai rendah lagi. Mungkin juga karena kualitas air sumber yang relatif baik, itu menjaga nafsu makannya.
Untuk urusan pH masih ada dikisaran 9, tidak begitu akurat memang karena saya menggunakan pH kertas lakmus, jadi berdasarkan perkiraan mata saja.
Jenis sidat yang saya pelihara saat ini jenisnya adalah Aquila bicolor bicolor. Merupakan jenis sidat yang umum di Indonesia.
Di literatur lain, untuk urusan pH yang ideal itu di 7-8 dan kandungan oksigen dalam air di 5 ppm. Butuh alat DO Meter untuk mengukur ini, sudah punya? Kalau saya belum, masih menggunakan instink saja lah dulu.
Kembali lagi, kalau kalian cari di Google pasti bingung karena range nya berbeda-beda ditiap pembudidaya. Karena apa?
Karena hampir tiap pembudidaya dan mitra binaannya punya cara dan triknya masing², ada yang mengejar bobot saja dan kebertahanan si ikan, minim mortalitas. Ada yang ngejar kualitas daging yang terbaik.
Kebanyakan dari pembudidaya tidak kejar kualitas daging, asal sidat hidup dan berat masuk spek jual, untuk urusan daging gak terlalu dipikirkan. Soalnya kualitas daging itu dipengaruhi proses pemeliharaan dan pakan, menjaga media peliharanya dalam kondisi yang terkondisi maka kualitas daging yang diharapkan bisa tercapai.
Satu hal lagi, pelihara ikan ini ibarat kita memelihara hewan peliharaan, pelihara dengan hati, demi mendapatkan kualitas daging terbaik, bukan memperlakukannya seperti ikan budidaya pada umumnya.
Berusaha seperti melalukan hobi, inilah objeknya. Butuh konsistensi memang dan memelihara dengan hati, layaknya memelihara hewan peliharaan pada umumnya.
Segitu aja deh sharing saya soal pengalaman saya mengenai suhu aquarium peliharaan sidat generasi pertama saya dipelihara. -ngp